Mia di bawa oleh Andreas ke rumah sakit tanpa di ketahui oleh Jeslyn, Andreas hanya berpesan pada kasir yang berjaga di depan pintu jika ada seorang ibu mecari anaknya maka katakan Andreas membawanya ke rumah sakit terdekat.
Lelaki asing itu menggendong Mia memasuki rumah sakit, para petugas mengarahkan agar Andreas membawa Mia masuk ke dalam ruangan perawatan. Dokter pun datang untuk memeriksa, Andreas hanya berdiri di luar pintu ruangan, ia tidak mengenal perempuan tadi tapi sebagai sesama manusia jelas Andreas tidak akan membiarkan seorang perempuan pingsan di depannya begitu saja.
Hanya butuh beberapa menit sampai dokter keluar. “Anda suaminya?”
“Bukan, saya bahkan tidak mengenal perempuan itu. Keluarganya akan datang sebentar lagi. Tapi kenapa dia tiba-tiba pingsan?” tanya Andreas balik pada dokter.
“Pasien pernah mengalami benturan keras pada kepalanya, kemungkinan obat yang di sarankan oleh dokter tidak di minum secara
Zev membuka mata, kepalanya pusing, tapi seingatnya tadi ia tiak meneguk minuman beralkohol atau apapun yang bisa membuatnya pingsan. Zev bergerak tapi di kejutkan dengan sebuah tangan yang memeluk perutnya erat dengan posisi berbaring.Zev pun menoleh, ia di buat jauh lebih terkejut melihat Gracila yang berbaring di sampingnya. Memejamkan mata di saat pakaian mereka berhamburan di lantai. Zev tidak ingat apapun, seingatnya ia tadi makan siang di restauran lalu entahlah, sepertinya Gracila memasukkan sesuatu ke dalam makananya sampai tak sadarkan.Dengan kasar Zev menghempaskan tangan perempuan itu dari perutnya, semanjak bertemu dengan Gracila lagi perasaan Zev sudah membunyikan alarm jika perempuan itu tak pantas untuk berdekatan dengannya lagi.Zev mencari sumber suara dering ponsel. Beranjak dari tempat tidur, tak peduli jika Zev telah berhasil mengusik tidur lelap Gracila. Perempuan itu menyeringai ketika Zev berdiri membelakanginya hany
Hari sudah siang dan tidak ada kabar dari Zev. Sejak kemarin Mia tidak kembali dapat panggilan, apakah Zev sangat sibuk sampai tak bisa di hubungi atau menyempatkan menghubungi? Mia memutuskan pergi ke restauran, ia lebih bisa bergerak bebas di sana dengan ikut bekerja seperti karyawan lain.Mia sibuk bekerja, tapi tentu saja seragmnya tidak sama dengan para karyawan. Ketika sibuk melayani pengunjung, Mia tidak sadar jika ia kembali bertemu dengan lelaki bernama Andreas.“Kau bekerja di sini?” tanya Andreas.Mia menoleh, melemparkan senyuman untuk lelaki yang sudah pernah menolongnya. “Yah karena tidak ada hal yang aku lakukan selain bekerja di sini.” jawabnya. “Bisa aku catat pesananmu?” tanya Mia balik.“Pilihkan makanan yang menurutmu sangat di rekomendasikan, aku akan mencobanya.”“Baiklah. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan pesananmu.” pamit Mia, Andreas menatap kepergian Mia.
“Bisa kamu palingkan wajahmu dariku?” tanya Mia.Zev menggeleng. Lelaki itu tetap menatap Mia, memastikan istrinya meminum obat agar kejadian pingsan tiba-tiba tidak terjadi lagi. Setelah Zev berhasil mendapatkan rekap medis Mia, Zev sendiri yang akan memastikan Mia meminum obat, bagian di dalam kepala Mia mengalami pendarahan dan jika itu terus berulang maka akibatnya bisa fatal, Zev tidak mau itu terjadi.Zev baru mulai memperdalam perasaan pada Mia, ia jelas tidak mau kehilangan Mia karena alasan yang menyakitkan. Air minum di sodorkan di depan Mia.“Sebelum aku memastikan obat itu kau telan, aku tidak akan berhenti menatapimu.”“Tapi aku tidak bisa. Obat yang aku minum akan keluar kembali jika kau menatapku seperti ini.”Senyum Zev terukir. “Ingin aku mengunyahnya untukmu? Itu akan lebih romantis.” godanya.Mia mendelik, dengan cepat ia langsung meneguk dua obat sekaligus bers
Zev dan Mia pulang setelah memeriksakan kondisi Mia. Tapi sepanjang perjalanan Mia tak banyak bicara, biasanya perempuan itu akan berbicara banyak hal, termasuk apa yang Zev lakukan saat di Manhattan, tapi sekarang Mia justru lebih banyak diam sejak tadi pagi.“Mia.” Zev menggenggam sebelah tangan Mia sedangkan sebelahnya lagi memegang kendali setir kemudi. “Are you okay?” tanya Zev khawatir.“Aku baik-baik saja.” Mia berkata dingin, tangannya di tarik dari genggaman Zev, wajahnya di palingkan memilih melihat kelar jendela mobil.Apakah Zev tidak ingin mengatakan yang sebenarnya tanpa Mia bertanya? Atau Zev sengaja menyembunyikan wanita di foto itu? Mia tidak mengerti mana yang benar tapi yang jelas adalah hatinya masih sakit.Mia juga tidak tau siapa yang mengirimkan foto-foto tadi padanya, siapapun itu sepertinya Mia harus berterima kasih, dia telah memberitahunya jika di belakang Zev juga bermain dengan
Perjalanan di tempuh setengah jam oleh Mia, ia masih berada di bagian Los Angeles, tapi cukup jauh dari kediaman tempat tinggal Zev dan juga rumah Jeslyn. Mia memesan sebuah kamar untuknya menginap, sepertinya untuk beberapa hari ke depan ia akan tinggal di tempat itu.Mia merapatkan mantel, orang yang memberinya mantel ini sungguh baik hati. Dia tidak mengenal Mia tapi sudi memberikan mantelnya tanpa pamrih.Ponsel tetap Mia matikan, entah Zev sudah menyadari kepergian Mia atau belum. Yang jelas saat ini Mia belum ingin mendengar apapun yang keluar dari bibir lelaki itu.“Proposal yang tadi sudah aku lihat, ada kesalahan dari anggaran dana yang di keluarkan, beri tahu pihak yang berkaitan untuk memperbaikinya.” ucap Zev pada Jordan.Zev melihat kini sudah pukul enam, ponselnya sedang mati kehabisan daya jadi Zev belum bisa menghubungi Mia, entah istrinya itu sudah baikan atau belum, sejak pagi di diamkan oleh Mia ternyata tidak nyaman.
Mia tidak pulang. Itulah hal yang Zev takutkan, Mia pasti cemburu atas kedatangan Gracila yang tiba-tiba mengaku sebagai kekasih Zev. Jika terjadi sesuatu dengan Mia, Zev akan melampiaskan kemarahannya untuk menghancurkan Gracila. Lihat saja nanti.Dengan perasaan cemas, Zev masih mencari Mia, tak tau di mana posisi wanita itu berada. Bagaimana jika sekali lagi terjadi sesuatu dengan Mia? Harusnya Zev masih menyuruh para bodyguard berjaga di luar rumah, bahkan mengikuti kemana saja Mia pergi.Tapi Zev lalai, mengira Mia tidak akan mengulangi tindakan kaburnya untuk ke dua kali. Dan sekarang Mia pergi entah kemana, orang-orang suruhan Zev pun masih belum memberi kabar mengenai posisi Mia.“Ayolah, kau butuh penjelasanku sebelum pergi dari rumah seperti ini.” gumam Zev. Kondisinya kini sudah berantakan, dasi tak terpasang dengan rapih, dua kancing bajunya terbuka padahal ini adalah musim dingin.Sejak kemarin Zev tidak peduli dengan tampilan, ya
Dua jam Mia tidak sadarkan diri. Mia akhirnya membuka mata, suasana putih dan membosankan menjadi pemandangan utama. Keningnya mengernyit merasakan pusing yang amat sangat menyiksa. Saat Mia berusaha untuk meredakan rasa pusing, ia justru malah di hadapkan dengan ingatan tentang Zev.Pertemuan mereka yang di awali dengan pukulan alat pel di sebuah restauran. Pernikahan dadakan karena ancaman penjara, Mia mengingat itu semua tapi rasa pusing itu bukannya menghilang, justru semakin menyakitkan. Mia bangun, meraih tisu dengan buru-buru untuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya.Zev terkejut, ia ketiduran menjaga Mia selama dua jam. Lebih di kejutkan lagi melihat darah yang sedang Mia seka.“Mia!”Pupil mata Mia melihat Zev, tangannya masih sibuk menyeka darah. Sosok Zev tidak begitu jelas di mata Mia, hanya terlihat postur tubuh Zev yang tinggi tapi wajah Zev tidak jelas. Mia menyipit untuk melihat Zev tapi tidak bisa. Bu
Benda berwarna putih telah bertebaran di mana-mana, sepanjang jalan hampir di penuhi oleh benda putih bernama salju. Cuaca juga sangat dingin, Mia meringkuk dalam pelukan Zev menuju perjalanan pulang. Sementara supir pribadi Zev fokus mengemudi agar tidak tergelincir akibat licinnya salju.Sekitar setengah jam kemudian, mobil berhenti di depan rumah. Mia turun setelah Zev, mengeratkan mantel ke tubuhnya untuk menghalau dingin yang menusuk kulit.“Astaga! Mia!” Mia sampai terkejut mendapat seruan dan pelukan dari Jeslyn, belum sempat keterkejutan itu reda, Jeslyn kembali berseru sembari menatap Zev. “apa yang kau lakukan sampai membuat putriku kedinginan di luar sana!” pekiknya.Mia meringis sedangkan Zev tidak tau harus menjawab apa. “Bukankah aku yang putra ibu? Kenapa seolah di sini aku bukan siapa-siapa?” gumam Zev, namun masih dapat Jeslyn dan Mia dengarkan. Jeslyn mendekati Zev, mencubit pinggang Zev. Entah