Sepuluh hari, dan itu bukan waktu yang sebentar bagi Beatrice. Rasanya seperti sepuluh abad. Meskipun dia tidak tahu apa itu sepuluh abad, tetapi dia yakin pasti hitungan waktu yang sangat lama. Itulah yang dirasakannya sekarang. Setiap menit, setiap detik berlalu dengan sangat lambat. Tanpa ada Alexant semuanya terasa tidak menyenangkan. Semangatnya hilang, selera makannya berkurang. Dia sangat ingin bertemu Alexant, tetapi takut pada ancaman Mama. Dia tidak ingin berpisah dari Alexant, ingin terus bersamanya, ingin terus berada di dekatnya. Meskipun mereka tidak bisa bertemu, dia rela, asal tinggal di satu atap yang sama. Dia akan menahan semua rasa sakitnya, asalkan bisa mendengar kabar tentang Alexant setiap harinya. Hari kesepuluh sudah berjalan menuju akhir. Matahari sudah berada di sebelah barat sejak beberapa menit yang lalu, beberapa jam lagi kedudukannya akan digantikan oleh bulan. Beatrice mencoba untuk melangkah keluar. Dia membuka pintu kamar dengan hati-hati, melongok
"Kita tidak bisa melanjutkan mencari Beatrice sekarang, George. Jenderal Wallace pasti sudah menunggu kita."George tersentak. Kenapa ia baru menyadarinya? Alexant benar, sekarang adalah jam mereka berlatih. Para orang dewasa –termasuk ayahnya– pasti berpikir apa yang mereka lakukan tidak penting. Keselamatan seorang anak yang bukan anak mereka, bukanlah urusan mereka. Tidak akan ada yang peduli pada Beatrice, meskipun seandainya Selena menyiksanya. Apalagi, yang melakukan itu adalah ibu kandungnya sendiri, tidak akan ada yang mau ikut campur. Semua orang di istana ini berlomba hanya untuk keselamatan dan kepentingan mereka. George hanya berharap ayahnya tidak termasuk ke dalam golongan itu, yang hanya mementingkan diri sendiri. "Baik, Yang Mulia. Maafkan saya!" pinta George sambil masih terus mengikuti langkah Alexant yang semakin lebar saja. Bahkan sekarang mereka sudah setengah berlari. Entah apa yang terjadi, tetapi langkah kaki Alexant semakin cepat menuju taman bagian selatan
"Kau tidak apa-apa, Beatrice?" tanya Alexant. Tangannya berada di bahu Beatrice yang bergetar. Beatrice masih menangis, pipinya yang pucat basah oleh air matanya, padahal Selena dan Fasha sudah tidak berada bersama mereka lagi. Kedua wanita tersebut sudah meninggalkan taman sejak lima belas menit yang lalu. Namun, Beatrice masih terus saja menangis, tubuhnya juga masih gemetar. Tidak ada jawaban, Beatrice masih belum menemukan suaranya. Dia hanya bisa mengangguk, itu pun dengan gerakan yang kaku. Dia masih menggigil. Suara Mama yang mengguntur dan tindakannya yang hampir menamparnya masih belum dapat dilupakannya. Keringat masih membasahi pelipis dan leher Beatrice, padahal angin sore berembus semilir, tidak akan membuatmu berkeringat. Air mata juga tidak bisa berhenti keluar, dia sudah mencoba untuk menghentikannya, tetap tidak bisa. Dadanya semakin sesak jika dia mencoba untuk menahannya. "Kau tidak perlu takut lagi, Beatrice. Kupikir, Selena tidak akan berani lagi mengganggumu.
Kata sahabat yang keluar dari mulut Alexant terdengar sedikit mengganggu bagi Beatrice, tetapi dia tetap mengangguk membenarkan. Kedua anak laki-laki ini adalah dua orang yang selalu menolongnya, selalu memberikan perlindungan yang dibutuhkannya. George juga sama seperti Alexant. Beberapa kali George membantunya terlepas dari hukuman yang ingin diberikan oleh Lady Elsa Baige padanya. Lady Elsa seusia dengannya, dan tidak menyukainya. Oleh sebab itu, Lady Elsa selalu mencari kesalahannya agar dapat memberikan hukuman. Jangan bertanya kenapa seorang putri perdana menteri juga bisa menghukumnya. Semua itu tentu saja karena peraturan kerajaan. Baik itu kerajaan Namira maupun kerajaan lainnya, setiap bangsawan diperbolehkan memberikan hukuman kepada siapa pun itu asal berkedudukan lebih rendah dari mereka. Entah apa yang menyebabkan Lady Elsa tidak pernah menyukainya. Seingatnya, dia tidak pernah bersinggungan dengannya, tidak pernah membuat masalah dengannya. Namun, Lady Elsa selalu in
Dua tahun berlalu, dan semua berjalan seperti biasa. Tak ada yang berubah bagi Alexant selain usianya yang bertambah. Meskipun begitu, ayahnya masih melarangnya untuk pergi terlalu jauh dari istana. Dulu, ia berpikir jika sudah menginjak empat belas tahun, tak akan ada lagi larangan keluar jauh dari istana. Kenyataannya, bahkan setelah usia lima belas pun larangan tetap ada. Ada saja alasan bagi ayahnya untuk tidak membolehkannya keluar. Yang paling sering digunakan dan terbukti paling manjur dapat menahan keinginannya adalah berita mengenai Crystal, berita yang paling ditunggunya setiap minggu. Para prajurit yang ditugaskan mengawasi kediaman keluarga Mars bergantian melaporkan tugas mereka. Menurut mereka, Crystal baik-baik saja. Gadis kerinduannya sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Jika ia tidak salah ingat Crystal berusia dua belas tahun sekarang –Crystal tiga tahun di bawah Alexant. Dua orang prajurit yang berlutut di depan mereka, salah satunya berdiri setelah diminta
Kata-kata dukungan Jenderal Wallace membuat semangat Alexant kembali berkobar. Ia yakin jika Crystal memang ditakdirkan untuknya, dan mereka pasti akan bertemu suatu hari nanti. Kemudian menikah dan bersama selamanya sampai maut memisahkan mereka. Alexant tersenyum. Rasanya sangat lega sekarang, bebannya seolah sudah terangkat. Ia dapat berkonsentrasi pada latihannya lagi. "Terima kasih, Jenderal. Kupikir aku memang membutuhkan dukungan seperti ini, bukan hanya alasan agar tetap mengurungku di istana."Jenderal Wallace mengangguk. "Saya akan selalu mendukung Anda dan Raja Henry. Namira tidak perlu meragukan kesetiaan keluarga Byrne."Alexant menurunkan pedangnya, sedikit membungkukkan tubuh memberi hormat pada Jenderal Wallace. Bukan saja karena ikrar kesetiaannya berserta keluarganya, melainkan juga karena jenderal' Wallace berusia jauh lebih tua darinya. Selain itu juga Jenderal Wallace selalu berkata-kata dan menasihatinya dengan bijak. Jenderal Wallace juga melakukan hal yang s
"Biarkan saja Alexant pergi!" Beatrice langsung diam mendengar suara Jenderal Wallace memotong seruannya yang ingin menghentikan Alexant. Dia ingin meminta Alexant agar menunggunya. Namun, Jenderal Wallace memotongnya dengan seruan juga yang lebih tajam. Jenderal Wallace memang tidak seperti yang lainnya, sikapnya lebih ramah. Meskipun begitu, pada saat-saat tertentu dia juga menunjukkan ketegasannya. Seperti saat ini. Raut wajahnya tak terbantahkan, bahkan oleh putranya sekalipun. "Pangeran Alexant perlu waktu untuk sendiri. Tidak selamanya dia harus bersamamu, Nona Llyod." Jenderal Wallace menekankan kata-kata dalam kalimat terakhirnya. Ia ingin Beatrice menyadari posisinya di istana ini. Bukannya memandang rendah pada Beatrice, ia bukan seseorang yang seperti itu. Baginya semua manusia itu sama, tidak ada bedanya. Masalah kedudukan dan status sosial yang tinggi hanyalah sebagai faktor keberuntungan saja. Ia hanya tak ingin Beatrice memiliki perasaan berlebih terhadap Alexant ya
Alastoire merupakan kerajaan yang dingin, hampir sepanjang tahun selalu diliputi salju. Matahari hanya beberapa bulan saja mau menampakkan diri di Alastoire, seolah takut pada kerajaan besar itu. Musim dingin yang berkepanjangan membuat Alastoire seakan beku, tetapi terlihat sangat cantik. Alastoire terlihat seperti istana perak.Gadis berambut pirang itu memandangi hamparan danau beku di depannya. Setiap kali dia mengunjungi Alastoire, tidak pernah dia melihat danau ini mencair. Padahal sekarang adalah musim panas, tetapi Alastore tetap ditutupi salju. Sengaja dia kembali setahun sekali setiap mendekati hari ulang tahunnya, tetap saja dia tak pernah melihat hamparan danau ataupun air sungai. Semuanya membeku karena cuaca ekstrem yang berkepanjangan. "Berhenti memandanginya karena ia tidak akan mencair meskipun kau menatapnya seumur hidupmu." Tidak ada respons. Lance Loire berdecak, ternyata cuaca hangat Namira tidak dapat mencairkan sikap dingin putrinya. Beberapa menit ia menunggu
Dua hari lagi ia tidak akan sendiri lagi di kamar ini, akan ada Crystal yang menemaninya. Tempat tidur besar itu akan diisi oleh mereka berdua, begitu juga dengan barang-barang yang mengisi kamar. Ia yakin, pasti akan ada tambahan nantinya, entah itu lemari atau apa pun. Oleh sebab itu, ia tidak mengisi kamar tidurnya dengan banyak barang. Biarkan nanti Crystal yang memilih perabotan apa saja yang cocok untuk kamar tidur mereka. Untuk saat ini, hanya ada satu set sofa dan sebuah kursi santai berwarna perak yang diletakkan di dekat jendela menghadap taman. Dua buah lemari pakaian berukuran besar yang diletakkan berdampingan di bagian kanan kamar. Salah satu lemari sudah terisi dengan pakaian-pakaiannya, sebuah lagi masih kosong. Mungkin besok mereka akan mengisinya dengan gaun-gaun cantik untuk Crystal. Akan ada tambahan beberapa set sofa lagi. Mungkin dua set agar ruangan ini tidak terlihat kosong, dan suara mereka tidak bergema. Akan sangat konyol jika apa yang mereka lakukan di d
Istana Namira memang tidak sebesar istana Alastoire. Dinding-dindingnya didominasi warna keemasan dan perak dengan pilar-pilar penyangga berwarna sama. Satu yang pasti, istana Namira selalu hangat karena dibanjiri sinar matahari sepanjang tahun. Bukannya tak ada salju, hanya saja di Namira lebih banyak sinar matahari dibandingkan dengan Alastoire yang beriklim dingin sepanjang tahunnya. Lance Loire selalu menikmati setiap kunjungannya ke Namira. Tak hanya beriklim hangat, gadis-gadis Namira juga terkenal dengan kecantikannya. Sudah bukan rahasia lagi jika ia gemar bermain wanita. Sudah banyak wanita yang ditidurinya, baik itu di Namira, Rans, ataupun Alastoire yang merupakan daerah kekuasaannya sendiri. Siapa yang dapat menolak pesonanya, para wanita itu malah berlomba untuk bisa menghabiskan waktu satu malam saja bersamanya. Meskipun tidak dibayar, mereka akan dengan sukarela mengangkang untuknya. Dasar para wanita murahan! Putri tunggalnya sendiri sudah mengetahui kebiasaannya i
"Selamat ulang tahun, Nak!"Kata-kata itu keluar dari bibir Lance Loire yang ditujukannya kepada sang putri tercinta. Tidak ada acara meriah pada ulang tahunnya kali ini. Crystal juga tidak berkunjung ke Alastoire, ulang tahunnya hanya dirayakan di Namira, itu pun tanpa pesta ataupun tamu undangan. Pertambahan usianya hanya dirayakan dengan acara makan malam bersama dan tiup lilin. Lance Loire yang kali ini datang ke Namira, tanpa ada seorang pun yang tahu. Entah bagaimana caranya ia melewati pemeriksaan di pelabuhan sehingga kedatangannya tak terdeteksi. Yang pasti, ia tiba di Rainbow Hill dengan selamat tepat beberapa saat sebelum usia Crystal berganti."Kau sudah dewasa sekarang. Lihatlah!" Tidak ada senyum atau apa pun menyertai perkataannya itu. Raut wajah Lance tetap saja datar dengan sorot mata yang dingin. "Charlotte pasti bangga padamu."Crystal tersenyum lebar. "Mama pasti akan lebih bangga lagi padaku saat aku berdiri di depan altar."Lance mengembuskan napas kasar melalui
"Anda dari mana, Nona?"Elsi yang tengah memasuki kamar tidurnya dengan mengendap dikejutkan oleh pertanyaan itu. Dia berjengit, menegakkan tubuh, dan melepas bandana yang menutupi kepalanya, lalu tersenyum lebar untuk menghapus kecurigaan Bibi Jane kepadanya. Bibi Jane adalah pengasuhnya. Wanita berusia lebih dari setengah abad itu sudah merawatnya sejak dia kecil. Di kastil ini, hanya Bibi Jane yang menyayangi dan menghargainya –menurutnya. Kedua orang tuanya selalu memojokkannya. Apalagi Papa, selalu membandingkannya dengan semua orang. Papa selalu menyebut nama keluarga Bryne setiap kali mengomelinya. Tak jarang kata-kata Papa sangat menyakitkan. Tak hanya baginya, tetapi Bibi Jane juga pasti merasakannya. Bibi Jane selalu menangis tersedu setiap kali mendengar Papa mengomel, apalagi sampai membanding-bandingkannya dengan George hanya karena dia perempuan. Itulah sebabnya dia meminta George untuk mengajarinya semua yang biasa dilalukan pria. Maksudnya, membela diri, agar Papa ti
Tak ada yang tahu bagaimana perasaannya karena ia tak memberi tahu siapa pun. Ia menyimpannya rapat-rapat agar tak ada seorang pun yang menyadari jika ia tengah menjalin hubungan secara diam-diam dengan putri dari musuh keluarganya. Hubungan mereka seolah sesuatu yang terlarang, padahal tidak demikian. Seandainya saja keluarga mereka tidak saling bermusuhan, tidak akan ada kata terlarang di antara mereka. Mereka akan dapat dengan bebas mendeklarasikan hubungan mereka di depan publik. Sayangnya, permusuhan keluarga yang sudah terjadi selama bertahun-tahun membuat mereka tidak bisa melakukannya. Bertemu pun mereka harus diam-diam di pinggiran hutan dengan Elsi yang mengenakan pakaian laki-laki agar tidak ada yang mengenali, mereka seperti sepasang penjahat saja. "Selamat sore, Yang Mulia!" George membungkuk hormat di depan Alexant yang tengah duduk di bangku taman. Dia sedang membersihkan pedangnya. Seharian ini George menghabiskan waktunya bersama Elsi. Mereka tidak hanya mengobrol
"Kau harus yakin pada kekuatan cinta, Elsi. Jika pangeran Alexant dan Lady Mars bisa melewati tujuh tahun berpisah dan masih saling mencintai, begitu juga dengan kita." George meraih wajah Elsi, membingkainya dengan kedua tangannya. "Percayalah, kita juga pasti bisa menghadapi rintangan bersama-sama. Alexant dan Crystal dapat melewati waktu karena mereka saling yakin dan percaya, kita juga pasti bisa mendapatkan restu dari kedua orang tuamu." Elsi mengangguk, membuat dua bulir bening menuruni pipinya. Kata-kata George begitu mengena di hatinya. George benar, mereka harus bisa bertahan, harus kuat. Mereka tak boleh menyerah, seperti pangeran Alexant dan Lady Crystal Mars yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan. Mereka berdua dapat mengatasi jarak dan waktu yang memisahkan mereka. Mereka yakin jika pasangan mereka juga memiliki perasaan yang sama kuat dengan mereka. Dia juga harus kuat seperti Lady Mars, harus yakin jika mereka pasti dapat mengatasi segala rintangan dalam per
"Tidak apa, melakukan apa pun aku mau asal kau yang memintaku untuk melakukannya."Elsi mengangkat sebelah alisnya menatap George. Meskipun berpakaian seperti pria, kecantikan Elsi tidak bisa disembunyikan. Satu-satunya jalan agar tak kentara terlihat seperti perempuan, dia selalu bersikap angkuh dan dingin. Itu pun terkadang tidak pernah berhasil, apalagi di depan George. Pernah suatu waktu dia ditantang seorang pria bertubuh besar dengan perutnya yang buncit untuk minum alkohol. Sebagai seorang gadis bangsawan yang terhormat, pantang baginya tidak menerima tantangan. Sebagai gadis bangsawan juga dia tidak diperbolehkan meminum alkohol. Selain karena usianya yang belum mencukupi, alkohol juga tidak disarankan untuk kaum perempuan, terutama mereka yang belum dewasa. "Kau suruh apa pun, pasti akan kulakukan untukmu, Lady Baige!" George membungkukkan separuh badannya dengan tangan di dada, memberi hormat pada gadis yang dicintainya. Elsi membuang muka melihatnya, menyembunyikan wajah
Lily of the Valley, bunga yang sangat beracun. Namun, anehnya Crystal sangat menyukai bunga berwarna putih tersebut. Bentuknya yang seperti lonceng dan mungil memang terlihat sangat cantik dan menggemaskan. Persis seperti Crystal, termasuk racunnya. Bagi Alexant, Crystal sangatlah beracun, dan racun itu sudah menjalar ke seluruh tubuhnya sehingga ia tidak bisa berkutik lagi. Racun yang disebarkan Crystal pada dirinya membuatnya bertekuk lutut di bawah kakinya. Satu setengah tahun sudah berlalu sejak pertemuan terakhir mereka. Hanya tinggal enam bulan lagi, maka mereka akan bertemu dan tidak akan terpisahkan. Alexant mengerang, bertanya kesal dalam hati, kenapa waktu setengah tahun terasa lebih lama dari satu setengah tahun. Sungguh, sejak dulu ia sangat ingin mempercepat waktu, agar ia dan Crystal tak lagi berpisah. Rasanya sangat menyiksa tidak bisa bertemu seperti ini. Waktu enam bulan yang tersisa sangat menggemaskan rasanya. Jika bisa ia ingin langsung saja melewatinya. Sayang
"Astaga, apa yang kau lakukan?" Beatrice membelalak gemas pada bocah berambut pirang di depannya. Tinggi bocah itu tak sampai sepinggangnya, hanya sebatas lutut bagian atas. Dia bahkan harus membungkuk untuk dapat melihatnya. "Dengarkan aku, Leon! Aku sudah membersihkan lantai ini beberapa kali, tidakkah kau kasihan kepadaku?" Keadaan rumah mungil itu tak pernah lagi damai seperti biasa. Semenjak Leon lahir, semakin dia besar keributan semakin sering terjadi. Leon yang sudah berusia delapan belas bulan sedang aktif-aktifnya, dan dia sangat senang mengganggu Beatrice. Seperti pagi ini, Fasha meminta Beatrice untuk membersihkan lantai ruang tamu mereka, dan Beatrice sudah melakukannya sebanyak tiga kali. Seandainya saja Leon tidak mengganggunya dengan selalu mengotori lantai setiap selesai dibersihkannya, Beatrice tak perlu melakukannya secara berulang-ulang seperti sekarang. Ini adalah yang keempat kali Beatrice mengepel lantai ruang tamu rumah mereka, dan dia harus kembali mengulan