Antareja, siapa yang tak pernah mendengar nama tersebut. Seorang politikus muda yang baru menjadi primadona baru bagi masyarakat sikapnya yang tegas, pintar, beridealis, dan cantik menjadikannya sebagai kriteria menantu idaman.
Tetapi tidak ada yang tahu bahwa Antareja tidak seperti yang semua orang bilang, wanita itu iblis yang tak pernah memberikan Bima waktu beristirahat sedikit pun. Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa wanita itu adalah malaikat maka Bima tak segan - segan untuk merobek mulutnya. Namaku Bima, seorang petarung dunia malam. Pertemuan kami bermula ketika ia menghadiri ring pertunjukanku, dan membeliku dengan harga yang tinggi. Ia saat itu sedang mencari serdadu yang akan membantunya membasmi hama, dan bodohnya aku mau menerima pekerjaan tersebut. Wanita itu merupakan cucu dari seorang mafia. Aku berhutang banyak pada keluarganya, aku tidak bisa membayarnya karena suatu masalah, sebagai bayaranya aku harus berkerja pada keluarganya dan tentunya ia mengancam akan membunuh adikku jika aku benar - benar tak ingin bekerja untuknya. Keluarga Baladewa merupakan pembisnis properti yang juga bergerak sebagai mafia. Tetapi entah mengapa perempuan itu malah bergerak menjadi politikus. "Bima! " teriakan Antareja berhasil mengembalikan atensi Bima yang sempat berkelana entah kemana. Dengan segera menuangkan wine yang telah di minta. Pertemuan makan hari ini hanya membahas tentang pekerjaan dengan sang Ayah. " Jadi apakah ayah telah mengetahui bahwa kami berencana untuk membangun hotel di daerah tersebut ? " Tanya Antareja sebari meneguk wine yang telah dituangkan. "Ya, ayah sudah mengetahui mengenai itu. Tetapi, apakah ideal untuk membangun hotel di daerah tersebut ? Ayah rasa daerah tersebut cukup terpencil ? " Sang ayah menanyakan tentang keefektifan membangun hotel tersebut, ia ingin mengetahui sejauh mata pimpinan keluarga bertindak. "Ideal atau tidak membangunan hotel saya perkirakan cukup kita butuhkan untuk menyimpan beberapa barang kita anggap saja itu sebagai properti keluarga " "Awalnya mereka tak ingin meninggalkan daerah tersebut tetapi setelah diberikan beberapa kompensasi mereka setuju untuk meninggalkan area tersebut. Paling lambat, mungkin besok. " jelasnya "Kapan akan dimulainya pembangunan ? " "Pembangunan harus mulai dijalankan dan selesai paling tidak sebelum kampanye politik diadakan. Mencegah terjadi kecurigaan oleh badan keuangan. Aku sudah menempatkan beberapa orang untuk segera mempercepat permindahan itu. Aku akan memastikan bahwa reputasiku tak akan kotor, Ayah. " jawabnya. Pertemuan makan siang berjalan amat begitu khidmat, tanpa adanya intrupsi dari siapapun. Berjalan dengan begitu lambat namun menyakinkan. Semua penghuni rumah itu tahu bahwa Antarejalah yang akan memimpin keluarga ini di lain hari. Dan untuk pertama kalinya keluarga Baladewa dipimpin oleh seorang wanita. Antareja adalah seseorang yang membenci keterlambatan. Rapat tentang pembangunan jalan oleh sebuah perusahaan swasta yang sudah di tetapkan dari berjauh - jauh hari namun entah mengapa tak ada satu pun jawaban dari mereka. "Apakah sudah di hubungi perusahaan kontruksi tersebut ? " "Sudah bu, tetapi tidak ada jawaban " Semar kembali mencoba untuk menghubungi perusahaan tersebut mencegah agar Antareja tidak mengamuk. " Jika masih tidak ada jawaban, kita batalkan saja kerja sama dengan perusahaan tersebut." Antareja beranjak pergi meninggalkan ruang pertemuan dan kembali menuju ruang kerjanya menyelesaikan beberapa berkas yang tersisa. "Bu, Kepala Franksi Republik ingin melakukan kunjungan " Semar memberikan rentetatan acara yang akan dihadiri oleh Antareja beberapa waktu kedepan. Meski sepertinya kunjungan Ketua Fraksi akan menjadi satu hal yang buruk untuk hari ini. Sebab Semar mengamati bahwa Menteri sedang dalam suasana hati yang buruk. "Kunjungan apa yang akan ia lakukan ? " "Pembicarakan tentang pembangunan SDM bu " "Bukankah partainya tak ikut serta ? " "Beliau memaksa " Antareja berjalan menuju ruang kerjanya yang pada saat ia datang, Ketua Fraksi telah datang dengan spontan ia langsung menyambut Ketua Fraksi tersebut. Bima memutuskan untuk keluar karena sepertinya pembicaraan ini bukanlah ranah nya "Aku mendengar bahwa Anda sedang membuat wancana untuk pembangunan jalan " Ketua Fraksi itu mengajak Antareja berbicara dengan raut muka yang tak mengenakkan "Kemudian apa yang menjadi masalah ? Kami sedang mensosialisasinya menjadi sebuah kenyataan " Antareja membalasnya dengan tatapan sengit. "Aku merasa bahwa Anda tidak cukup baik untuk menjadi Menteri, Bu Antareja. Dan tentang bagaimana caramu menyelesaikan permasalahan di dalam badan - badan intansi, proyek yang Anda katakan akan menghasilkan ratusan dollar tetapi itu hanyalah wancana " sarkas Ketua Fraksi. "Kebijakan saya adalah kejujuran dan keterbukan untuk umum. Dimana kita harus menjadi sarana masyarakat untuk memberikan citra yang bersih, beridealisme dan jujur dan hal itu tak sama sekali saya pelajari dari Anda. Dan untuk proyek saya rasa, saya lebih berkewajiban untuk membicakan dengan presiden. Bukan hal yang mudah untuk membangun sebuah jalan, Pak Ketua Fraksi" "Aku memujimu sebagai wanita yang hebat, ketika Anda belum menjabat sebagai Menteri. Semangatmu masihlah membara tetapi performamu menurun bagaikan pizza yang membeku, rasanya pembuktianmu sia - sia " "Membahas tentang pembuktian saya rasa, proyek pembangunan tak semudah apa yang anda kira Pak Ketua Fraksi. Sebagai seseorang yang expert dibagian pembangunan, saya ini harus menjadi titik fokus kita terlebih dahulu tentang bagaimana mencari kontaktor yang benar. Bahkan perusahaan yang di kelola oleh Putra Anda tak menghadiri rapat yang telah kita sepakati. Dan saya berterima kasih akan rekomendasi anda, karena saya tidak akan menggunakan perusahaan tersebut. " Bima melihat dengan mata kepala nya sendiri, melihat apa yang telah dilakukan oleh Antareja. Bagaikan serigala putih yang siap untuk menerkam mangsanya hidup - hidup membuat Antareja pantas di sebut sebagai pejuang. "Apakah hal ini selalu terjadi ? " Bima bertanya pada Semar, ia agak sedikit terkejut dengan sikap Antareja yang sedikit pemarah. Mungkin tak jadi masalah apalagi hanya di hadapannya. Tetapi bersikap seperti itu di depan Ketua Fraksi mungkin hal yang berbeda. " Jarang, tetapi Ketua Fraksi yang satu ini seorang bajingan sehingga ya kau tahu apa yang terjadi selanjutnya " jelas Semar sebari menegok pemandangan dari kantor Menteri. Mendengar jawaban itu, Bima hanya menggangguk. Antareja menghela napas, entah mengapa rasanya hari ini terasa berat. Apalagi dengan kedatangan Ketua Fraksi yang membuatnya moodnya jauh lebih buruk. Semar langsung menuangkan teh dan disodorkan kepada Antareja setelah melihatnya sedikit tertekan. ia langsung menyesap teh tersebut dengan anggun dan menikamti waktu istirahat yang ia miliki. "Bagaimana dengan kegiataan selanjutnya ? " Antareja bertanya kepada Semar mengenai jadwal selanjutnya dengan begitu ia bisa mengatur bagaimana ia harus bersikap selanjutnya. "Hanya beberapa rapat dengan anggota dewan " Semar langsung menjelaskan tentang rapat yang akan ia lakukan, mendengar rapat dengan anggota dewan membuat Antareja merasa emosi. Apalagi harus berhadapan kembali dengan anjing - anjing bodoh. "Apa yang akan mereka bahas ? " "Membahas tentang Pelabuhan " Mendengar hal itu, Antareja memutuskan untuk mengefektifkan waktu. Ia akan menyingkar pendapat - pendapat yang disiyalir bodoh, yang merusak kinerja pemerintahan. Rapat hanya berlangsung selama 3 jam meski tetap dipenuhi oleh pendapat - pendapat yang bodoh. Mendengar beberapa pendapat yang diiajukkan membuat Antareja ingin rasanya ingin membubarkannya, tidak satu pun Dewan yang membuatnya berkesan.Antareja keluar dari kantor Kementerian dan menaiki mobilnya selama perjalanan pulang menuju rumahnya, Antareja termenung atas apa yang dilakukan oleh para Dewan tadi, rasanya ia tak ingin terlebih dahulu membahas mengenai beberapa masalah di club malam yang dikelola oleh keluarganya. "Antarkan aku ke jalan Cendrawasih, ada yang ingin aku lakukan " pinta Antareja kepada Semar, ia masih harus mengurus beberapa masalah kecil di club malam dan kasino yang sempat menimbulkan perdebatan. Antareja melepasan pakaian kerjanya di dalam mobil mengantinya dengan jas merah yang biasa ia gunakan serta menganti riasannya dengan menambahkan lipstik merah diatas bibirnya. Mobil berhenti di tempat yang di tuju, Bima setia selalu mengekori Antareja memastikannya tetap aman. Mereka berjalan memasuki kasino dan langsung di sapa dengan beberapa bodyguard yang menjaga, Antareja memasng wajah tegas begitu memasuki ruangan pertemuan para Mafia, masalah pengkianatan membuat banyak orang enggan bekerja
Petruk menelepon Antareja sebagai jaminan bahwa Bima tak kabur. “Kami akan segera pulang, Nyonya “ lapornya. “Pastikan bahwa kalian baik – baik saja “ pesan Antareja. Pertruk segera mematikan telepon dan melanjutkan perjalanan untuk pulang. Mendengar, laporan dari Petruk membuat Antareja merasa lega bahwa pria yang dicintainya tidak memutuskan untuk kabur. Antareja mulai tersenyum memikirkan tanggal berapa ia melamar Bima. Apakah harus di hotel ? Pantai atau dimana ? Rasanya ia semakin tak sabar. Bima hanya dimiliki olehnya. Melihat Antareja yang tersenyum – senyum membuat semua staf terdiam, tak menyangka bahwa bos mereka bisa tertingkah seperti seorang gadis yang jatuh cinta. Mereka penasaran dengan siapa Antareja jatuh cinta, apakah ia tampan ? Mudah – mudahan pria itu akan mempermudah tugas mereka, seperti mantan pacar Antareja yang bernama Arjuna. Mobil yang dikendarai Petruk sudah berada di depan kediaman Antareja. Petruk kemudian turun dan mengajak Bima untuk masuk. Bi
Bima membaca rute denah pavilion utama dengan benar, memastikan bahwa Ia harus mulai mempersiapkan rencananya dengan nyata dan realistis. Karena, jika rencana kaburnya gagal maka dapat dipastikan ia akan disiksa dengan kejam oleh Antareja. Perempuan itu tak akan membiarkan pergi semudah itu, ketakutan Bima adalah apakah dia akan menjadi sangat gila jika Bima menghilang. Ketika Bima sedang termenung dan berpikir, seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuatnya terkejut. "Siapa ? " tanya Bima dari dalam kamar. " Apakah kau mendadak lupa dengan saudara bosmu, Bima ? " Mendengar pertanyaan itu, Bima langsung membuka pintu dan menyambut Antasena yang sudah berada di depan pintu sambil cemberut. "Tentu tidak, Tuan. apakah ada sesuatu yang bisa ku bantu ? " tanya Bima pada Antasena. "Tidak, aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau hanya pria yang beruntung, jadi jangan merasa aji mumpung dengan keadaanmu sekarang, apalagi kau berharap bisa mendekati kakakku. Aku tidak akan membiarkan
Yudistira semakin curiga akan sumber bercak darah dia mencoba untuk menelepon sepupunya, Antareja. Sayangnya, sudah beberapa Yudistira menelepon sama sekali tak ada jawaban dari, maka Yudistira pun memutuskan untuk kembali mencari sumber dari bercak darah di bunga anggreknya. Betapa terkejut Yudistira ketika mengetahui bercak darah itu berasal seseorang yang leher terluka. Melihat keadaan pria itu yang mengkhawatirkan ia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Ia sana sekali tak tahu, bahwa membawa pria yang Ia selamatkan itu bisa menjadi masalah baru bagi hubungannya dengan Antareja. Petruk mencari - mencari keberadaan Bima yang mendadak hilang, bahkan barang - barang pun hilang. Itu membuat Petruk menjadi kebingungan, tetapi sebuah peta paviliun utama menjadi perhatiannya, apakah Bima memutuskan untuk kabur ? Mengingat kemungkinan itu, Petruk menggerutukkan giginya. Ia harus menemukannya sebelum Nyonya Antareja melihat ada kejanggalan ini. Bisa habis dirinya. Petruk ke
Katnia menghampiri ayahnya yang saat itu sedang berada di ruangannya. Matanya melihat bagaimana ruangan kerja ayahnya ini tidak banyak berubah sejak ia sedang kecil. "Selamat sore, Ayah " sapa Kania pada Ayahnya yang masih memeriksa berkas rumah sakit. Mendengar sapaan putrinya itu, Dr Karya mendongkak melihat kearah Kathia. " Selamat sore, Kathia sayang. Sudah makan? " Tanya sang ayah. Mendengar pertanyaan itu Kathia langsung menjawab dengan singkat, "Belum. " Pikirkannya masih dipenuhi oleh kepergian Bima yang entah kemana. Dr Karya kemudian menawarkan Kathia untuk makan bersama dengannya di Kedai mie Mpok Tarmi yang tak berada jauh dari Rumah Sakit. Kathia tersenyum, ayahnya sangat perhatian tahu bahwa ia sangat kelaparan. Melihat, Kathia yang menyetujui ajakannya, Dr. Karya hanya tersenyum, Putrinya telah kembali. Kepergian Bima tak menjadi masalah lagi bagi putrinya. Meski, sejujurnya kepergian Bima masih menjadi kesedihan bagi Kathia. Antareja kembali ke rumah dan dikejut
Yudistira membawa Bima ke taman Rumah Sakit, ia mengantarkan dengan hati - hati, Dani melihat itu dengan raut muka yang aneh. Dia sama sekali tak terbiasa melihat perilaku Yudistira yang seperti ini. Ini aneh. Sepanjang perjalanan, Yudistira mengajak Bima untuk berbicara terutama tentang Antareja dan mengapa ia bisa menjadi salah satu dari bodyguard wanita itu. "Kau tahu, melihatmu seperti membuatku bertanya - tanya apa hebatnya dirimu? " tanya Yudistira sambil menempatkan Bima di sisi pohon. Mendengar pertanyaan Bima memutarkan mata, "Saya sendiri saja tak tahu mengapa dia memilih saya ? Mungkin dia membutuhkan hiburan? " Yudistira tertawa, "Hiburan? Antareja mungkin tipikal wanita yang aneh, dia seperti tante - tante girang. Berapa usiamu? " Bima menggeleng kepala, " Aku masih dua puluh tiga tahun, komentarmu membuat Antareja terlihat seperti cukup buruk " "Wanita ittu memang iblis " Yudistira memandang wajah Bima, memang benar pria ini terlihat menawan untuk hanya sekeda
"Dia masih hidup, Nyonya kata salah satu Bodyguardnya yang bernama Bagal Buntung. "Bawa dia ke paviliun utama, aku akan menghukumnya." Antareja langsung meninggalkan gedung tua tersebut diikuti dengan para Bodyguardnya yang menggendong Bima. Antareja tidak akan membiarkan Bima meninggalkan lagi, Ia tidak akan membiarkanya mati seperti Arjuna. Gatotkaca kembali dibawa ke ruang sidang, untuk membahas perkara masa hukumannya. Ibunya berhasil untuk mendapatkan dukungan tambahan untuk membebasannya. Ia benar - benar berpikir, seberapa banyak uang yang digelontorkan ibunya kali ini. "Seberapa besar, dia membayarmu kali ini?" Gatotkaca bertanya pada Arok, Pengacaranya. Mendengar itu, Arok, Pengacaranya langsung menjawab. "Cukup besar, Urangayu yang tak mungkin membiarkan putranya mati mendekam dipenjara sia - sia. Ia masih membutuhkan pewaris untuk melanjutkan namanya" Gatotkaca mendengkus, "Wanita tua itu masih mempedulikan namanya disaat seperti ini. Tetapi, kalau boleh jujur, aku
Seminggu setelah kejadian itu, Bima kembali pergi bersama Antareja. Bersama dengan beberapa bodyguard lain, ia berdiri ditemani dengan Petruk dan Barong. Ada bodyguard baru yang akan menemani Antareja. Bima merasa bersyukur karena ia tak harus lagi menemani Antareja. Siapa juga yang mau bekerja dengan wanita iblis itu, ia tak sudi lagi. Melihat Eksprei Bima, Petruk hanya bisa tertawa mengingat kejadian kemarin. Dimana ketika mereka mengucapkan selamat tinggal pada Tuan Besar dan Bima tak sengaja terpeleset akibat menginjak tali sepatunya ketika berjalan pasca bangkit dari membungkuk. Antareja hanya terdiam melihat kelakuan pria konyol itu, sedangkan Bika Sena hanya mengangkat alisnya dengan ekspresi datar. Mobilnya belum berangkat sedari tadi. Itu sangat konyol, Petruk berharap kehadiran Bima bisa memberikan hiburan bagi para Bodyguard lain. Bima menatap Petruk yang menahan tawanya ketika Anateja memarahinya. "Ayolah, itu tak sengaja." elak Bima pada Antareja yang mem
Bima kemudian menyerah dan memutuskan untuk mengganti pakaiannya, Antareja yang melihat itu pun tersenyum. Anjing kesayangannya sangatlah penurut. Antasena membuka matanya, matanya kemudian melihat kearah cermin yang ada diatas tempat tidurnya. Ia melihat bahwa lehernya dirantai oleh seseorang, 'Siapa yang melakukan ini padanya?' ingatan Antasena kembali memutar kembali apa yang terjadi, ia tertangkap saat sedang berada di bandara, ia sama sekali tak mengingat apapun selain ketika ia mengunjungi kamar mandi seorang pria membiusnya. Seorang wanita dengan menggunakan jas dokter datang, ia menyapa Antasena dengan ramah, meski disalah satu sudut bibitnya terdapat bekas luka, "Selamat pagi, bagaimana kabarmu?" Antasena memandang wanita itu dengan curiga, "Siapa kamu?" Wanita itu mendekat dan berbisik ke telinga Antasena, "Aku yang membawamu kesini. Apa kau keberatan?" Antasena langsung marah, ia langsung memukul wajah wanita itu membuat wanita itu terkekeh dan menyalakan a
Antareja dan Bima dikagetkan dengan kedatangan Batara, Bima bahkan sampai hampir menabrak dinding didepannya sakin terkejutnya dia. "Apakah semua sudah baik - baik saja?" tanya Antareja sebari melihat kearah Batara yang ternyata di alisnya terdapat luka. Batara hanya terdiam ketika Antareja menyentuh alisnya, sedangkan Bima melihat itu semua dengan mata yang melotot. Ia tak bisa melihat Antareja bersama orang lain. Batara terdiam melihat tingkah laku Antareja, ini bukan sesuatu yang biasa yang dikeluarkan oleh bosnya, tetapi ini terasa bagus. "Saya baik- baik saja Nyonya, tidak ada yang perlu diperhatikan." Antareja mengangkat alisnya, "Benarkan?" Batara menganggukkan kepalanya, "Ya" Bima melihat itu langsung berdehem. Ia tak suka dengan apa yang terjadi. "Ehm, apa yang kau disini, Batara?" tanya Bima pada Batara, ia penasaran dengan apa yang dilakukan Batara disini. Batara hanya menjawab," Semua sudah aman, jadi kita bisa kembali paviliun utama" Antareja melihat ke arah
Seminggu setelah kejadian itu, Bima kembali pergi bersama Antareja. Bersama dengan beberapa bodyguard lain, ia berdiri ditemani dengan Petruk dan Barong. Ada bodyguard baru yang akan menemani Antareja. Bima merasa bersyukur karena ia tak harus lagi menemani Antareja. Siapa juga yang mau bekerja dengan wanita iblis itu, ia tak sudi lagi. Melihat Eksprei Bima, Petruk hanya bisa tertawa mengingat kejadian kemarin. Dimana ketika mereka mengucapkan selamat tinggal pada Tuan Besar dan Bima tak sengaja terpeleset akibat menginjak tali sepatunya ketika berjalan pasca bangkit dari membungkuk. Antareja hanya terdiam melihat kelakuan pria konyol itu, sedangkan Bika Sena hanya mengangkat alisnya dengan ekspresi datar. Mobilnya belum berangkat sedari tadi. Itu sangat konyol, Petruk berharap kehadiran Bima bisa memberikan hiburan bagi para Bodyguard lain. Bima menatap Petruk yang menahan tawanya ketika Anateja memarahinya. "Ayolah, itu tak sengaja." elak Bima pada Antareja yang mem
"Dia masih hidup, Nyonya kata salah satu Bodyguardnya yang bernama Bagal Buntung. "Bawa dia ke paviliun utama, aku akan menghukumnya." Antareja langsung meninggalkan gedung tua tersebut diikuti dengan para Bodyguardnya yang menggendong Bima. Antareja tidak akan membiarkan Bima meninggalkan lagi, Ia tidak akan membiarkanya mati seperti Arjuna. Gatotkaca kembali dibawa ke ruang sidang, untuk membahas perkara masa hukumannya. Ibunya berhasil untuk mendapatkan dukungan tambahan untuk membebasannya. Ia benar - benar berpikir, seberapa banyak uang yang digelontorkan ibunya kali ini. "Seberapa besar, dia membayarmu kali ini?" Gatotkaca bertanya pada Arok, Pengacaranya. Mendengar itu, Arok, Pengacaranya langsung menjawab. "Cukup besar, Urangayu yang tak mungkin membiarkan putranya mati mendekam dipenjara sia - sia. Ia masih membutuhkan pewaris untuk melanjutkan namanya" Gatotkaca mendengkus, "Wanita tua itu masih mempedulikan namanya disaat seperti ini. Tetapi, kalau boleh jujur, aku
Yudistira membawa Bima ke taman Rumah Sakit, ia mengantarkan dengan hati - hati, Dani melihat itu dengan raut muka yang aneh. Dia sama sekali tak terbiasa melihat perilaku Yudistira yang seperti ini. Ini aneh. Sepanjang perjalanan, Yudistira mengajak Bima untuk berbicara terutama tentang Antareja dan mengapa ia bisa menjadi salah satu dari bodyguard wanita itu. "Kau tahu, melihatmu seperti membuatku bertanya - tanya apa hebatnya dirimu? " tanya Yudistira sambil menempatkan Bima di sisi pohon. Mendengar pertanyaan Bima memutarkan mata, "Saya sendiri saja tak tahu mengapa dia memilih saya ? Mungkin dia membutuhkan hiburan? " Yudistira tertawa, "Hiburan? Antareja mungkin tipikal wanita yang aneh, dia seperti tante - tante girang. Berapa usiamu? " Bima menggeleng kepala, " Aku masih dua puluh tiga tahun, komentarmu membuat Antareja terlihat seperti cukup buruk " "Wanita ittu memang iblis " Yudistira memandang wajah Bima, memang benar pria ini terlihat menawan untuk hanya sekeda
Katnia menghampiri ayahnya yang saat itu sedang berada di ruangannya. Matanya melihat bagaimana ruangan kerja ayahnya ini tidak banyak berubah sejak ia sedang kecil. "Selamat sore, Ayah " sapa Kania pada Ayahnya yang masih memeriksa berkas rumah sakit. Mendengar sapaan putrinya itu, Dr Karya mendongkak melihat kearah Kathia. " Selamat sore, Kathia sayang. Sudah makan? " Tanya sang ayah. Mendengar pertanyaan itu Kathia langsung menjawab dengan singkat, "Belum. " Pikirkannya masih dipenuhi oleh kepergian Bima yang entah kemana. Dr Karya kemudian menawarkan Kathia untuk makan bersama dengannya di Kedai mie Mpok Tarmi yang tak berada jauh dari Rumah Sakit. Kathia tersenyum, ayahnya sangat perhatian tahu bahwa ia sangat kelaparan. Melihat, Kathia yang menyetujui ajakannya, Dr. Karya hanya tersenyum, Putrinya telah kembali. Kepergian Bima tak menjadi masalah lagi bagi putrinya. Meski, sejujurnya kepergian Bima masih menjadi kesedihan bagi Kathia. Antareja kembali ke rumah dan dikejut
Yudistira semakin curiga akan sumber bercak darah dia mencoba untuk menelepon sepupunya, Antareja. Sayangnya, sudah beberapa Yudistira menelepon sama sekali tak ada jawaban dari, maka Yudistira pun memutuskan untuk kembali mencari sumber dari bercak darah di bunga anggreknya. Betapa terkejut Yudistira ketika mengetahui bercak darah itu berasal seseorang yang leher terluka. Melihat keadaan pria itu yang mengkhawatirkan ia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Ia sana sekali tak tahu, bahwa membawa pria yang Ia selamatkan itu bisa menjadi masalah baru bagi hubungannya dengan Antareja. Petruk mencari - mencari keberadaan Bima yang mendadak hilang, bahkan barang - barang pun hilang. Itu membuat Petruk menjadi kebingungan, tetapi sebuah peta paviliun utama menjadi perhatiannya, apakah Bima memutuskan untuk kabur ? Mengingat kemungkinan itu, Petruk menggerutukkan giginya. Ia harus menemukannya sebelum Nyonya Antareja melihat ada kejanggalan ini. Bisa habis dirinya. Petruk ke
Bima membaca rute denah pavilion utama dengan benar, memastikan bahwa Ia harus mulai mempersiapkan rencananya dengan nyata dan realistis. Karena, jika rencana kaburnya gagal maka dapat dipastikan ia akan disiksa dengan kejam oleh Antareja. Perempuan itu tak akan membiarkan pergi semudah itu, ketakutan Bima adalah apakah dia akan menjadi sangat gila jika Bima menghilang. Ketika Bima sedang termenung dan berpikir, seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuatnya terkejut. "Siapa ? " tanya Bima dari dalam kamar. " Apakah kau mendadak lupa dengan saudara bosmu, Bima ? " Mendengar pertanyaan itu, Bima langsung membuka pintu dan menyambut Antasena yang sudah berada di depan pintu sambil cemberut. "Tentu tidak, Tuan. apakah ada sesuatu yang bisa ku bantu ? " tanya Bima pada Antasena. "Tidak, aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau hanya pria yang beruntung, jadi jangan merasa aji mumpung dengan keadaanmu sekarang, apalagi kau berharap bisa mendekati kakakku. Aku tidak akan membiarkan
Petruk menelepon Antareja sebagai jaminan bahwa Bima tak kabur. “Kami akan segera pulang, Nyonya “ lapornya. “Pastikan bahwa kalian baik – baik saja “ pesan Antareja. Pertruk segera mematikan telepon dan melanjutkan perjalanan untuk pulang. Mendengar, laporan dari Petruk membuat Antareja merasa lega bahwa pria yang dicintainya tidak memutuskan untuk kabur. Antareja mulai tersenyum memikirkan tanggal berapa ia melamar Bima. Apakah harus di hotel ? Pantai atau dimana ? Rasanya ia semakin tak sabar. Bima hanya dimiliki olehnya. Melihat Antareja yang tersenyum – senyum membuat semua staf terdiam, tak menyangka bahwa bos mereka bisa tertingkah seperti seorang gadis yang jatuh cinta. Mereka penasaran dengan siapa Antareja jatuh cinta, apakah ia tampan ? Mudah – mudahan pria itu akan mempermudah tugas mereka, seperti mantan pacar Antareja yang bernama Arjuna. Mobil yang dikendarai Petruk sudah berada di depan kediaman Antareja. Petruk kemudian turun dan mengajak Bima untuk masuk. Bi