Tamara sibuk menyiapkan hidangan makan malam di dapur, memastikan semuanya sempurna. Dia sedang membuat hidangan penutup, ketika mendengar suara pintu depan terbuka. Perhatiannya teralihkan, dan dia segera meninggalkan dapur untuk memeriksa siapa yang baru masuk.Ketika Tamara tiba di pintu depan, dia melihat Davis baru saja memasuki rumah. Wajah Davis tampak letih, dan dia langsung duduk terhenyak di sofa ruang tamu, sambil menghela napas panjang. Melihat suaminya dalam keadaan seperti itu, Tamara tanpa berkata sepatah kata pun, segera kembali ke dapur untuk menyiapkan minuman.Tak lama kemudian, Tamara muncul kembali dengan secangkir teh hangat di tangan. Dia menaruh cangkir di meja samping sofa tempat Davis duduk. “Ini untukmu, Davis. Semoga bisa membantu menghilangkan lelahmu,” ujarnya lembut.Davis mengalihkan perhatian dari cangkir teh dan menatap Tamara. Namun begitu dia mendongak, Davis sama sekali tidak bisa menahan tawanya saat melihat Tamara yang mengenakan celemek dengan p
“Carson Donovan...” Davis bergumam pelan sambil memperhatikan data diri mengenai Carson yang di dapatnya dari Fabio. “Jadi apa yang dikatakan oleh Tamara, benar? Dia bekerja di sini, dan memang bertugas menangani proyek kerja sama di Aqualuna Isles?”Davis memperhatikan foto Carson dengan seksama.Setelah mendengar ucapan Tamara kemarin, Davis jadi merasa penasaran, dan langsung meminta Fabio untuk menyelidiki tentang Carson yang katanya bekerja sebagai supervisor di kantornya di divisi pengembangan bisnis, dan seperti yang telah Tamara sampaikan, ternyata pria itu memang benar-benar bekerja di bawah naungan perusahaan yang dipimpinnya.Bagaimana bisa semua ini terjadi secara kebetulan? Dia menyelamatkan Tamara saat tenggelam di Aqualuna Isles, dan secara kebetulan juga ternyata bekerja di perusahaanku. Tapi tampaknya dia tidak mengenali wajahku sama sekali saat kita bertemu di Aqualuna Isles waktu itu. Jika itu benar, maka seharusnya hubunganku dan Tamara aman. Selama aku dan dia tid
Tamara memahami dan bisa melihat betapa pentingnya meeting ini, apalagi dengan jadwal yang mendadak diubah oleh klien. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengambil tasnya dan bersiap mengikuti Carson.Sesuai permintaan klien, mereka berdua meninggalkan kantor dan menuju salah satu restoran yang sudah ditentukan. Perjalanan terasa singkat dengan rasa tegang yang menyelimuti keduanya. Sesampainya di restoran, mereka disambut oleh suasana yang hangat dan elegan. Carson memilih meja di sudut, tempat yang cukup tenang untuk meeting. Mereka duduk menunggu, sambil sekali lagi memeriksa dokumen dan bahan presentasi.Tak lama kemudian, klien mereka datang, seorang pria paruh baya dengan setelan rapi dan senyum ramah. Meeting pun dimulai. Carson memimpin diskusi dengan penuh percaya diri.Tamara duduk di sampingnya, memperhatikan setiap detail percakapan. Carson tampak begitu profesional; caranya berbicara tegas namun tetap sopan. Ada aura kharisma yang memancar dari dirinya, membuat Tamara tak
Tamara sedang menikmati makan siangnya dengan Carson ketika ponselnya bergetar di atas meja. Dia mengambilnya dan melihat sebuah pesan baru dari Davis. Awalnya, Tamara berpikir itu hanya pesan biasa, karena Davis awalnya hanya bertanya apakah dia sudah makan siang atau belum. Tetapi setelah membaca isi pesan berikutnya, alisnya mengernyit. Pesan itu terasa aneh baginya.Davis: Kenapa kau makan siang di sini?Tamara terdiam sejenak, mencerna maksud dari pesan tersebut. Apa maksud dari ucapannya? Kenapa dia mengirimkan pesan dengan kalimat yang seperti ini?Dengan cepat, Tamara mengetik balasan.Tamara: Apa maksudmu?Sambil menunggu balasan, Tamara mengalihkan pandangannya ke sekeliling restoran. Dia mencoba mencari tahu apakah ada sesuatu yang aneh atau mencurigakan. Tidak lama kemudian, ponselnya kembali bergetar. Pesan balasan dari Davis muncul di layar.Davis: Aku ada di restoran yang sama denganmu!Mata Tamara melebar, dan dia secara refleks mengangkat pandangannya, mencoba menemuk
Mereka mengakhiri pembicaraan singkat itu, dan Davis menyandarkan punggungnya ke dinding, menatap langit-langit restoran dengan pikiran yang berputar-putar. Setelah beberapa detik, dia kembali ke meja di mana Fabio sudah menunggunya.Sementara itu, Tamara menutup teleponnya dan mengambil napas panjang. Dia berjalan kembali ke meja dengan langkah tenang, meskipun dalam hatinya dia masih merasa cemas.Begitu tiba di meja, dia melihat Carson yang hampir menghabiskan makan siangnya.Carson mengangkat pandangannya dan tersenyum saat melihat Tamara kembali.Tamara duduk di kursinya dengan senyum kecil. "Maaf, toiletnya cukup penuh.” Davis samar-samar bisa mendengar pembicaraan mereka.Keduanya kembali menikmati makan siang mereka. Tamara berusaha tetap tenang, meskipun dia tidak bisa menghilangkan perasaan khawatir yang masih menghantuinya. Dia tahu bahwa Davis ada di dekatnya, dan dia harus memastikan bahwa Carson tidak menyadari kehadiran suaminya.Mereka mulai berbicara tentang topik-top
Carson merasa canggung dengan suasana yang tiba-tiba berubah setelah kejadian tadi. Dia memutuskan untuk beranjak bangkit dari tempat duduknya, berpamitan sebentar pada Tamara dengan alasan ingin pergi ke toilet. Tamara hanya mengangguk, membiarkan Carson pergi sementara dia melanjutkan makan siangnya, meski rasa canggung masih menggantung di antara mereka.Sepanjang langkahnya menuju toilet, Carson merasa ada yang aneh dengan dirinya. Pikirannya terus kembali pada momen ketika dia beradu tatap dengan Tamara.Wajah cantik wanita itu terbayang jelas dalam benaknya. Sentuhan tangan lembut Tamara juga tak bisa dihilangkan dari pikirannya. Carson menghela napas, merasa sedikit gugup dengan perasaan yang mulai mengganggu dirinya. Dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi satu hal yang pasti, situasi ini membuatnya merasa canggung.Carson kemudian melangkah masuk ke dalam toilet pria. Dia berharap dengan berada di sana, dia bisa menenangkan pikirannya dan menghilangkan perasaan cangg
“Apakah pria itu adalah suamimu?” tanya Carson tiba-tiba, suaranya terdengar serius.Tamara tertegun. Jantungnya berdegup kencang, namun dia berusaha keras menutupi keterkejutannya agar Carson tidak mencurigai apa pun.Apa maksudnya? Kenapa dia mendadak bertanya seperti ini? Apakah Carson melihat Davis di restoran tadi? pikir Tamara panik. Berbagai kemungkinan melintas di benaknya, dan hal itu semakin membuatnya gelisah. Namun, dia tetap mencoba untuk terlihat tenang, menahan semua kegelisahan yang menggerogoti pikirannya.Di sisi lain, Carson mengamati perubahan ekspresi Tamara. Wajah wanita itu terlihat sedikit tegang, seolah-olah ia sedang merenungkan sesuatu yang penting. Perasaan bersalah menyelinap di hati Carson. Apakah pertanyaanku barusan terlalu menyinggung?“Anda baik-baik saja, Tamara?” tanya Carson lagi, mencoba mengatasi kebingungannya dengan nada suara yang lebih lembut.Pertanyaan itu membuyarkan Tamara dari lamunannya. Dia mengerjapkan mata, berusaha menenangkan diri.
Davis menghela napas panjang saat membuka pintu rumahnya. Perasaan lelah menggelayuti tubuhnya, seperti beban berat yang terus-menerus menekan tanpa henti.Hari ini terasa sangat panjang. Tumpukan pekerjaan di kantor yang tak ada habisnya membuat kepalanya berdenyut dan tubuhnya terasa berat. Namun, Davis tahu ini bukanlah satu-satunya hari yang akan melelahkan. Di depan sana, masih ada hari-hari lain yang menunggu, sama sibuknya, mungkin bahkan lebih melelahkan.Dengan langkah gontai, Davis melangkah masuk ke dalam rumah sambil membawa tas kerjanya. Pikirannya masih dipenuhi oleh berbagai urusan pekerjaan, namun begitu memasuki ruang tamu, pandangannya tertuju pada sesuatu yang membuatnya berhenti sejenak.Di sana, di atas sofa, Tamara terbaring dengan tenang dalam kondisi tertidur lelap. Davis terdiam sambil memperhatikan sosok istrinya yang terlihat begitu damai dalam tidurnya. Tamara tampak sangat kelelahan, seolah-olah telah menunggu Davis pulang hingga akhirnya ketiduran.Davis