Bima membaca rute denah pavilion utama dengan benar, memastikan bahwa Ia harus mulai mempersiapkan rencananya dengan nyata dan realistis.
Karena, jika rencana kaburnya gagal maka dapat dipastikan ia akan disiksa dengan kejam oleh Antareja. Perempuan itu tak akan membiarkan pergi semudah itu, ketakutan Bima adalah apakah dia akan menjadi sangat gila jika Bima menghilang. Ketika Bima sedang termenung dan berpikir, seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuatnya terkejut. "Siapa ? " tanya Bima dari dalam kamar. " Apakah kau mendadak lupa dengan saudara bosmu, Bima ? " Mendengar pertanyaan itu, Bima langsung membuka pintu dan menyambut Antasena yang sudah berada di depan pintu sambil cemberut. "Tentu tidak, Tuan. apakah ada sesuatu yang bisa ku bantu ? " tanya Bima pada Antasena. "Tidak, aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau hanya pria yang beruntung, jadi jangan merasa aji mumpung dengan keadaanmu sekarang, apalagi kau berharap bisa mendekati kakakku. Aku tidak akan membiarkan dia dekat denganmu " ancam Antasena Bima hanya tertawa, "Dia bosku, bagian dimananya kami tidak dekat " Antasena mendengus, "Kau tahu apa yang ku maksud, bukan ? atau kau bodoh? " Bima menggelengkan kepala "Tidak, aku tahu, kebetulan kakak perempuanmu memiliki badan yang seksi " Mata Antasena melotot, "Apa yang kau katakan bodoh ?! Ucapkan sekali lagi ?! " Bima mengiris "Betapa kejamnya dirimu. . " Mendengar perkataan itu, Antasena mengeluarkan pisau dan menekannya pada leher Bima sehingga mengeluarkan darah sedikit "Ku tunjukkan apa artinya kejam, bodoh " Melihat darah keluar dari leher Bima, mata Antareja mengkilat membuat Bima jauh lebih takut akan pria ini "Dimana nyalimu tadi, bung ?! " Antasena menekan pisau lebih dalam leher Bima. Dengan darah yang menetes dari lehenrya Bima mencoba melawan, Ia menutup lukanya dengan satu tangan dan satu tangan yang lain mencoba untuk memukul Antasena. Antasena terkejut, dan terjadilah pekerlahian dimana Antareja mendekatkan Bima ke lemari dan meninju mukanya dengan brutal. Kemarahan mengusai Antasena hingga membuta kannya bahwa Bima masih perlu diselamatkan. Diserang seperti itu, Bima tentu mencoba untuk membalas, darah mewarnai baju kerja Anasena dan baju Bima. Pertarungan menjadi lebih mengerikan Bima yang sudah terluka tak punya alasan lain selain pasrah dengan keadaan. Semakin banyak darah yang keluar, Bima mulai merasa pusing dan berakhir dengan. menutup matanya, pingsan. Melihat, Bima yang sudah pingsan Antasena merasa sedikit ketakutan, rencana awalnya tidak seperti ini, Ia hanya menggerakkan agar tidak mendekati kakaknya tetapi karena Bima keras kepala maka Ia menjadi buta akan amarah. Antasena mengenddong Bima dan membawanya ke dekat taman yang bersebelahan dengan kolam renang. Karena takut disalahkan, ia meletakkan Bima yang sudah terluka ke dekat tanaman anggrek yang jarang untuk dikunjungi. Dan setelah itu, ia pergi sebari membawa pisaunya dan kembali ke kamar untuk memberes kekacauan yang ia buat. Antasena mengelap lemari dan lantai yang dipenuhi oleh beberapa tetes darah dan ia juga pergi ke ruang CCTV untuk hanya mengedit agar cam kejadian tadi hilang. Sayangnya ketika, ia akan pergi ke tempat CCTV, Antareja menghampirinya. "Kau terlihat, tergesa-gesa ada ada? " tanya Antareja pada Anasena, sebenci apapun Antareja pada adiknya akibat perilaku beda kasih ayahnya, itu tidak akan pernah alasan untuk menghancurkan hubungan mereka. "Tidak ada " jawab Anasena sebari langsung masuk ke ruang CCTV, dan mencoba untuk agar tidak terlihat mencurigakan Tetapi ketika ia sudah berada di tempat CCTV, Antasena terkejut dengan kehadiran Semar yang merupakan salah satu penjaga keluarga. Semar hanya tersenyum, "Apa yang kau butuhkan? " Anatsena hanya terdiam, Dan kemudian ia bertanya " Bisakah kau menghapus cam yang ada di kamar dekat dengan kamar Antareja ?. " "Apa kau baru melakukan sesuatu yang buruk ? " Semar memandang ke arah muka Antasena, Di antara tiga anak yang dimiliki oleh Tuan Bima Sena yang memiliki tempramen yang paling buruk adalah Antasena dan Gatot Kaca. Mereka tak segan - segan untuk membunuh atau melukai orang lain sebagai ancaman. Melihat tatapan dingin yang di diberikan Antasena kepadanya membuat Semar langsung memutar cam yang ada didekat kamar Antareja, disana terlihat bahwa Antasena mengancam bodyguard yang dimiliki oleh kakaknya. Semar hanya terdiam dan kemudian "Aku bisa menghapusnya, tapi jika ketahuan oleh Antareja maka hadapi kemarahannya seorang diri " "Tentu " Antasena menjawab dengan dingin dan langsung pergi meninggalkan Semar. Kathia sudah nyaris putus asa, dengan hilangnya Bima, sahabatnya. Ia sama sekali tidak diberitahu oleh Bima kemana Ia pergi, hanya saat itu ia ditelepon dan disuruh untuk menjaga Adik kembar Bima Raka - Ratu yang saat ini masih berusia tujuh belas tahun saat ini. Ia berencana untuk membuat laporan orang hilang tetapi Keluarga Bima skeptis akan pemikiran bahwa Bima di culik, mereka lebih percaya bahwa Bima memilih untuk melarikan diri karena Kebadunganya. Kathia tentu menolak ide itu, tidak masuk akal seorang Bima Ganesha mundur disaat karir tinju nya sedang naik - naiknya. Tetapi, ketika Ia mencari sampai club ring tinju yang diikuti oleh Bima, kabar akan Bima pun seakan tak ada, pelatihnya yang terdahulu juga pergi seakan - akan kepergian Bima telah di rencanakan. "Sudahlah, Kathia. Tidak perlu di cari Bima. Ini mungkin yang dia mau " kata Abdullah yang merupakan sahabat dekat dengan mereka.. "Aku - " suara seperti tak sempat keluar dari mulut Kathia, ia sudah terlalu lelah dengan memikirkan kemana perginya Bima. Waktunya dihabiskan berpikir, tanpa ia lupa bahwa ia harus makan, minum dan istirahat. "Aku sudah menghubungi Wijaya, kami berencana untuk membuat surat hilang atas nama Bima Ganesha, apakah kau yakin bahwa Bima bukan kabur dari rumah ? " tanya Abdullah pada Kathia. "Soalnya kalau kabur, percuma untuk dicari Kathia, relakan adalah hal yang tepat " "Tidak " jawab Kathia. "Aku lebih yakin bahwa Bima dibawa pergi oleh seseorang, karena semua seperti mendadak terhapus. Aku pergi ke klub yang menaungi Bima dan menanyakan dimana pelatih Bima tetapi, ternyata dia langsung pensiun matanya terluka hebat. Apakah itu tidak. mencurigakan Abdullah ? " "Okay, benar itu mencurigakan tapi itu tak bisa membuktikan apa yang terjadi. Motifnya tak cukup kuat untuk di indikasi sebagai orang hilang!" Abdullah mulai merasa kesal dengan apa yang terjadi pada Kathia. Ia sudah memberikan pengertian bahwa ketika mereka akan membuat surat hilang, orang yang infomasikan benar - benar hilang, kan nggak lucu kalau ternyata kabur dari rumah. Mau ditaruh dimana harga Abdullah dan kawan - kawan. Kalau ternyata hilangnya karena kabur dari rumah. Yudistira, salah satu dari sepupu Antareja yang masih berhubungan dengan Keluarga Baladewa meski hubungan baik antara ayahnya, Yama dan pamannya, Bima Sena agak kurang akur. Entah karena kenapa, Yudistira juga bingung kalau disuruh jelasin. Pagi dini hari ini sekitar jam lima pagi, Yudistira berjalan menuju taman, untuk melihat apakah bunga anggreknya dalam kondisi yang baik karena terakhir dia tak melihatnya, tanaman anggrek sudah di rusak oleh anjing milik pamannya. 'Memang anjing bodoh ' umpat Yudistira sambil terus berjalan, sayangnya begitu dia sudah sampai di taman ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Bunga Anggreknya terdapat bercak - bercak darah entah darah siapa. Melihat itu, Yudistira langsung mencari apa yang menjadi penyebab ada bercak - bercak darah di bunga Anggreknya. Tetapi sayangnya udah beberapa kali ia mencari, bercak darahnya hanya berakhir di kursi.Yudistira semakin curiga akan sumber bercak darah dia mencoba untuk menelepon sepupunya, Antareja. Sayangnya, sudah beberapa Yudistira menelepon sama sekali tak ada jawaban dari, maka Yudistira pun memutuskan untuk kembali mencari sumber dari bercak darah di bunga anggreknya. Betapa terkejut Yudistira ketika mengetahui bercak darah itu berasal seseorang yang leher terluka. Melihat keadaan pria itu yang mengkhawatirkan ia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Ia sana sekali tak tahu, bahwa membawa pria yang Ia selamatkan itu bisa menjadi masalah baru bagi hubungannya dengan Antareja. Petruk mencari - mencari keberadaan Bima yang mendadak hilang, bahkan barang - barang pun hilang. Itu membuat Petruk menjadi kebingungan, tetapi sebuah peta paviliun utama menjadi perhatiannya, apakah Bima memutuskan untuk kabur ? Mengingat kemungkinan itu, Petruk menggerutukkan giginya. Ia harus menemukannya sebelum Nyonya Antareja melihat ada kejanggalan ini. Bisa habis dirinya. Petruk ke
Katnia menghampiri ayahnya yang saat itu sedang berada di ruangannya. Matanya melihat bagaimana ruangan kerja ayahnya ini tidak banyak berubah sejak ia sedang kecil. "Selamat sore, Ayah " sapa Kania pada Ayahnya yang masih memeriksa berkas rumah sakit. Mendengar sapaan putrinya itu, Dr Karya mendongkak melihat kearah Kathia. " Selamat sore, Kathia sayang. Sudah makan? " Tanya sang ayah. Mendengar pertanyaan itu Kathia langsung menjawab dengan singkat, "Belum. " Pikirkannya masih dipenuhi oleh kepergian Bima yang entah kemana. Dr Karya kemudian menawarkan Kathia untuk makan bersama dengannya di Kedai mie Mpok Tarmi yang tak berada jauh dari Rumah Sakit. Kathia tersenyum, ayahnya sangat perhatian tahu bahwa ia sangat kelaparan. Melihat, Kathia yang menyetujui ajakannya, Dr. Karya hanya tersenyum, Putrinya telah kembali. Kepergian Bima tak menjadi masalah lagi bagi putrinya. Meski, sejujurnya kepergian Bima masih menjadi kesedihan bagi Kathia. Antareja kembali ke rumah dan dikejut
Yudistira membawa Bima ke taman Rumah Sakit, ia mengantarkan dengan hati - hati, Dani melihat itu dengan raut muka yang aneh. Dia sama sekali tak terbiasa melihat perilaku Yudistira yang seperti ini. Ini aneh. Sepanjang perjalanan, Yudistira mengajak Bima untuk berbicara terutama tentang Antareja dan mengapa ia bisa menjadi salah satu dari bodyguard wanita itu. "Kau tahu, melihatmu seperti membuatku bertanya - tanya apa hebatnya dirimu? " tanya Yudistira sambil menempatkan Bima di sisi pohon. Mendengar pertanyaan Bima memutarkan mata, "Saya sendiri saja tak tahu mengapa dia memilih saya ? Mungkin dia membutuhkan hiburan? " Yudistira tertawa, "Hiburan? Antareja mungkin tipikal wanita yang aneh, dia seperti tante - tante girang. Berapa usiamu? " Bima menggeleng kepala, " Aku masih dua puluh tiga tahun, komentarmu membuat Antareja terlihat seperti cukup buruk " "Wanita ittu memang iblis " Yudistira memandang wajah Bima, memang benar pria ini terlihat menawan untuk hanya sekeda
"Dia masih hidup, Nyonya kata salah satu Bodyguardnya yang bernama Bagal Buntung. "Bawa dia ke paviliun utama, aku akan menghukumnya." Antareja langsung meninggalkan gedung tua tersebut diikuti dengan para Bodyguardnya yang menggendong Bima. Antareja tidak akan membiarkan Bima meninggalkan lagi, Ia tidak akan membiarkanya mati seperti Arjuna. Gatotkaca kembali dibawa ke ruang sidang, untuk membahas perkara masa hukumannya. Ibunya berhasil untuk mendapatkan dukungan tambahan untuk membebasannya. Ia benar - benar berpikir, seberapa banyak uang yang digelontorkan ibunya kali ini. "Seberapa besar, dia membayarmu kali ini?" Gatotkaca bertanya pada Arok, Pengacaranya. Mendengar itu, Arok, Pengacaranya langsung menjawab. "Cukup besar, Urangayu yang tak mungkin membiarkan putranya mati mendekam dipenjara sia - sia. Ia masih membutuhkan pewaris untuk melanjutkan namanya" Gatotkaca mendengkus, "Wanita tua itu masih mempedulikan namanya disaat seperti ini. Tetapi, kalau boleh jujur, aku
Seminggu setelah kejadian itu, Bima kembali pergi bersama Antareja. Bersama dengan beberapa bodyguard lain, ia berdiri ditemani dengan Petruk dan Barong. Ada bodyguard baru yang akan menemani Antareja. Bima merasa bersyukur karena ia tak harus lagi menemani Antareja. Siapa juga yang mau bekerja dengan wanita iblis itu, ia tak sudi lagi. Melihat Eksprei Bima, Petruk hanya bisa tertawa mengingat kejadian kemarin. Dimana ketika mereka mengucapkan selamat tinggal pada Tuan Besar dan Bima tak sengaja terpeleset akibat menginjak tali sepatunya ketika berjalan pasca bangkit dari membungkuk. Antareja hanya terdiam melihat kelakuan pria konyol itu, sedangkan Bika Sena hanya mengangkat alisnya dengan ekspresi datar. Mobilnya belum berangkat sedari tadi. Itu sangat konyol, Petruk berharap kehadiran Bima bisa memberikan hiburan bagi para Bodyguard lain. Bima menatap Petruk yang menahan tawanya ketika Anateja memarahinya. "Ayolah, itu tak sengaja." elak Bima pada Antareja yang mem
Antareja dan Bima dikagetkan dengan kedatangan Batara, Bima bahkan sampai hampir menabrak dinding didepannya sakin terkejutnya dia. "Apakah semua sudah baik - baik saja?" tanya Antareja sebari melihat kearah Batara yang ternyata di alisnya terdapat luka. Batara hanya terdiam ketika Antareja menyentuh alisnya, sedangkan Bima melihat itu semua dengan mata yang melotot. Ia tak bisa melihat Antareja bersama orang lain. Batara terdiam melihat tingkah laku Antareja, ini bukan sesuatu yang biasa yang dikeluarkan oleh bosnya, tetapi ini terasa bagus. "Saya baik- baik saja Nyonya, tidak ada yang perlu diperhatikan." Antareja mengangkat alisnya, "Benarkan?" Batara menganggukkan kepalanya, "Ya" Bima melihat itu langsung berdehem. Ia tak suka dengan apa yang terjadi. "Ehm, apa yang kau disini, Batara?" tanya Bima pada Batara, ia penasaran dengan apa yang dilakukan Batara disini. Batara hanya menjawab," Semua sudah aman, jadi kita bisa kembali paviliun utama" Antareja melihat ke arah
Bima kemudian menyerah dan memutuskan untuk mengganti pakaiannya, Antareja yang melihat itu pun tersenyum. Anjing kesayangannya sangatlah penurut. Antasena membuka matanya, matanya kemudian melihat kearah cermin yang ada diatas tempat tidurnya. Ia melihat bahwa lehernya dirantai oleh seseorang, 'Siapa yang melakukan ini padanya?' ingatan Antasena kembali memutar kembali apa yang terjadi, ia tertangkap saat sedang berada di bandara, ia sama sekali tak mengingat apapun selain ketika ia mengunjungi kamar mandi seorang pria membiusnya. Seorang wanita dengan menggunakan jas dokter datang, ia menyapa Antasena dengan ramah, meski disalah satu sudut bibitnya terdapat bekas luka, "Selamat pagi, bagaimana kabarmu?" Antasena memandang wanita itu dengan curiga, "Siapa kamu?" Wanita itu mendekat dan berbisik ke telinga Antasena, "Aku yang membawamu kesini. Apa kau keberatan?" Antasena langsung marah, ia langsung memukul wajah wanita itu membuat wanita itu terkekeh dan menyalakan a
Antareja, siapa yang tak pernah mendengar nama tersebut. Seorang politikus muda yang baru menjadi primadona baru bagi masyarakat sikapnya yang tegas, pintar, beridealis, dan cantik menjadikannya sebagai kriteria menantu idaman. Tetapi tidak ada yang tahu bahwa Antareja tidak seperti yang semua orang bilang, wanita itu iblis yang tak pernah memberikan Bima waktu beristirahat sedikit pun. Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa wanita itu adalah malaikat maka Bima tak segan - segan untuk merobek mulutnya. Namaku Bima, seorang petarung dunia malam. Pertemuan kami bermula ketika ia menghadiri ring pertunjukanku, dan membeliku dengan harga yang tinggi. Ia saat itu sedang mencari serdadu yang akan membantunya membasmi hama, dan bodohnya aku mau menerima pekerjaan tersebut. Wanita itu merupakan cucu dari seorang mafia. Aku berhutang banyak pada keluarganya, aku tidak bisa membayarnya karena suatu masalah, sebagai bayaranya aku harus berkerja pada keluarganya dan tentunya ia mengancam a
Bima kemudian menyerah dan memutuskan untuk mengganti pakaiannya, Antareja yang melihat itu pun tersenyum. Anjing kesayangannya sangatlah penurut. Antasena membuka matanya, matanya kemudian melihat kearah cermin yang ada diatas tempat tidurnya. Ia melihat bahwa lehernya dirantai oleh seseorang, 'Siapa yang melakukan ini padanya?' ingatan Antasena kembali memutar kembali apa yang terjadi, ia tertangkap saat sedang berada di bandara, ia sama sekali tak mengingat apapun selain ketika ia mengunjungi kamar mandi seorang pria membiusnya. Seorang wanita dengan menggunakan jas dokter datang, ia menyapa Antasena dengan ramah, meski disalah satu sudut bibitnya terdapat bekas luka, "Selamat pagi, bagaimana kabarmu?" Antasena memandang wanita itu dengan curiga, "Siapa kamu?" Wanita itu mendekat dan berbisik ke telinga Antasena, "Aku yang membawamu kesini. Apa kau keberatan?" Antasena langsung marah, ia langsung memukul wajah wanita itu membuat wanita itu terkekeh dan menyalakan a
Antareja dan Bima dikagetkan dengan kedatangan Batara, Bima bahkan sampai hampir menabrak dinding didepannya sakin terkejutnya dia. "Apakah semua sudah baik - baik saja?" tanya Antareja sebari melihat kearah Batara yang ternyata di alisnya terdapat luka. Batara hanya terdiam ketika Antareja menyentuh alisnya, sedangkan Bima melihat itu semua dengan mata yang melotot. Ia tak bisa melihat Antareja bersama orang lain. Batara terdiam melihat tingkah laku Antareja, ini bukan sesuatu yang biasa yang dikeluarkan oleh bosnya, tetapi ini terasa bagus. "Saya baik- baik saja Nyonya, tidak ada yang perlu diperhatikan." Antareja mengangkat alisnya, "Benarkan?" Batara menganggukkan kepalanya, "Ya" Bima melihat itu langsung berdehem. Ia tak suka dengan apa yang terjadi. "Ehm, apa yang kau disini, Batara?" tanya Bima pada Batara, ia penasaran dengan apa yang dilakukan Batara disini. Batara hanya menjawab," Semua sudah aman, jadi kita bisa kembali paviliun utama" Antareja melihat ke arah
Seminggu setelah kejadian itu, Bima kembali pergi bersama Antareja. Bersama dengan beberapa bodyguard lain, ia berdiri ditemani dengan Petruk dan Barong. Ada bodyguard baru yang akan menemani Antareja. Bima merasa bersyukur karena ia tak harus lagi menemani Antareja. Siapa juga yang mau bekerja dengan wanita iblis itu, ia tak sudi lagi. Melihat Eksprei Bima, Petruk hanya bisa tertawa mengingat kejadian kemarin. Dimana ketika mereka mengucapkan selamat tinggal pada Tuan Besar dan Bima tak sengaja terpeleset akibat menginjak tali sepatunya ketika berjalan pasca bangkit dari membungkuk. Antareja hanya terdiam melihat kelakuan pria konyol itu, sedangkan Bika Sena hanya mengangkat alisnya dengan ekspresi datar. Mobilnya belum berangkat sedari tadi. Itu sangat konyol, Petruk berharap kehadiran Bima bisa memberikan hiburan bagi para Bodyguard lain. Bima menatap Petruk yang menahan tawanya ketika Anateja memarahinya. "Ayolah, itu tak sengaja." elak Bima pada Antareja yang mem
"Dia masih hidup, Nyonya kata salah satu Bodyguardnya yang bernama Bagal Buntung. "Bawa dia ke paviliun utama, aku akan menghukumnya." Antareja langsung meninggalkan gedung tua tersebut diikuti dengan para Bodyguardnya yang menggendong Bima. Antareja tidak akan membiarkan Bima meninggalkan lagi, Ia tidak akan membiarkanya mati seperti Arjuna. Gatotkaca kembali dibawa ke ruang sidang, untuk membahas perkara masa hukumannya. Ibunya berhasil untuk mendapatkan dukungan tambahan untuk membebasannya. Ia benar - benar berpikir, seberapa banyak uang yang digelontorkan ibunya kali ini. "Seberapa besar, dia membayarmu kali ini?" Gatotkaca bertanya pada Arok, Pengacaranya. Mendengar itu, Arok, Pengacaranya langsung menjawab. "Cukup besar, Urangayu yang tak mungkin membiarkan putranya mati mendekam dipenjara sia - sia. Ia masih membutuhkan pewaris untuk melanjutkan namanya" Gatotkaca mendengkus, "Wanita tua itu masih mempedulikan namanya disaat seperti ini. Tetapi, kalau boleh jujur, aku
Yudistira membawa Bima ke taman Rumah Sakit, ia mengantarkan dengan hati - hati, Dani melihat itu dengan raut muka yang aneh. Dia sama sekali tak terbiasa melihat perilaku Yudistira yang seperti ini. Ini aneh. Sepanjang perjalanan, Yudistira mengajak Bima untuk berbicara terutama tentang Antareja dan mengapa ia bisa menjadi salah satu dari bodyguard wanita itu. "Kau tahu, melihatmu seperti membuatku bertanya - tanya apa hebatnya dirimu? " tanya Yudistira sambil menempatkan Bima di sisi pohon. Mendengar pertanyaan Bima memutarkan mata, "Saya sendiri saja tak tahu mengapa dia memilih saya ? Mungkin dia membutuhkan hiburan? " Yudistira tertawa, "Hiburan? Antareja mungkin tipikal wanita yang aneh, dia seperti tante - tante girang. Berapa usiamu? " Bima menggeleng kepala, " Aku masih dua puluh tiga tahun, komentarmu membuat Antareja terlihat seperti cukup buruk " "Wanita ittu memang iblis " Yudistira memandang wajah Bima, memang benar pria ini terlihat menawan untuk hanya sekeda
Katnia menghampiri ayahnya yang saat itu sedang berada di ruangannya. Matanya melihat bagaimana ruangan kerja ayahnya ini tidak banyak berubah sejak ia sedang kecil. "Selamat sore, Ayah " sapa Kania pada Ayahnya yang masih memeriksa berkas rumah sakit. Mendengar sapaan putrinya itu, Dr Karya mendongkak melihat kearah Kathia. " Selamat sore, Kathia sayang. Sudah makan? " Tanya sang ayah. Mendengar pertanyaan itu Kathia langsung menjawab dengan singkat, "Belum. " Pikirkannya masih dipenuhi oleh kepergian Bima yang entah kemana. Dr Karya kemudian menawarkan Kathia untuk makan bersama dengannya di Kedai mie Mpok Tarmi yang tak berada jauh dari Rumah Sakit. Kathia tersenyum, ayahnya sangat perhatian tahu bahwa ia sangat kelaparan. Melihat, Kathia yang menyetujui ajakannya, Dr. Karya hanya tersenyum, Putrinya telah kembali. Kepergian Bima tak menjadi masalah lagi bagi putrinya. Meski, sejujurnya kepergian Bima masih menjadi kesedihan bagi Kathia. Antareja kembali ke rumah dan dikejut
Yudistira semakin curiga akan sumber bercak darah dia mencoba untuk menelepon sepupunya, Antareja. Sayangnya, sudah beberapa Yudistira menelepon sama sekali tak ada jawaban dari, maka Yudistira pun memutuskan untuk kembali mencari sumber dari bercak darah di bunga anggreknya. Betapa terkejut Yudistira ketika mengetahui bercak darah itu berasal seseorang yang leher terluka. Melihat keadaan pria itu yang mengkhawatirkan ia memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Ia sana sekali tak tahu, bahwa membawa pria yang Ia selamatkan itu bisa menjadi masalah baru bagi hubungannya dengan Antareja. Petruk mencari - mencari keberadaan Bima yang mendadak hilang, bahkan barang - barang pun hilang. Itu membuat Petruk menjadi kebingungan, tetapi sebuah peta paviliun utama menjadi perhatiannya, apakah Bima memutuskan untuk kabur ? Mengingat kemungkinan itu, Petruk menggerutukkan giginya. Ia harus menemukannya sebelum Nyonya Antareja melihat ada kejanggalan ini. Bisa habis dirinya. Petruk ke
Bima membaca rute denah pavilion utama dengan benar, memastikan bahwa Ia harus mulai mempersiapkan rencananya dengan nyata dan realistis. Karena, jika rencana kaburnya gagal maka dapat dipastikan ia akan disiksa dengan kejam oleh Antareja. Perempuan itu tak akan membiarkan pergi semudah itu, ketakutan Bima adalah apakah dia akan menjadi sangat gila jika Bima menghilang. Ketika Bima sedang termenung dan berpikir, seseorang mengetuk pintu kamarnya, membuatnya terkejut. "Siapa ? " tanya Bima dari dalam kamar. " Apakah kau mendadak lupa dengan saudara bosmu, Bima ? " Mendengar pertanyaan itu, Bima langsung membuka pintu dan menyambut Antasena yang sudah berada di depan pintu sambil cemberut. "Tentu tidak, Tuan. apakah ada sesuatu yang bisa ku bantu ? " tanya Bima pada Antasena. "Tidak, aku hanya ingin menyampaikan bahwa kau hanya pria yang beruntung, jadi jangan merasa aji mumpung dengan keadaanmu sekarang, apalagi kau berharap bisa mendekati kakakku. Aku tidak akan membiarkan
Petruk menelepon Antareja sebagai jaminan bahwa Bima tak kabur. “Kami akan segera pulang, Nyonya “ lapornya. “Pastikan bahwa kalian baik – baik saja “ pesan Antareja. Pertruk segera mematikan telepon dan melanjutkan perjalanan untuk pulang. Mendengar, laporan dari Petruk membuat Antareja merasa lega bahwa pria yang dicintainya tidak memutuskan untuk kabur. Antareja mulai tersenyum memikirkan tanggal berapa ia melamar Bima. Apakah harus di hotel ? Pantai atau dimana ? Rasanya ia semakin tak sabar. Bima hanya dimiliki olehnya. Melihat Antareja yang tersenyum – senyum membuat semua staf terdiam, tak menyangka bahwa bos mereka bisa tertingkah seperti seorang gadis yang jatuh cinta. Mereka penasaran dengan siapa Antareja jatuh cinta, apakah ia tampan ? Mudah – mudahan pria itu akan mempermudah tugas mereka, seperti mantan pacar Antareja yang bernama Arjuna. Mobil yang dikendarai Petruk sudah berada di depan kediaman Antareja. Petruk kemudian turun dan mengajak Bima untuk masuk. Bi