Home / Romansa / The CROWN (Sang Pewaris Takhta) / Bab 33. Janji yang Tak Disengaja

Share

Bab 33. Janji yang Tak Disengaja

Author: Fitri_alpha
last update Last Updated: 2024-02-09 10:45:43

"Kita tidak bisa melanjutkan mencari Beatrice sekarang, George. Jenderal Wallace pasti sudah menunggu kita."

George tersentak. Kenapa ia baru menyadarinya? Alexant benar, sekarang adalah jam mereka berlatih. Para orang dewasa –termasuk ayahnya– pasti berpikir apa yang mereka lakukan tidak penting. Keselamatan seorang anak yang bukan anak mereka, bukanlah urusan mereka. Tidak akan ada yang peduli pada Beatrice, meskipun seandainya Selena menyiksanya.

Apalagi, yang melakukan itu adalah ibu kandungnya sendiri, tidak akan ada yang mau ikut campur. Semua orang di istana ini berlomba hanya untuk keselamatan dan kepentingan mereka. George hanya berharap ayahnya tidak termasuk ke dalam golongan itu, yang hanya mementingkan diri sendiri.

"Baik, Yang Mulia. Maafkan saya!" pinta George sambil masih terus mengikuti langkah Alexant yang semakin lebar saja. Bahkan sekarang mereka sudah setengah berlari.

Entah apa yang terjadi, tetapi langkah kaki Alexant semakin cepat menuju taman bagian selatan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 34. Menghibur Beatrice

    "Kau tidak apa-apa, Beatrice?" tanya Alexant. Tangannya berada di bahu Beatrice yang bergetar. Beatrice masih menangis, pipinya yang pucat basah oleh air matanya, padahal Selena dan Fasha sudah tidak berada bersama mereka lagi. Kedua wanita tersebut sudah meninggalkan taman sejak lima belas menit yang lalu. Namun, Beatrice masih terus saja menangis, tubuhnya juga masih gemetar. Tidak ada jawaban, Beatrice masih belum menemukan suaranya. Dia hanya bisa mengangguk, itu pun dengan gerakan yang kaku. Dia masih menggigil. Suara Mama yang mengguntur dan tindakannya yang hampir menamparnya masih belum dapat dilupakannya. Keringat masih membasahi pelipis dan leher Beatrice, padahal angin sore berembus semilir, tidak akan membuatmu berkeringat. Air mata juga tidak bisa berhenti keluar, dia sudah mencoba untuk menghentikannya, tetap tidak bisa. Dadanya semakin sesak jika dia mencoba untuk menahannya. "Kau tidak perlu takut lagi, Beatrice. Kupikir, Selena tidak akan berani lagi mengganggumu.

    Last Updated : 2024-02-10
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 35. Hanya Ingin Melindungi, Bukan Menikahi

    Kata sahabat yang keluar dari mulut Alexant terdengar sedikit mengganggu bagi Beatrice, tetapi dia tetap mengangguk membenarkan. Kedua anak laki-laki ini adalah dua orang yang selalu menolongnya, selalu memberikan perlindungan yang dibutuhkannya. George juga sama seperti Alexant. Beberapa kali George membantunya terlepas dari hukuman yang ingin diberikan oleh Lady Elsa Baige padanya. Lady Elsa seusia dengannya, dan tidak menyukainya. Oleh sebab itu, Lady Elsa selalu mencari kesalahannya agar dapat memberikan hukuman. Jangan bertanya kenapa seorang putri perdana menteri juga bisa menghukumnya. Semua itu tentu saja karena peraturan kerajaan. Baik itu kerajaan Namira maupun kerajaan lainnya, setiap bangsawan diperbolehkan memberikan hukuman kepada siapa pun itu asal berkedudukan lebih rendah dari mereka. Entah apa yang menyebabkan Lady Elsa tidak pernah menyukainya. Seingatnya, dia tidak pernah bersinggungan dengannya, tidak pernah membuat masalah dengannya. Namun, Lady Elsa selalu in

    Last Updated : 2024-02-11
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 36. Dua tahun Berlalu; Masih Harus Bersabar Lagi

    Dua tahun berlalu, dan semua berjalan seperti biasa. Tak ada yang berubah bagi Alexant selain usianya yang bertambah. Meskipun begitu, ayahnya masih melarangnya untuk pergi terlalu jauh dari istana. Dulu, ia berpikir jika sudah menginjak empat belas tahun, tak akan ada lagi larangan keluar jauh dari istana. Kenyataannya, bahkan setelah usia lima belas pun larangan tetap ada. Ada saja alasan bagi ayahnya untuk tidak membolehkannya keluar. Yang paling sering digunakan dan terbukti paling manjur dapat menahan keinginannya adalah berita mengenai Crystal, berita yang paling ditunggunya setiap minggu. Para prajurit yang ditugaskan mengawasi kediaman keluarga Mars bergantian melaporkan tugas mereka. Menurut mereka, Crystal baik-baik saja. Gadis kerinduannya sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Jika ia tidak salah ingat Crystal berusia dua belas tahun sekarang –Crystal tiga tahun di bawah Alexant. Dua orang prajurit yang berlutut di depan mereka, salah satunya berdiri setelah diminta

    Last Updated : 2024-02-12
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 37. Dukungan Jenderal Wallace

    Kata-kata dukungan Jenderal Wallace membuat semangat Alexant kembali berkobar. Ia yakin jika Crystal memang ditakdirkan untuknya, dan mereka pasti akan bertemu suatu hari nanti. Kemudian menikah dan bersama selamanya sampai maut memisahkan mereka. Alexant tersenyum. Rasanya sangat lega sekarang, bebannya seolah sudah terangkat. Ia dapat berkonsentrasi pada latihannya lagi. "Terima kasih, Jenderal. Kupikir aku memang membutuhkan dukungan seperti ini, bukan hanya alasan agar tetap mengurungku di istana."Jenderal Wallace mengangguk. "Saya akan selalu mendukung Anda dan Raja Henry. Namira tidak perlu meragukan kesetiaan keluarga Byrne."Alexant menurunkan pedangnya, sedikit membungkukkan tubuh memberi hormat pada Jenderal Wallace. Bukan saja karena ikrar kesetiaannya berserta keluarganya, melainkan juga karena jenderal' Wallace berusia jauh lebih tua darinya. Selain itu juga Jenderal Wallace selalu berkata-kata dan menasihatinya dengan bijak. Jenderal Wallace juga melakukan hal yang s

    Last Updated : 2024-02-13
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 38. Ada Apa Dengan Alexant?

    "Biarkan saja Alexant pergi!" Beatrice langsung diam mendengar suara Jenderal Wallace memotong seruannya yang ingin menghentikan Alexant. Dia ingin meminta Alexant agar menunggunya. Namun, Jenderal Wallace memotongnya dengan seruan juga yang lebih tajam. Jenderal Wallace memang tidak seperti yang lainnya, sikapnya lebih ramah. Meskipun begitu, pada saat-saat tertentu dia juga menunjukkan ketegasannya. Seperti saat ini. Raut wajahnya tak terbantahkan, bahkan oleh putranya sekalipun. "Pangeran Alexant perlu waktu untuk sendiri. Tidak selamanya dia harus bersamamu, Nona Llyod." Jenderal Wallace menekankan kata-kata dalam kalimat terakhirnya. Ia ingin Beatrice menyadari posisinya di istana ini. Bukannya memandang rendah pada Beatrice, ia bukan seseorang yang seperti itu. Baginya semua manusia itu sama, tidak ada bedanya. Masalah kedudukan dan status sosial yang tinggi hanyalah sebagai faktor keberuntungan saja. Ia hanya tak ingin Beatrice memiliki perasaan berlebih terhadap Alexant ya

    Last Updated : 2024-02-14
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 39. Alastoire

    Alastoire merupakan kerajaan yang dingin, hampir sepanjang tahun selalu diliputi salju. Matahari hanya beberapa bulan saja mau menampakkan diri di Alastoire, seolah takut pada kerajaan besar itu. Musim dingin yang berkepanjangan membuat Alastoire seakan beku, tetapi terlihat sangat cantik. Alastoire terlihat seperti istana perak.Gadis berambut pirang itu memandangi hamparan danau beku di depannya. Setiap kali dia mengunjungi Alastoire, tidak pernah dia melihat danau ini mencair. Padahal sekarang adalah musim panas, tetapi Alastore tetap ditutupi salju. Sengaja dia kembali setahun sekali setiap mendekati hari ulang tahunnya, tetap saja dia tak pernah melihat hamparan danau ataupun air sungai. Semuanya membeku karena cuaca ekstrem yang berkepanjangan. "Berhenti memandanginya karena ia tidak akan mencair meskipun kau menatapnya seumur hidupmu." Tidak ada respons. Lance Loire berdecak, ternyata cuaca hangat Namira tidak dapat mencairkan sikap dingin putrinya. Beberapa menit ia menunggu

    Last Updated : 2024-02-15
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 40. Ada Apa Dengan Crystal?

    Sudah beberapa hari Crystal tidak terlihat bermain di atas bukit di belakang kastil keluarga Mars seperti biasanya. Itu yang dilaporkan prajurit ynag diberi tugas mengawasi Rainbow Hill. Raja Henry dan beberapa orang kepercayaannya berusaha sedapat mungkin menyimpan informasi ini dari Alexant. Ia tidak ingin putranya khawatir dan panik kemudian memaksa untuk melihat sendiri keadaan di Rainbow Hill. Bagaimanapun, Alexant tidak boleh keluar dari istana, belum saatnya. "Apa kau yakin dengan laporanmu?" Raja Henry bertanya sekali lagi pada prajurit yang tadi memberitahunya tentang keadaan Rainbow Hill."Saya sangat yakin, Yang Mulia." Prajurit tersebut mengangguk mengiakan. "Tak hanya Lady Mars yang tidak terlihat, tetapi juga Duke dan Dutchess Mars."Raja Henry tidak menanggapi, ia hanya menopang dagu dengan tangan kiri, menumpukan siku kirinya pada tangan singgasananya. "Ampuni saya yang telah lalai, Yang Mulia! Saya bersalah! Saya tidak melihat kapan mereka keluar dari kastil.""Itu

    Last Updated : 2024-02-17
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 41. Rainbow Hills

    Jarak dari istana ke Rainbow Hill biasanya ditempuh para prajurit dalam tiga hari, tetapi kali ini hanya dalam kurun waktu dua hari mereka sudah tiba. Alexant meminta mereka untuk tidak berhenti, istirahat mereka hanyalah saat makan. Tidak ada waktu untuk tidur, rasa cemas dan takut jika terjadi sesuatu pada Crystal membuat Alexant mampu menempuh perjalanan jauh tanpa tidur sedetik pun. Warna hijau dan udara sejuk khas pedesaan menyambut mereka begitu memasuki daerah Rainbow Hill. Pohon-pohon besar yang berjejer di sepanjang jalan membuat perjalanan mereka terasa lebih segar. Alexant beberapa kali menarik napas panjang, kemudian membuangnya melalui mulut. Rasa lega karena sudah tiba di tempat tujuan. Mungkin mereka akan beristirahat begitu tiba di kediaman para prajurit ini, tetapi setelah ia melihat Crystal-nya. Ia harus memastikan dengan mata kepalanya sendiri jika Crystal-nya baik-baik saja. Dari kejauhan, kastil keluarga bangsawan Mars berdiri dengan gagah. Kastil itu terlihat

    Last Updated : 2024-03-01

Latest chapter

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 64. Mimpi Buruk Beatrice

    Pagi datang lebih cepat saat kita berada di tempat yang lebih tinggi, Beatrice merasakannya. Sudah dua hari ini dia menyaksikan matahari terbit lebih awal dari biasanya saat dia masih di istana. Hari jadi terasa lebih panjang dan semakin membosankan. Tak ada gadis seusianya di sini, yang ada hanya Nenek dan Bibi Fasha. Prajurit yang waktu itu pergi bersama mereka juga sudah tidak terlihat lagi, sepertinya dia hanya mengantarkan saja, tidak menetap di sini bersama mereka. Tidak apa-apa, dia justru mensyukurinya. Daripada prajurit itu juga ikut tinggal di sini bersama mereka akan membuat dia ketakutan saja. Selama ini hanya Alexant, laki-laki yang dekat dengannya. Dia tidak memercayai yang lainnya. Pengalaman buruk saat ayahnya masih hidup membekas sampai sekarang. Meskipun ayahnya tidak pernah berbuat kasar, tetapi Ayah selalu mabuk. Bahkan Ayah tewas karena mabuknya itu. Ayah yang sudah sakit keras terlalu banyak meminum alkohol sampai nyawanya tak tertolong. Kejadian itu membuatnya

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 63. Tak Ingin Pulang

    "Bisakah kita tetap berada di sini beberapa hari lagi?" George dan Jerome Walker, prajurit yang memimpin tugas di Rainbow Hill, sudah menduga jika Alexant akan bertanya seperti itu. Cepat atau lambat dia pasti akan menanyakannya, seolah waktu satu minggu bersama Crystal masih kurang saja baginya. George memutar bola mata jengah. "Kupikir tidak bisa." Ia memalingkan muka hanya untuk menyembunyikan senyumnya. "Kita harus segera kembali ke istana, Yang Mulia. Sepuluh hari merupakan waktu yang lama bagi seorang pangeran meninggalkan istana." Alexant mendengkus kesal. "Aku baru beberapa hari di sini, George!" erangnya kesal. "Baru satu minggu, belum sepuluh hari seperti yang kau katakan.""Ditambah tiga hari selama perjalanan kita menuju ke sini, Yang Mulia.""Astaga!" Alexant memotong perkataan George tiba-tiba. Kepalanya langsung terasa berdenyut nyeri, dadanya panas seakan terbakar. "Lama di perjalanan tidak dihitung!" Ia mengibaskan kedua tangannya. "Lagi pula, George, kenapa kita h

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 62. Ternyata, Bukan di Rumah Nenek

    Sejak dia tinggal di istana, Nenek juga tidak lagi bekerja. Mama secara rutin mengirimkan uang untuknya, juga untuk membayar pekerjaan gadis pelayan yang menemani Nenek. Sebab, tidak lagi bekerja di perkebunan tomat, Nenek tidak lagi memasak sup tomat. Sekarang makanan di rumahnya sudah berbeda, berbagai hidangan selalu tersedia di meja saat tiba waktu makan. Kehidupan Nenek lebih terjamin. Beatrice mensyukurinya, dia merasa sangat senang karena Nenek bahagia. "Kita ada di mana, Nek?" tanya Beatrice dengan alis berkerut tajam. Matanya menatap liar sekeliling kamar. Dugaannya jika dia tidak sedang berada di rumah Nenek, semakin kuat. Keadaan kamar ini berbeda, lebih sederhana dibandingkan dengan kamar tidurnya di rumah nenek. Tidak ada perabotan apa-apa selain sebuah meja dan kursi yang kelihatannya sudah tua. "Apakah kita di rumah Nenek?" Imelda tersenyum melihat kepanikan di wajah cucu tersayangnya. Dia sendiri juga awalnya kaget ketika bangun tidur menemukan dirinya di tempat yang

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 61. Bertemu Nenek

    Kicauan burung yang terdengar tajam di telinga membangunkan Beatrice dari tidurnya. Dia membuka mata perlahan, mengerjap beberapa kali untuk membiasakan penglihatannya pada cahaya yang masuk. Alam tampak terang benderang di tangkap indra penglihatannya.Beatrice mengucek mata untuk memastikan. Dia menggerakkan kepala ke arah kanan, segera memejamkan mata dan menaikkan tangan untuk melindungi wajahnya dari paparan sinar matahari. Hangat terasa, tetapi juga sangat menyilaukan. Keadaan yang berbeda setiap dia bangun pagi pada biasanya. Beatrice menjauhkan tangan, duduk perlahan. Sepasang alisnya berkerut merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Mulutnya tanpa sadar mengeluarkan ringisan. Dia baru bangun tidur, bahkan nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Apa yang terjadi tadi malam masih belum diingat semuanya, masih samar-samar. Pagi ini dia merasa ada yang aneh. Entah keadaan kamarnya yang terasa jauh lebih terang dari biasanya –sinar matahari langsung masuk tanpa halangan apa pun– juga s

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 60. Bukan Diculik

    Beatrice mencoba untuk tidur lagi, dan berharap saat terbangun nanti semuanya hanya mimpi. Dia akan tetap berada di istana, berbaring di ranjang empuknya, di kamarnya bersama Bibi Fasha. Sayangnya, Beatrice tidak dapat tidur lagi. Meskipun sudah memejamkan mata, tetapi pikirannya tetap melayang ke mana-mana. Dia berusaha keras mengosongkan pikiran, tetap saja tidak bisa. Alexant memenuhi pikirannya. Dadanya bergemuruh, keringat membasahi sekujur tubuhnya yang terikat. Belum lagi dia berada di atas kereta kuda yang melaju kencang. Siapa yang dapat tidur dalam keadaan seperti dirinya saat ini? Air mata terus mengalir membasahi pipi Beatrice. Dalam hati dia terus berdoa semoga dia bisa keluar dari kereta ini dan bertemu dengan Alexant. Dia yakin Bibi Fasha berbohing saat mengatakan padanya tentang Alexant. Tidak mungkin Alexant memiliki gadis lain selain dirinya, hubungan mereka sangat dekat. Alexant selalu jujur padanya, jika ada seorang gadis yang mendekatinya, dia pasti akan berceri

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 59. Diculik?

    Fasha tidak percaya jika seorang Ibu bisa melakukan hal yang kejam terhadap anaknya. Namun, setelah mendengar rencana Selena, sekarang dia memercayainya. Rencana Selena untuk menyingkirkan Beatrice dari istana tergolong rencana yang gila. Bahkan Selena langsung bergerak setelah mendapatkan rencana itu. Dia meminta seorang prajurit yang dapat dipercayainya untuk membawa ibunya yang tinggal di sebuah desa, memindahkannya ke sebuah tempat terpencil yang sangat sulit untuk dijangkau. Setelah itu, barulah mereka akan membawa Beatrice ke sana, tempat yang sama dengan neneknya. Yang lebih gila lagi, Selena juga meminta Fasha untuk mendampingi mereka. Tidak mempunyai pilihan, dia mengangguk menyetujuinya. Tak mungkin dia membiarkan gadis semuda Beatrice hanya tinggal berdua bersama neneknya di tempat yang penuh bahaya. Mengendap mereka mendekati kamar tidur Fasha yang ditempatinya bersama Beatrice. Fasha sudah memastikan Beatrice tertidur lelap, gadis itu kelelahan setelah seharian menangi

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 58. Menyusun Rencana

    Alexant menoleh ke belakangnya, menatap sekilas Crystal yang berada satu meter di belakangnya. "Kau benar!" katanya tersenyum. "Astaga, George! Aku tidak percaya jika sudah bertindak bodoh seperti itu. Ini sangat memalukan!" Ia menggeram kesal. George tertawa tanpa suara. "Jangan khawatir, ini akan menjadi rahasia kita," sahutnya, menepuk bahu Alexant akrab. Alexant mengusap wajah kasar, kemudian memutar tubuh, melangkah ke arah Crystal, dan memeluknya. Mereka harus berpisah untuk hari ini sekarang. Sudah semakin sore, senja sebentar lagi akan datang. Bayangan pohon-pohon dan ilalang semakin memanjang ke arah timur. Alexant meraih jemari Crystal, meremasnya hangat. "Kau harus pulang sekarang," katanya lirih, tak rela mengucapkan kata-kata itu. "Aku tak ingin Duke Mars melarangnu untuk ke sini lagi besok.""Kita masih bisa bertemu lagi besok, Alexant?" Pertanyaan Crystal penuh semangat. Mata birunya tersenyum. Alexant mengangguk. "Tentu saja, aku tidak akan bersedia untuk pulang sec

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 57. Keinginan Menghentikan Waktu

    Waktu selalu terasa cepat berlalu saat kita berada dalam perasaan bahagia, gembira, dan perasaan positif lainnya. Namun, akan terasa sangat lambat, bahkan lebih lambat dari lari seekor kura-kura, jika kita berada dalam fase tidak bahagia. Itulah yang dirasakan Alexant sekarang. Ia merasa matahari cepat sekali tergelincir di ufuk barat, padahal rasanya baru beberapa menit ia bersama Crystal matahari sudah hampir terbenam saja. Sebagian bukit sudah terlihat gelap karena terlindung bayangan pohon-pohon yang tumbuh dengan tinggi menjulang dari hutan di sebelah sana. Padang bunga juga sedikit tertutup bayangan ilalang yang lebih tinggi dari mereka. "Bisakah aku menghentikan laju perputaran matahari?" Alexant bertanya entah kepada siapa. Hanya ada dirinya, Crystal, dan George di atas bukit ini. Crystal mengerutkan alis, sementara George tertawa mendengarnya. Keluhan Alexant terdengar lucu di telinganya, seperti mimpi seorang anak kecil. Alexant mendelik tajam, melemparkan ranting kayu k

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 56. Beatrice yang Keras Kepala

    "Bibi tidak tahu ke mana perginya Pangeran Alexant, Beatrice." Fasha menggelengkan kepala. "Tidak ada yang tahu kecuali Raja Henry dan Jenderal Wallace, dan mereka tentu tidak akan memberi tahu ke mana tujuan Pangeran Alexant. Pelayan seperti kita tidak penting, tidak ada gunanya memberitahukan apa pun pada kita. Tugas kita hanya melayani mereka, bukan untuk ikut campur urusan mereka." Sengaja Fasha mengatakan seperti ini. Dia hanya ingin Beatrice sadar kedudukannya di istana ini. Dia ingin Beatrice melupakan mimpinya untuk bisa berdampingan dengan Alexant sebagai suami istri. Mereka hanyalah pelayan, para bangsawan itu mengingat nama mereka saja sudah merupakan sebuah keberuntungan yang sangat langka bagi mereka. Beatrice menggigit bibir. Air matanya jatuh lagi mendengar jawaban Fasha. Kali ini dia tidak mengusapnya, Dibiarkannya air matanya jatuh melewati dagu dan menetes ke lutut, kemudian diserap oleh gaun yang menutupi lututnya. Kata-kata panjang lebar Fasha menamparnya, mencub

DMCA.com Protection Status