Pertemuan mereka yang di awali dengan pukulan alat pel di sebuah restauran. Pernikahan dadakan karena ancaman penjara, Mia mengingat itu semua tapi rasa pusing itu bukannya menghilang, justru semakin menyakitkan. Mia bangun, meraih tisu dengan buru-buru untuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya.
Zev terkejut, ia ketiduran menjaga Mia selama dua jam. Lebih di kejutkan lagi melihat darah yang sedang Mia seka.
“Mia!”
Pupil mata Mia melihat Zev, tangannya masih sibuk menyeka darah. Sosok Zev tidak begitu jelas di mata Mia, hanya terlihat postur tubuh Zev yang tinggi tapi wajah Zev tidak jelas. Mia menyipit untuk melihat Zev tapi tidak bisa. Bu
Benda berwarna putih telah bertebaran di mana-mana, sepanjang jalan hampir di penuhi oleh benda putih bernama salju. Cuaca juga sangat dingin, Mia meringkuk dalam pelukan Zev menuju perjalanan pulang. Sementara supir pribadi Zev fokus mengemudi agar tidak tergelincir akibat licinnya salju.Sekitar setengah jam kemudian, mobil berhenti di depan rumah. Mia turun setelah Zev, mengeratkan mantel ke tubuhnya untuk menghalau dingin yang menusuk kulit.“Astaga! Mia!” Mia sampai terkejut mendapat seruan dan pelukan dari Jeslyn, belum sempat keterkejutan itu reda, Jeslyn kembali berseru sembari menatap Zev. “apa yang kau lakukan sampai membuat putriku kedinginan di luar sana!” pekiknya.Mia meringis sedangkan Zev tidak tau harus menjawab apa. “Bukankah aku yang putra ibu? Kenapa seolah di sini aku bukan siapa-siapa?” gumam Zev, namun masih dapat Jeslyn dan Mia dengarkan. Jeslyn mendekati Zev, mencubit pinggang Zev. Entah
Pukul enam Zev baru pulang, dasinya di longgarkan, dua kancing teratas di lepas, kancing lengan baju pun di lepas sebelum ia gulung sampai siku. Lelahnya hari ini terasa jauh lebih parah dari hari-hari sebelumnya. Namun Zev tidak ingin memperlihatkan wajah lelahnya di depan Mia.Tapi Zev di buat terkejut saat tidak menemukan Mia ada di kamar, biasanya jam segini Mia akan duduk sambil bermain ponsel. Tapi kemana Mia pergi?“Mia!” Zev tidak ingin jika diam-diam Mia kabur lagi darinya, baru kemarin ia dan Mia berbaikan, sekarang jangan sampai Mia pergi lagi. Apalagi kondisi Mia yang belum bisa melihat dengan normal.Zev merasa lega begitu ia melihat Mia tertidur di ruang baca dengan memeluk satu buku besar mengenai bisnis. Zev tersenyum, ia tidak tau sejak kapan Mia mulai suka membaca buku bisnis sampai ketiduran seperti ini. Dan apakah mata Mia sudah bisa di gunakan untuk membaca?Perlahan buku yang Mia peluk di ambil oleh Zev, menyimpannya di d
Bukan ke rumah sakit yang Zev kunjungi ke esokan harinya. Sejak mengalami hal aneh kemarin, kini Zev merasa sehat seperti sebelumnya, sakit yang ia alami kemarin benar-benar aneh, tubuhnya terasa kedinginan lalu tiba-tiba saja kembali normal tanpa harus meneguk satu pun obat.Kini, di depannya tersedia cukup banyak dokumen. Helaan nafas dalam nan berat di hela oleh Zev, sebelum ia libur untuk musim dingin maka pekerjaan ini tidak akan selesai. Tak terasa sebentar lagi akan tiba waktu natal, Zev butuh mempersiapkan hadiah untuk Mia, tapi apa yang Mia sukai?“Ada rapat yang perlu kamu hadiri pukul dua nanti.” Jordan datang, memberikan layar ipad di depan Zev. “ini data yang baru saja aku terima, grafik pertumbuhan ekonomi perusahaan meningkat dua persen sejak satu bulan terakhir, ini bukan hal yang perlu di banggakan, bulan lalu grafik peningkatan mencapai angka delapan.”Zev memijit keningnya, ini bukan kenaikan tapi kualitas yang Zev kerj
Pulang dari restauran Zev dan Mia membeli kebutuhan hiasan pohon natal, sedangkan pohonnya sendiri sudah tersedia di rumah. Ini untuk pertama kalinya Zev membeli hiasan lampu kecil bersama Mia, dan Mia sendiri kini tengah asik memilih bola-bola dan hiasan gantung lainnya. Satu jam mereka habiskan untuk berbelanja, Zev menoleh ke arah Mia. “Bagaimana kondis penglihatanmu?” “Sudah jauh lebih baik, sepertinya aku harus rutin meminum obat agar aku bisa cepat pulih.” Zev tersenyum hangat. “Kenapa kau tidak jadi anak penurut dari kemarin, hm?” katanya sambil mulai mengemudikan mobil untuk pulang. “Obat itu pahit, aku tidak suka yang pahit, tapi kali ini demi kesembuhanku dan demi agar aku bisa melihatmu setiap hari jadi aku harus bisa tetap melihat.” ucap Mia. Zev tertawa pelan, mobil melaju perlahan karena mungkin saja jalanan licin karena salju yang masih turun. Tiba di rumah, Zev membawa kebutuhan yang akan di gunakan untuk menghias pohon natal,
Zev tak berhenti tersenyum dan mengecup punggung tangan Mia yang sedang berbarring belum sadar. Sejak mendengar informasi dari dokter jika Mia sedang mengandung, jantung Zev tak berhenti untuk merasa berdebar-debar, rasanya sangat menyenangkan jika nanti akan jadi seorang ayah.Mia harus mendengar informasi membahagiaan ini darinya setelah sadar nanti. Sesekali Zev mengusap perut Mia yang masih rata, ada bayinya di sana.“Aku merasa lemas, bisakah kamu membiarkanku memejamkan mata dengan tenang.” ucap Mia dengan mata terpejam, perlahan mata itu terbuka menatap Zev yang sedang tersenyum lebar.“Ada apa denganmu? Kau senang aku merasa lemas seperti ini?” Mia kembali memejamkan mata, rasanya sangat lelah dan ia ingin istirahat dengan nyaman.“Mia. Tidakkah kamu ingin mendengar kabar baik dariku?”“Apa yang ingin kamu katakan? Aku masih ingin tidur.”“Kita akan jadi orang tua, di perutm
Mia menatap Zev, wajah putihnya kini memerah, hidungnya pun merah, mata birunya sayu dan kondisi Zev cukup lemah sejak tiga puluh menit yang lalu.“Kau yakin tidak apa-apa? Tapi aku melihatmu kau tidak sedang baik-baik saja.” ucap Mia.Tangan Zev terangkat, ia baik-baik saja kecuali perasaan menyiksa morning sickness yang harusnya ibu hamil alami. Ternyata seperti ini rasanya mengalami gejala orang hamil, benar-benar menyiksa, kedua kaki Zev sampai lemas hanya karena banyak berdiri di depan wastafel kamar mandi.Mia memperbaiki selimut untuk Zev, lelaki itu memejamkan matanya, namun ketika asisten rumah tangganya meminta ijin masuk sambil membawakan sarapan, aroma dari masakan itu kembali membuat Zev melompat dari tempat tidur, tenggorokannya sampai perih hanya karena mual yang dia alami sejak tadi.Asisten rumah tangga yang membawakan sarapan jadi heran, masakan segera di letakkan di atas meja lalu keluar tanpa perlu berlama-lama.&ldq
Cuaca sangat dingin, di balkon kamar salju menumpuk di tiang pagar. Penyakit aneh Zev kembali kambuh, matanya baru terbuka dan ia langsung melompat dari tempat tidur untuk berlari ke kamar mandi.Mia ikut terbangun karena kaget, melihat Zav yang sudah berada di kamar mandi, mual tidak karuan di sana. Kembali lagi dengan wajah yang memerah.“Hari natal ini kamu tidak terlihat baik.” ucap Mia, Zev ambruk ke tempat tidur dengan posisi kura-kura. Mia menepuk-nepuk bahu Zev dan mengusapnya.“Aku tidak menyangka akan seperti ini akibat dari istri yang mengandung bayi kembar.” Zev bergerak sedikit, menatap perut Mia dan mengusapnya. “Hello my twins, jika kalian sudah lahir nanti, Daddy harap jangan menyusahkan mommy kalian ya. Cukup Daddy saja yang merasakan efek dari keberadaan kalian di dalam perut mommy.” ucap Zev, mia terkekeh geli. Zev menundukkan wajahnya di pangkuan Mia.“Akan sampai berapa lama aku
“Ini foto Zev saat pertama kali ikut memancing ayahnya ketika umur enam tahun. Dia dulu pemancing yang hebat, lihatlah hasil tangkapan ikannya jauh lebih besar dari ayahnya.” Jeslyn memangku album foto besar, menunjuk foto Zev saat masih kecil dan menceritakan masa di mana Zev masih kanak-kanak.Sesekali Mia tersenyum, Zev memang tampan dari kecil, tapi dulu Zev memiliki rambut pirang seperti ayahnya sampai rambut Zev perlahan menghitam secara alami seiring usianya semakin bertambah.“Lihat ini, ini Zev usia tujuh belas tahun, dia benci jika ulang tahunnya di rayakan, tapi dulu aku memaksanya, lihatlah wajah cemberutnya itu, dia memang bayi besarku.” Jeslyn tertawa geli dan membuka lembar berikutnya.“Zev pemain bass?” tanya Mia sembari menunjuk satu lembar foto yang menarik perhatianya.“Dulu Zev punya band, jika tidak salah ingat waktu itu membernya ada lima orang, aku lupa siapa namanya, tapi semenjak Zev mulai