Perjalanan di tempuh setengah jam oleh Mia, ia masih berada di bagian Los Angeles, tapi cukup jauh dari kediaman tempat tinggal Zev dan juga rumah Jeslyn. Mia memesan sebuah kamar untuknya menginap, sepertinya untuk beberapa hari ke depan ia akan tinggal di tempat itu.
Mia merapatkan mantel, orang yang memberinya mantel ini sungguh baik hati. Dia tidak mengenal Mia tapi sudi memberikan mantelnya tanpa pamrih.
Ponsel tetap Mia matikan, entah Zev sudah menyadari kepergian Mia atau belum. Yang jelas saat ini Mia belum ingin mendengar apapun yang keluar dari bibir lelaki itu.
“Proposal yang tadi sudah aku lihat, ada kesalahan dari anggaran dana yang di keluarkan, beri tahu pihak yang berkaitan untuk memperbaikinya.” ucap Zev pada Jordan.
Zev melihat kini sudah pukul enam, ponselnya sedang mati kehabisan daya jadi Zev belum bisa menghubungi Mia, entah istrinya itu sudah baikan atau belum, sejak pagi di diamkan oleh Mia ternyata tidak nyaman.
Mia tidak pulang. Itulah hal yang Zev takutkan, Mia pasti cemburu atas kedatangan Gracila yang tiba-tiba mengaku sebagai kekasih Zev. Jika terjadi sesuatu dengan Mia, Zev akan melampiaskan kemarahannya untuk menghancurkan Gracila. Lihat saja nanti.Dengan perasaan cemas, Zev masih mencari Mia, tak tau di mana posisi wanita itu berada. Bagaimana jika sekali lagi terjadi sesuatu dengan Mia? Harusnya Zev masih menyuruh para bodyguard berjaga di luar rumah, bahkan mengikuti kemana saja Mia pergi.Tapi Zev lalai, mengira Mia tidak akan mengulangi tindakan kaburnya untuk ke dua kali. Dan sekarang Mia pergi entah kemana, orang-orang suruhan Zev pun masih belum memberi kabar mengenai posisi Mia.“Ayolah, kau butuh penjelasanku sebelum pergi dari rumah seperti ini.” gumam Zev. Kondisinya kini sudah berantakan, dasi tak terpasang dengan rapih, dua kancing bajunya terbuka padahal ini adalah musim dingin.Sejak kemarin Zev tidak peduli dengan tampilan, ya
Dua jam Mia tidak sadarkan diri. Mia akhirnya membuka mata, suasana putih dan membosankan menjadi pemandangan utama. Keningnya mengernyit merasakan pusing yang amat sangat menyiksa. Saat Mia berusaha untuk meredakan rasa pusing, ia justru malah di hadapkan dengan ingatan tentang Zev.Pertemuan mereka yang di awali dengan pukulan alat pel di sebuah restauran. Pernikahan dadakan karena ancaman penjara, Mia mengingat itu semua tapi rasa pusing itu bukannya menghilang, justru semakin menyakitkan. Mia bangun, meraih tisu dengan buru-buru untuk menyeka darah yang keluar dari hidungnya.Zev terkejut, ia ketiduran menjaga Mia selama dua jam. Lebih di kejutkan lagi melihat darah yang sedang Mia seka.“Mia!”Pupil mata Mia melihat Zev, tangannya masih sibuk menyeka darah. Sosok Zev tidak begitu jelas di mata Mia, hanya terlihat postur tubuh Zev yang tinggi tapi wajah Zev tidak jelas. Mia menyipit untuk melihat Zev tapi tidak bisa. Bu
Benda berwarna putih telah bertebaran di mana-mana, sepanjang jalan hampir di penuhi oleh benda putih bernama salju. Cuaca juga sangat dingin, Mia meringkuk dalam pelukan Zev menuju perjalanan pulang. Sementara supir pribadi Zev fokus mengemudi agar tidak tergelincir akibat licinnya salju.Sekitar setengah jam kemudian, mobil berhenti di depan rumah. Mia turun setelah Zev, mengeratkan mantel ke tubuhnya untuk menghalau dingin yang menusuk kulit.“Astaga! Mia!” Mia sampai terkejut mendapat seruan dan pelukan dari Jeslyn, belum sempat keterkejutan itu reda, Jeslyn kembali berseru sembari menatap Zev. “apa yang kau lakukan sampai membuat putriku kedinginan di luar sana!” pekiknya.Mia meringis sedangkan Zev tidak tau harus menjawab apa. “Bukankah aku yang putra ibu? Kenapa seolah di sini aku bukan siapa-siapa?” gumam Zev, namun masih dapat Jeslyn dan Mia dengarkan. Jeslyn mendekati Zev, mencubit pinggang Zev. Entah
Pukul enam Zev baru pulang, dasinya di longgarkan, dua kancing teratas di lepas, kancing lengan baju pun di lepas sebelum ia gulung sampai siku. Lelahnya hari ini terasa jauh lebih parah dari hari-hari sebelumnya. Namun Zev tidak ingin memperlihatkan wajah lelahnya di depan Mia.Tapi Zev di buat terkejut saat tidak menemukan Mia ada di kamar, biasanya jam segini Mia akan duduk sambil bermain ponsel. Tapi kemana Mia pergi?“Mia!” Zev tidak ingin jika diam-diam Mia kabur lagi darinya, baru kemarin ia dan Mia berbaikan, sekarang jangan sampai Mia pergi lagi. Apalagi kondisi Mia yang belum bisa melihat dengan normal.Zev merasa lega begitu ia melihat Mia tertidur di ruang baca dengan memeluk satu buku besar mengenai bisnis. Zev tersenyum, ia tidak tau sejak kapan Mia mulai suka membaca buku bisnis sampai ketiduran seperti ini. Dan apakah mata Mia sudah bisa di gunakan untuk membaca?Perlahan buku yang Mia peluk di ambil oleh Zev, menyimpannya di d
Bukan ke rumah sakit yang Zev kunjungi ke esokan harinya. Sejak mengalami hal aneh kemarin, kini Zev merasa sehat seperti sebelumnya, sakit yang ia alami kemarin benar-benar aneh, tubuhnya terasa kedinginan lalu tiba-tiba saja kembali normal tanpa harus meneguk satu pun obat.Kini, di depannya tersedia cukup banyak dokumen. Helaan nafas dalam nan berat di hela oleh Zev, sebelum ia libur untuk musim dingin maka pekerjaan ini tidak akan selesai. Tak terasa sebentar lagi akan tiba waktu natal, Zev butuh mempersiapkan hadiah untuk Mia, tapi apa yang Mia sukai?“Ada rapat yang perlu kamu hadiri pukul dua nanti.” Jordan datang, memberikan layar ipad di depan Zev. “ini data yang baru saja aku terima, grafik pertumbuhan ekonomi perusahaan meningkat dua persen sejak satu bulan terakhir, ini bukan hal yang perlu di banggakan, bulan lalu grafik peningkatan mencapai angka delapan.”Zev memijit keningnya, ini bukan kenaikan tapi kualitas yang Zev kerj
Pulang dari restauran Zev dan Mia membeli kebutuhan hiasan pohon natal, sedangkan pohonnya sendiri sudah tersedia di rumah. Ini untuk pertama kalinya Zev membeli hiasan lampu kecil bersama Mia, dan Mia sendiri kini tengah asik memilih bola-bola dan hiasan gantung lainnya. Satu jam mereka habiskan untuk berbelanja, Zev menoleh ke arah Mia. “Bagaimana kondis penglihatanmu?” “Sudah jauh lebih baik, sepertinya aku harus rutin meminum obat agar aku bisa cepat pulih.” Zev tersenyum hangat. “Kenapa kau tidak jadi anak penurut dari kemarin, hm?” katanya sambil mulai mengemudikan mobil untuk pulang. “Obat itu pahit, aku tidak suka yang pahit, tapi kali ini demi kesembuhanku dan demi agar aku bisa melihatmu setiap hari jadi aku harus bisa tetap melihat.” ucap Mia. Zev tertawa pelan, mobil melaju perlahan karena mungkin saja jalanan licin karena salju yang masih turun. Tiba di rumah, Zev membawa kebutuhan yang akan di gunakan untuk menghias pohon natal,
Zev tak berhenti tersenyum dan mengecup punggung tangan Mia yang sedang berbarring belum sadar. Sejak mendengar informasi dari dokter jika Mia sedang mengandung, jantung Zev tak berhenti untuk merasa berdebar-debar, rasanya sangat menyenangkan jika nanti akan jadi seorang ayah.Mia harus mendengar informasi membahagiaan ini darinya setelah sadar nanti. Sesekali Zev mengusap perut Mia yang masih rata, ada bayinya di sana.“Aku merasa lemas, bisakah kamu membiarkanku memejamkan mata dengan tenang.” ucap Mia dengan mata terpejam, perlahan mata itu terbuka menatap Zev yang sedang tersenyum lebar.“Ada apa denganmu? Kau senang aku merasa lemas seperti ini?” Mia kembali memejamkan mata, rasanya sangat lelah dan ia ingin istirahat dengan nyaman.“Mia. Tidakkah kamu ingin mendengar kabar baik dariku?”“Apa yang ingin kamu katakan? Aku masih ingin tidur.”“Kita akan jadi orang tua, di perutm
Mia menatap Zev, wajah putihnya kini memerah, hidungnya pun merah, mata birunya sayu dan kondisi Zev cukup lemah sejak tiga puluh menit yang lalu.“Kau yakin tidak apa-apa? Tapi aku melihatmu kau tidak sedang baik-baik saja.” ucap Mia.Tangan Zev terangkat, ia baik-baik saja kecuali perasaan menyiksa morning sickness yang harusnya ibu hamil alami. Ternyata seperti ini rasanya mengalami gejala orang hamil, benar-benar menyiksa, kedua kaki Zev sampai lemas hanya karena banyak berdiri di depan wastafel kamar mandi.Mia memperbaiki selimut untuk Zev, lelaki itu memejamkan matanya, namun ketika asisten rumah tangganya meminta ijin masuk sambil membawakan sarapan, aroma dari masakan itu kembali membuat Zev melompat dari tempat tidur, tenggorokannya sampai perih hanya karena mual yang dia alami sejak tadi.Asisten rumah tangga yang membawakan sarapan jadi heran, masakan segera di letakkan di atas meja lalu keluar tanpa perlu berlama-lama.&ldq
Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya.Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang.“Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung.“Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama me
Pagi hari yang indah, seindah saat mata terbuka langsung di suguhkan pemandangan paling sempurna yang pernah Mia dapatkan dalam hidupnya. Yaitu sosok laki-laki tampan yang masih terlelap dalam tidurnya, lelaki yang sudah menjadikannya sebagai seorang istri hingga usia pernikahan mereka menginjak angka sembilan tahun.Sudah berlalu sangat lama, tapi Mia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Zev meski ia sempat melupakan hal itu. Namun kini, Mia tidak akan melupakan momen tersebut.Dirinya hanyalah seorang karyawan yang beruntung, pekerjaan yang Mia lakukan tidak pernah membuat Mia berpikir bisa mendapat seorang boss sebagai suaminya, terlebih boss itu dari tempatnya bekerja.Lebih tidak menyangka lagi, Mia memukuli Zev di pertemuan pertama, tak tau jika orang yang ia pukuli kala itu adalah pemilik tempatnya bekerja. Takdir menyusun rangkaian pertemuannya dengan Zev dengan cara yang unik, tak ada cinta saat pernikahan, namun semakin lama
Dua hari kemudian, Zev dan Mia sudah mengemasi barang mereka untuk persiapan liburan. Dua hari ini Zia dan Zeus tinggal di rumah Danis sampai kondisi kaki Danis bisa di gunakan berjalan seperti biasa walau masih sedikit pincang.Suara keributan si kembar yang baru pulang terdengar, Mia dan Zev menarik koper membuat kedua anak mereka melihat heran.“Mom dan Dad mau pergi kemana?” tanya Zeus.“Kami akan pergi beberapa hari, untuk sementara kalian tinggal dengan Grandma, ya? Dad akan mengantar kalian ke rumah Grandma hari ini sampai mom dan Dad pulang, kalian harus bersikap baik dengan Grandma, mengerti?” ucap Zev.Zeus dan Zia tidak berkomentar, mereka mengikut saat di antar ke rumah Jeslyn, setelahnya Zev dan Mia langsung menuju ke bandara.Penerbangan di lewati selama belasan jam di udara, Zev menatap Mia dari samping saat Mia melihat ke luar jendela pesawat, sudah sembilan tahun ia dan Mia memperta
“Kenapa tidak ikut dengan yang lain?” tanya Danis, Zia yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Danis kemudian menggeleng. Danis menghembuskan nafas, “Aku tidak apa-apa, sungguh, ini hanya luka kecil, kamu bergabunglah dengan yang lain.” katanya, namun Zia tetap menggeleng, tubuhnya duduk tegak.Dua hal yang Zia rasakan sekarang adalah rasa bersalah dan perasaan senang karena Danis mau berbicara padanya tanpa harus ia bujuk lebih dulu, namun karena itulah Zia tegang, Danis tak pernah seramah ini sebelumnya, apa luka di kakinya juga memperngaruhi kepalanya?Danis mengukir tipis senyumnya, “Kamu tidak terluka , ‘kan?” tanya nya.“Tidak, tapi karena aku kamu sekarang tidak bisa jalan. Lihatlah kakimu yang membengkak ini, aku akan menemanimu di sini.”“Kau tidak tertarik dengan pemilihan kostum halloween terbaik tahun ini?” tanya Danis.Zia menggeleng, “A
Hari hantu atau kerap kali di sebut perayaan halloween telah di lakukan, di mana-mana orang menyiapkan hal apa saja yang di butuhkan dalam perayaan tersebut, dan yang paling penting dari perayaan itu adalah kostum, baik ana-anak maupun orang dewasa mengenakannya.Mia menemani Zeus dan Zia pergi sekolah, ada pemilihan kostum terbaik dalam perayaan halloween setiap tahun yang di adakan, para orang tua siswa lain juga ikut melihat perayaan sehingga di sekolah tempat Zeus dan Zia menempuh pendidikan kini sangat ramai.Berbagai kostum unik dan mengerikan di pakai, riasan wajah yang mengerikan di gambar di wajah anak-anak yang akan mengikuti pemilihan. Zia dengan tongkat sihirnya dan juga topi kerucut bengkok, Mia menambahkan riasan di wajah anak-anaknya sesuai dengan tema pakaian yang si kembar pakai.Zia mengganti sapunya menjadi tongkat, bajunya yang semula kebesaran sudah di buat sesuai ukuran tubuh gadis itu. Sementara Zeus kini sedang pamer jub
Zev menuju ke lokasi yang di sebutkan Gracila, tidak begitu jauh dari gedung yang Zev datangi sehingga hanya butuh beberapa menit saja sampai ia melihat keberadaan Gracila bersama Celine.Jauh di luar pikiran Zev, ia pikir Gracila akan menyakiti Celine, namun ternyata Gracila justru bermain dengan Celine layaknya ibu dan anak sembari menikmati udara sore hari. Ada kehangatan yang menghampiri hati Zev melihat Celine bahagia.Zev memang bukan ayah Celine, namun Zev tau pengorbanan Cameron untuk membesarkan Celine dari sifat Gracila yang keras kepala, Gracila bahkan sempat tidak mengakui Celine sebagai putrinya sendiri.Tapi sekarang, dengan mata kepala Zev sendiri ia melihat Gracila bersikap seperti layaknya seorang ibu pada putrinya, hal yang sangat sulit di percaya, namun tawa Celine tidak bisa berbohong. Gadis kecil itu tertawa lebar bermain dengan Gracila, kebahagiaan terpancar di wajah putri Cameron.Zev tidak langsung menghampiri, diam
Masih berada di daerah peternakan, Zeus dan Zia mengikuti kakek Ben untuk memanen jagung, terlihat kebahagiaan si kembar ketika mereka mengumpulkan jagung yang sudah di pisah dari batangnya ke dalam gerobak.Mia dan Zev juga tidak mau mengalah, Ma ikut dengan istri kakek Ben untuk mencabut wortel dan mengambil beberapa bunga kol.“Sudah berapa lama kamu dan Zev menikah?” tanya Nenek Trisa sembari memasukkan wortel yang baru di cabut ke dalam keranjang.“Sudah sekitar sembilan tahun. Bibi dan paman Ben kenapa tidak pernah menemui kami sebelumnya? Jika Zev tidak mengatakan kalau paman Ben adalah kakak dari ibu Zev, aku tidak akan tau jika ada keluarga Zev juga yang tinggal di sini.”Nenek Trisa hanya tersenyum tipis. “Bibi, selain bibi dan pman Ben, apa Bibi punya anak yang menemani bibi tinggal di sini?” tanya Mia penasaran, pasalnya ia hanya melihat kakek Ben dan istrinya, lalu dua orang penj
Ke esokan hari Zev membawa kedua anaknya di tempat yang cukup jauh dari kota, ladang luas menjadi pemandangan utama, Zia dan Zeus melihat keluar dari kaca jendela sembari bergumam takjub.“Dad, Dad! Apa yang kita lakukan di tempat ini?” tanya Zia.“Zia benar, apa yang kita lakukan di sini? Kenapa kita tidak menyiapkan acara halloween untuk besok?”“Kita juga sedang menyiapkan acara halloween, tapi dengan cara sedikit berbeda.” Zev kemudian memberhentikan mobil di depan sebuah rumah kayu bertingkat dua, seorang berambut putih terlihat cukup tua berjalan menghampiri.Zeus dan Zia turun dari mobil, mereka melihat beberapa hewan berada di balik pagar pembatas, ada dua kuda, ayam, ada pula domba dan juga sapi. Zeus melihat Zev yang tengah berbicara pada pria tua yang menyapa, kemudian Zev memanggil.“Zeus, Zia! Ayo!”Si kembar berlari mengikuti langkah Zev yang berjalan ke ba
“Zia.” panggil Zeus sembari mengampiri sang adik kembar, terlihat Zia duduk membelakangi Zeus sambil memegang buku, membacanya dalam posisi berbaring di atas tempat tidur, telinganya di sumpal oleh benda yang terhubung dengan Mp3.Zeus menepuk kaki Zia, gadis itu terlonjak kaget sampai berteriak, nyaris saja Zeus terkena timpukan buku yang Zia pegang.“Kenapa kau mengagetkanku, ZEUS!”“Kau yang tidak mendengar panggilanku.”Zia melepaskan earphone, menyimpannya di atas meja. “Kenapa menemuiku? Aku sedang tidak berbicara denganmu.” ketus Zia. Namun Zeus berbaring di samping Zia, menatap langit-langit kamar sembari kedua tangannya di silangkan untuk bantal kepala.“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kamu marah denganku?”Zia mendengus, “Kamu sama saja dengan Danis, selalu memihak Celine. Aku ini adikmu, tidakkah kau mau membantuku menjauhkan mereka?&rd