Sudah tiga hari Zev pergi ke Manhattan, selama itu setiap malam Zev pasti akan menghubungi Mia, tak peduli jika saat itu Mia sedang tidur, Zev akan terus menghubungi sampai Mia menerima panggilan yang ia lakukan bahkan Zev juga tidak peduli jika setelah Mia menerima panggilannya, perempuan itu akan mengomel panjang kali lebar. Karena omelan Mia yang bisa membuat Zev merasa sedikit beban pekerjaan yang ia lakukan berkurang.
Ini adalah hari ke empat, dan artinya tinggal satu hari kemungkinan Zev akan pulang. Mia saat ini berada di mobil, melakukan perjalanan ke rumah ibu Zev. Rumah Jeslyn selalu terbuka lebar untuk menyambut kedatangan Mia, ibu Zev sangat ramah dan Mia sangat suka.
Rutinitas selama Zev tidak ada, Mia manfaatkan dengan berkunjung ke rumah Jeslyn atau ke restauran. Itu jauh lebih baik ketimbang mendekam di rumah tanpa melakukan apapun.
“Keadaan Ibu bagaimana?” tanya Mia.
“Aku sudah jauh lebih baik. Hanya perlu beberapa
Mia di bawa oleh Andreas ke rumah sakit tanpa di ketahui oleh Jeslyn, Andreas hanya berpesan pada kasir yang berjaga di depan pintu jika ada seorang ibu mecari anaknya maka katakan Andreas membawanya ke rumah sakit terdekat.Lelaki asing itu menggendong Mia memasuki rumah sakit, para petugas mengarahkan agar Andreas membawa Mia masuk ke dalam ruangan perawatan. Dokter pun datang untuk memeriksa, Andreas hanya berdiri di luar pintu ruangan, ia tidak mengenal perempuan tadi tapi sebagai sesama manusia jelas Andreas tidak akan membiarkan seorang perempuan pingsan di depannya begitu saja.Hanya butuh beberapa menit sampai dokter keluar. “Anda suaminya?”“Bukan, saya bahkan tidak mengenal perempuan itu. Keluarganya akan datang sebentar lagi. Tapi kenapa dia tiba-tiba pingsan?” tanya Andreas balik pada dokter.“Pasien pernah mengalami benturan keras pada kepalanya, kemungkinan obat yang di sarankan oleh dokter tidak di minum secara
Zev membuka mata, kepalanya pusing, tapi seingatnya tadi ia tiak meneguk minuman beralkohol atau apapun yang bisa membuatnya pingsan. Zev bergerak tapi di kejutkan dengan sebuah tangan yang memeluk perutnya erat dengan posisi berbaring.Zev pun menoleh, ia di buat jauh lebih terkejut melihat Gracila yang berbaring di sampingnya. Memejamkan mata di saat pakaian mereka berhamburan di lantai. Zev tidak ingat apapun, seingatnya ia tadi makan siang di restauran lalu entahlah, sepertinya Gracila memasukkan sesuatu ke dalam makananya sampai tak sadarkan.Dengan kasar Zev menghempaskan tangan perempuan itu dari perutnya, semanjak bertemu dengan Gracila lagi perasaan Zev sudah membunyikan alarm jika perempuan itu tak pantas untuk berdekatan dengannya lagi.Zev mencari sumber suara dering ponsel. Beranjak dari tempat tidur, tak peduli jika Zev telah berhasil mengusik tidur lelap Gracila. Perempuan itu menyeringai ketika Zev berdiri membelakanginya hany
Hari sudah siang dan tidak ada kabar dari Zev. Sejak kemarin Mia tidak kembali dapat panggilan, apakah Zev sangat sibuk sampai tak bisa di hubungi atau menyempatkan menghubungi? Mia memutuskan pergi ke restauran, ia lebih bisa bergerak bebas di sana dengan ikut bekerja seperti karyawan lain.Mia sibuk bekerja, tapi tentu saja seragmnya tidak sama dengan para karyawan. Ketika sibuk melayani pengunjung, Mia tidak sadar jika ia kembali bertemu dengan lelaki bernama Andreas.“Kau bekerja di sini?” tanya Andreas.Mia menoleh, melemparkan senyuman untuk lelaki yang sudah pernah menolongnya. “Yah karena tidak ada hal yang aku lakukan selain bekerja di sini.” jawabnya. “Bisa aku catat pesananmu?” tanya Mia balik.“Pilihkan makanan yang menurutmu sangat di rekomendasikan, aku akan mencobanya.”“Baiklah. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan pesananmu.” pamit Mia, Andreas menatap kepergian Mia.
“Bisa kamu palingkan wajahmu dariku?” tanya Mia.Zev menggeleng. Lelaki itu tetap menatap Mia, memastikan istrinya meminum obat agar kejadian pingsan tiba-tiba tidak terjadi lagi. Setelah Zev berhasil mendapatkan rekap medis Mia, Zev sendiri yang akan memastikan Mia meminum obat, bagian di dalam kepala Mia mengalami pendarahan dan jika itu terus berulang maka akibatnya bisa fatal, Zev tidak mau itu terjadi.Zev baru mulai memperdalam perasaan pada Mia, ia jelas tidak mau kehilangan Mia karena alasan yang menyakitkan. Air minum di sodorkan di depan Mia.“Sebelum aku memastikan obat itu kau telan, aku tidak akan berhenti menatapimu.”“Tapi aku tidak bisa. Obat yang aku minum akan keluar kembali jika kau menatapku seperti ini.”Senyum Zev terukir. “Ingin aku mengunyahnya untukmu? Itu akan lebih romantis.” godanya.Mia mendelik, dengan cepat ia langsung meneguk dua obat sekaligus bers
Zev dan Mia pulang setelah memeriksakan kondisi Mia. Tapi sepanjang perjalanan Mia tak banyak bicara, biasanya perempuan itu akan berbicara banyak hal, termasuk apa yang Zev lakukan saat di Manhattan, tapi sekarang Mia justru lebih banyak diam sejak tadi pagi.“Mia.” Zev menggenggam sebelah tangan Mia sedangkan sebelahnya lagi memegang kendali setir kemudi. “Are you okay?” tanya Zev khawatir.“Aku baik-baik saja.” Mia berkata dingin, tangannya di tarik dari genggaman Zev, wajahnya di palingkan memilih melihat kelar jendela mobil.Apakah Zev tidak ingin mengatakan yang sebenarnya tanpa Mia bertanya? Atau Zev sengaja menyembunyikan wanita di foto itu? Mia tidak mengerti mana yang benar tapi yang jelas adalah hatinya masih sakit.Mia juga tidak tau siapa yang mengirimkan foto-foto tadi padanya, siapapun itu sepertinya Mia harus berterima kasih, dia telah memberitahunya jika di belakang Zev juga bermain dengan
Perjalanan di tempuh setengah jam oleh Mia, ia masih berada di bagian Los Angeles, tapi cukup jauh dari kediaman tempat tinggal Zev dan juga rumah Jeslyn. Mia memesan sebuah kamar untuknya menginap, sepertinya untuk beberapa hari ke depan ia akan tinggal di tempat itu.Mia merapatkan mantel, orang yang memberinya mantel ini sungguh baik hati. Dia tidak mengenal Mia tapi sudi memberikan mantelnya tanpa pamrih.Ponsel tetap Mia matikan, entah Zev sudah menyadari kepergian Mia atau belum. Yang jelas saat ini Mia belum ingin mendengar apapun yang keluar dari bibir lelaki itu.“Proposal yang tadi sudah aku lihat, ada kesalahan dari anggaran dana yang di keluarkan, beri tahu pihak yang berkaitan untuk memperbaikinya.” ucap Zev pada Jordan.Zev melihat kini sudah pukul enam, ponselnya sedang mati kehabisan daya jadi Zev belum bisa menghubungi Mia, entah istrinya itu sudah baikan atau belum, sejak pagi di diamkan oleh Mia ternyata tidak nyaman.
Mia tidak pulang. Itulah hal yang Zev takutkan, Mia pasti cemburu atas kedatangan Gracila yang tiba-tiba mengaku sebagai kekasih Zev. Jika terjadi sesuatu dengan Mia, Zev akan melampiaskan kemarahannya untuk menghancurkan Gracila. Lihat saja nanti.Dengan perasaan cemas, Zev masih mencari Mia, tak tau di mana posisi wanita itu berada. Bagaimana jika sekali lagi terjadi sesuatu dengan Mia? Harusnya Zev masih menyuruh para bodyguard berjaga di luar rumah, bahkan mengikuti kemana saja Mia pergi.Tapi Zev lalai, mengira Mia tidak akan mengulangi tindakan kaburnya untuk ke dua kali. Dan sekarang Mia pergi entah kemana, orang-orang suruhan Zev pun masih belum memberi kabar mengenai posisi Mia.“Ayolah, kau butuh penjelasanku sebelum pergi dari rumah seperti ini.” gumam Zev. Kondisinya kini sudah berantakan, dasi tak terpasang dengan rapih, dua kancing bajunya terbuka padahal ini adalah musim dingin.Sejak kemarin Zev tidak peduli dengan tampilan, ya
Dua jam Mia tidak sadarkan diri. Mia akhirnya membuka mata, suasana putih dan membosankan menjadi pemandangan utama. Keningnya mengernyit merasakan pusing yang amat sangat menyiksa. Saat Mia berusaha untuk meredakan rasa pusing, ia justru malah di hadapkan dengan ingatan tentang Zev.Pertemuan mereka yang di awali dengan pukulan alat pel di sebuah restauran. Pernikahan dadakan karena ancaman penjara, Mia mengingat itu semua tapi rasa pusing itu bukannya menghilang, justru semakin menyakitkan. Mia bangun, meraih tisu dengan buru-buru untuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya.Zev terkejut, ia ketiduran menjaga Mia selama dua jam. Lebih di kejutkan lagi melihat darah yang sedang Mia seka.“Mia!”Pupil mata Mia melihat Zev, tangannya masih sibuk menyeka darah. Sosok Zev tidak begitu jelas di mata Mia, hanya terlihat postur tubuh Zev yang tinggi tapi wajah Zev tidak jelas. Mia menyipit untuk melihat Zev tapi tidak bisa. Bu
Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya.Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang.“Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung.“Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama me
Pagi hari yang indah, seindah saat mata terbuka langsung di suguhkan pemandangan paling sempurna yang pernah Mia dapatkan dalam hidupnya. Yaitu sosok laki-laki tampan yang masih terlelap dalam tidurnya, lelaki yang sudah menjadikannya sebagai seorang istri hingga usia pernikahan mereka menginjak angka sembilan tahun.Sudah berlalu sangat lama, tapi Mia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Zev meski ia sempat melupakan hal itu. Namun kini, Mia tidak akan melupakan momen tersebut.Dirinya hanyalah seorang karyawan yang beruntung, pekerjaan yang Mia lakukan tidak pernah membuat Mia berpikir bisa mendapat seorang boss sebagai suaminya, terlebih boss itu dari tempatnya bekerja.Lebih tidak menyangka lagi, Mia memukuli Zev di pertemuan pertama, tak tau jika orang yang ia pukuli kala itu adalah pemilik tempatnya bekerja. Takdir menyusun rangkaian pertemuannya dengan Zev dengan cara yang unik, tak ada cinta saat pernikahan, namun semakin lama
Dua hari kemudian, Zev dan Mia sudah mengemasi barang mereka untuk persiapan liburan. Dua hari ini Zia dan Zeus tinggal di rumah Danis sampai kondisi kaki Danis bisa di gunakan berjalan seperti biasa walau masih sedikit pincang.Suara keributan si kembar yang baru pulang terdengar, Mia dan Zev menarik koper membuat kedua anak mereka melihat heran.“Mom dan Dad mau pergi kemana?” tanya Zeus.“Kami akan pergi beberapa hari, untuk sementara kalian tinggal dengan Grandma, ya? Dad akan mengantar kalian ke rumah Grandma hari ini sampai mom dan Dad pulang, kalian harus bersikap baik dengan Grandma, mengerti?” ucap Zev.Zeus dan Zia tidak berkomentar, mereka mengikut saat di antar ke rumah Jeslyn, setelahnya Zev dan Mia langsung menuju ke bandara.Penerbangan di lewati selama belasan jam di udara, Zev menatap Mia dari samping saat Mia melihat ke luar jendela pesawat, sudah sembilan tahun ia dan Mia memperta
“Kenapa tidak ikut dengan yang lain?” tanya Danis, Zia yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Danis kemudian menggeleng. Danis menghembuskan nafas, “Aku tidak apa-apa, sungguh, ini hanya luka kecil, kamu bergabunglah dengan yang lain.” katanya, namun Zia tetap menggeleng, tubuhnya duduk tegak.Dua hal yang Zia rasakan sekarang adalah rasa bersalah dan perasaan senang karena Danis mau berbicara padanya tanpa harus ia bujuk lebih dulu, namun karena itulah Zia tegang, Danis tak pernah seramah ini sebelumnya, apa luka di kakinya juga memperngaruhi kepalanya?Danis mengukir tipis senyumnya, “Kamu tidak terluka , ‘kan?” tanya nya.“Tidak, tapi karena aku kamu sekarang tidak bisa jalan. Lihatlah kakimu yang membengkak ini, aku akan menemanimu di sini.”“Kau tidak tertarik dengan pemilihan kostum halloween terbaik tahun ini?” tanya Danis.Zia menggeleng, “A
Hari hantu atau kerap kali di sebut perayaan halloween telah di lakukan, di mana-mana orang menyiapkan hal apa saja yang di butuhkan dalam perayaan tersebut, dan yang paling penting dari perayaan itu adalah kostum, baik ana-anak maupun orang dewasa mengenakannya.Mia menemani Zeus dan Zia pergi sekolah, ada pemilihan kostum terbaik dalam perayaan halloween setiap tahun yang di adakan, para orang tua siswa lain juga ikut melihat perayaan sehingga di sekolah tempat Zeus dan Zia menempuh pendidikan kini sangat ramai.Berbagai kostum unik dan mengerikan di pakai, riasan wajah yang mengerikan di gambar di wajah anak-anak yang akan mengikuti pemilihan. Zia dengan tongkat sihirnya dan juga topi kerucut bengkok, Mia menambahkan riasan di wajah anak-anaknya sesuai dengan tema pakaian yang si kembar pakai.Zia mengganti sapunya menjadi tongkat, bajunya yang semula kebesaran sudah di buat sesuai ukuran tubuh gadis itu. Sementara Zeus kini sedang pamer jub
Zev menuju ke lokasi yang di sebutkan Gracila, tidak begitu jauh dari gedung yang Zev datangi sehingga hanya butuh beberapa menit saja sampai ia melihat keberadaan Gracila bersama Celine.Jauh di luar pikiran Zev, ia pikir Gracila akan menyakiti Celine, namun ternyata Gracila justru bermain dengan Celine layaknya ibu dan anak sembari menikmati udara sore hari. Ada kehangatan yang menghampiri hati Zev melihat Celine bahagia.Zev memang bukan ayah Celine, namun Zev tau pengorbanan Cameron untuk membesarkan Celine dari sifat Gracila yang keras kepala, Gracila bahkan sempat tidak mengakui Celine sebagai putrinya sendiri.Tapi sekarang, dengan mata kepala Zev sendiri ia melihat Gracila bersikap seperti layaknya seorang ibu pada putrinya, hal yang sangat sulit di percaya, namun tawa Celine tidak bisa berbohong. Gadis kecil itu tertawa lebar bermain dengan Gracila, kebahagiaan terpancar di wajah putri Cameron.Zev tidak langsung menghampiri, diam
Masih berada di daerah peternakan, Zeus dan Zia mengikuti kakek Ben untuk memanen jagung, terlihat kebahagiaan si kembar ketika mereka mengumpulkan jagung yang sudah di pisah dari batangnya ke dalam gerobak.Mia dan Zev juga tidak mau mengalah, Ma ikut dengan istri kakek Ben untuk mencabut wortel dan mengambil beberapa bunga kol.“Sudah berapa lama kamu dan Zev menikah?” tanya Nenek Trisa sembari memasukkan wortel yang baru di cabut ke dalam keranjang.“Sudah sekitar sembilan tahun. Bibi dan paman Ben kenapa tidak pernah menemui kami sebelumnya? Jika Zev tidak mengatakan kalau paman Ben adalah kakak dari ibu Zev, aku tidak akan tau jika ada keluarga Zev juga yang tinggal di sini.”Nenek Trisa hanya tersenyum tipis. “Bibi, selain bibi dan pman Ben, apa Bibi punya anak yang menemani bibi tinggal di sini?” tanya Mia penasaran, pasalnya ia hanya melihat kakek Ben dan istrinya, lalu dua orang penj
Ke esokan hari Zev membawa kedua anaknya di tempat yang cukup jauh dari kota, ladang luas menjadi pemandangan utama, Zia dan Zeus melihat keluar dari kaca jendela sembari bergumam takjub.“Dad, Dad! Apa yang kita lakukan di tempat ini?” tanya Zia.“Zia benar, apa yang kita lakukan di sini? Kenapa kita tidak menyiapkan acara halloween untuk besok?”“Kita juga sedang menyiapkan acara halloween, tapi dengan cara sedikit berbeda.” Zev kemudian memberhentikan mobil di depan sebuah rumah kayu bertingkat dua, seorang berambut putih terlihat cukup tua berjalan menghampiri.Zeus dan Zia turun dari mobil, mereka melihat beberapa hewan berada di balik pagar pembatas, ada dua kuda, ayam, ada pula domba dan juga sapi. Zeus melihat Zev yang tengah berbicara pada pria tua yang menyapa, kemudian Zev memanggil.“Zeus, Zia! Ayo!”Si kembar berlari mengikuti langkah Zev yang berjalan ke ba
“Zia.” panggil Zeus sembari mengampiri sang adik kembar, terlihat Zia duduk membelakangi Zeus sambil memegang buku, membacanya dalam posisi berbaring di atas tempat tidur, telinganya di sumpal oleh benda yang terhubung dengan Mp3.Zeus menepuk kaki Zia, gadis itu terlonjak kaget sampai berteriak, nyaris saja Zeus terkena timpukan buku yang Zia pegang.“Kenapa kau mengagetkanku, ZEUS!”“Kau yang tidak mendengar panggilanku.”Zia melepaskan earphone, menyimpannya di atas meja. “Kenapa menemuiku? Aku sedang tidak berbicara denganmu.” ketus Zia. Namun Zeus berbaring di samping Zia, menatap langit-langit kamar sembari kedua tangannya di silangkan untuk bantal kepala.“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kamu marah denganku?”Zia mendengus, “Kamu sama saja dengan Danis, selalu memihak Celine. Aku ini adikmu, tidakkah kau mau membantuku menjauhkan mereka?&rd