Beranda / Romansa / The Blue Blood / Ch. 9 Stase Obsgyn

Share

Ch. 9 Stase Obsgyn

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-19 23:36:26

“Heh ... mau kemana?” Ken menarik kerah snelly Elsa ketika gadis itu hendak kabur bersama teman-temannya selepas Dokter Glondong selesai visiting.

“Mau ke ruang koas lah, Dok. Ada apa lagi sih?” Elsa menepis tangan Ken, sebuah tindakan berani yang sampai membuat Renita melongo menatap Elsa dengan tatapan tidak berkedip. Berani sekali keset rumah sakit satu ini melawan sendal rumah sakit?

“Ikut saya dulu, bantuin follow up ibu-ibu di VK!” Ken kembali menarik Elsa, membuat Elsa hampir terjungkal karena langkah Ken lebih cepat dari langkah Elsa sendiri.

“Pelan-pelan dong, Dok! Heran deh ... dari kemarin kasar banget sih!” semprot Elsa kesal.

Dio dan Samuel, yang juga residen obsgyn itu saling pandang, mereka kemudian menatap Renita yang masih melongo melihat apa yang tadi terjadi antara Elsa dan residen paling ganteng se-poli obsgyn itu.

“Dek, temenmu itu ada hubungan apa sih sama Ken? Kok kayaknya akrab bener?” tanya Dio pada Renita yang masih melongo itu.

“Dia kan penganggung jawabnya Dokter Ken, Dok.” Jawab Renita seadanya, memang begitu kan faktanya? Untuk persoalan Elsa dan Ken yang harus menyebabkan Elsa jadi asisten alias pembantu residen itu, sepertinya tidak perlu Renita ceritakan bukan?

“Iya kalau itu saya tahu, Cuma kok kayaknya mereka dekat banget ya? Kalian baru dua hari lho koas di poli kandungan, dan mereka sudah seakrab itu? Rasanya bukan kebiasaan Ken deh,” Samuel itu menimpali, sebagai residen yang tahunnya sedikit lebih tua dari Ken, ia tahu betul Ken itu orangnya seperti apa, terlebih kepada lawan jenis.

“Nah kalau soal itu saya tidak tahu, Dok. Saya permisi dulu,” Renita menundukkan kepala sebagai wujud hormat, kemudian melangkah pergi dari hadapan dua residen itu. Ia sendiri tidak tahu apa-apa dan heran kenapa Elsa bisa sedekat itu dengan Dokter Ken. Mereka ada hubungan apa sih?

Kalau pacaran rasanya nggak mungkin, karena mereka baru kenal dua hari. Dan jangan lupa, pertemuan pertama mereka karena sebuah insiden yang menyebabkan Elsa harus jadi babu Dokter Ken selama koas di bagian obsgyn, jadi tidak mungkin kan kalau kemudian mereka pacaran? It`s impposible!

“Bodo ah, ntar mending nanya langsung sama Elsa,” Renita menggelengkan kepalanya, lalu buru-buru menyusuri koridor rumah sakit guna sampai ke poli obsgyn, ia harus sesegera mungkin sampai di ruang praktek Dokter Lidia sebelum obsgyn cantik itu memberinya hukuman karena terlambat datang untuk mengasisteni dia praktek pagi ini.

***

“Dok, ini gimana?” Elsa langsung pucat, teriakan ibu muda itu membuat ia panik dan bingung perihal apa yang harus dia lakukan. Handscoon itu sudah terpasang di kedua tangannya, namun ia masih belum mengerti apa yang harus dia lakukan.

Ken hanya mengela nafas panjang, ia bergegas menjewer telinga Elsa, membuat Elsa jadi bahan tertawaan para bidan magang dan perawat di VK.

“Sudah diajari VT belum? Cek bukaan?” Ken melepaskan jewerannya, menatap Elsa dengan tatapan gemas.

Jika tadi wajah Elsa memucat, kini wajahnya semerah telinga bekas jeweran Ken, ia malu diperlakukan macam anak SD di depan para bidan magang dan perawat VK itu. Dasar menyebalkan, pasti habis ini ia dikata-katain para bidan magang dan perawat itu, mana sejak Elsa masuk tadi sorot mata mereka sama sekali tidak ramah pada Elsa, hanya ramah pada Ken saja.

“Sudah, Dok!” Elsa menyimpan semua rasa dongkolnya, ia menundukkan kepala, malas sekali menatap wajah Ken yang sebenarnya masuk kategori ganteng maksimal itu.

“Ya sudah, cek bukaan secara berkala, catat dan laporkan ke saya, El!”

Elsa menghela nafas panjang, bukankah sebenarnya itu tugas para bidan magang itu juga? Ah tapi sudahlah, ia tidak boleh menolak bukan? Lagi pula di sini nanti ia akan belajar banyak bukan? Jika kemarin melihat secara langsung tindakan sectio caesarea, sekarang ia akan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana para perempuan melahirkan anaknya secara normal.

Elsa bergegas mendekati bed paling ujung, dimana sejak tadi peremupuan muda itu terus berteriak kesakitan. Astaga, Elsa jadi ngeri, apakah besok ketika ia melahirkan juga akan seheboh itu? Elsa menelan salivanya dengan susah payah, ia sudah berdiri di depan pasien yang sedang tidur miring kek kiri, sebuah posisi yang dipercaya bisa menambah bukaan.

“Permisi, Bu, mohon maaf saya cek dulu sudah bukaan berapa ya,” guman Elsa sopan, tentu ia harus meminta izin dulu kepada si pasien bukan?

“Dok, sakit banget, Dok!” rintih wanita muda itu dengan keringat sebesar biji jagung.

Apa tadi dia bilang? Dia panggil Elsa dengan sebutan ‘Dokter’? Ah ... rasanya begitu membahagiakan dipanggil dengan sebutan itu, padahal Elsa belum benar-benar menjadi dokter bukan? Panggilan itu sontak melunturkan rasa takut dan gugup Elsa, rasa percaya dirinya tumbuh seketika, membuat Elsa melepas satu handscoonnya guna membantu si ibu memposisikan kakinya untuk ia periksa sudah masuk bukaan ke berapa.

“Nah, tahan sebentar ya, biar saya cek dulu!” Elsa bergegas menjulurkan jarinya, sesuai apa yang dulu ia pelajari, sebuah tindakan yang jika dilakukan oleh orang yang bukan perawat, bidan atau dokter spesialis kandungan maka akan dikatergorikan sebagai tindak pelecehan seksual.

Namun karena ini demi kepentingan pemeriksaan dan prosedur kesehatan, maka hal ini bukan hal tabu dan melanggar hukum. Elsa langsung menarik jarinya, melepas handscoon lalu mencatat tanggal dan jam dimana ia melakukan pengecekan.

“Sudah bukaan berapa, Dok?” tanya seorang wanita paruh baya yang Elsa yakin betul itu adalah ibu dari wanita muda itu, yang mana sekali lagi memanggil Elsa dengan sebutan 'Dokter'.

“Baru bukaan empat ya, Bu. Kalau masih kuat bisa dipakai jalan-jalan dulu untuk mempercepat bukaan, dan jangan mengejan sebelum dokter atau bidan yang memberi instruksi ya, Bu. “ Elsa tersenyum, itu saran yang tepat bukan?

“Baik, terima kasih, Dok.”

“Nanti kalau semisal ada air merembes, keluar darah atau lendir atau apapun lah, segera hubungi saya atau petugas medis lainnya di depan ya, Bu. Saya permisi dulu.”

Elsa tersenyum, kemudian melangkah pergi dari bed tersebut. Hatinya lega luar biasa, ia benar-benaer bahagia dengan sebuah hal kecil yang ia dapatkan barusan. Dipanggil ‘Dokter’! Astaga ... belum jadi dokter beneran dan dipanggil seperti itu saja rasanya benar-benar bahagia, apalagi nanti kalau dia sudah jadi dokter beneran? Rasanya ia tidak bisa membayangkan lagi bagaimana bahagianya.

“Kenapa senyam-senyum?” tegur Ken dengan sorot mata menyelidik.

“Lagi bahagia saja, Dok.” Jawab Elsa sambil tersenyum, ia menyodorkan kertas berisi catatan yang tadi Ken minta.

“Nggak ketemu isteri mantan pacar kamu lagi kan?” Ken menerima kertas itu dari tangan Elsa.

“Astaga!” Elsa melotot dengan gemas, “Mantan saya mau punya isteri berapa sih, Dok? Kok tiap hari lahiran!”

“Lho bisa jadi mantan pacar kamu yang lain, saya mana tahu?” guman Ken sambil tersenyum jahil.

“Mantan saya cuma satu, ya yang kurang ajar kemarin itu.” jawab Elsa apa adanya, memang sampai detik ini ia hanya punya satu mantan pacar.

“APA?” Ken berteriak, membuat Elsa sontak melonjak saking terkejutnya, “COBA ULANGI LAGI!”

Elsa mendelik, kenapa residen itu jadi berteriak sih?

“Mantan saya Cuma satu, Dok!” jelas Elsa menegaskan.

“NGGAK MUNGKIN, BULLSHIT!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nury
RS bisa heboh nih klu ber2 kumpul terus,Tom&Jerry kejar2 an ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • The Blue Blood   Ch. 10 Sandiwara

    "Dok saya belum mandi," sepulang koas Elsa sudah di seret-seret Ken menuju parkiran, acara ulang tahun itu diadakan selepas magrib dan Ken hendak membawa Elsa bersiap-siap."Mandi di apartemen saya, sudah bawa ganti dalaman kan? Apa perlu saya belikan juga?" Ken melirik Elsa yang tampak manyun itu, sungguh sosok itu jadi makin menggemaskan."Sudah, tidak perlu repot-repot!" jawab Elsa ketus, tentulah Elsa bawa, Ken sudah ribut menelepon terus tadi subuh memperingatkan Elsa supaya membawa ganti pakaian dalam yang bersih."Bagus!" Ken membuka pintu mobilnya, lalu mendorong Elsa masuk ke dalam."Astaga, kasar amat sih jadi orang!" Gerutu Elsa kesal, pantas pacarnya lari, selingkuh sama sepupunya, orangnya kasar begini! Heran Elsa.Ken tidak menggubris, ia bergegas masuk ke dalam mobil. Ia melirik Elsa yang tampak manyun itu. Elsa hanya balas melirik, kenapa diam? Kenapa tidak langsung pergi? Elsa bertanya-tanya, namun ia memilih diam saja, hingga kemudian

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • The Blue Blood   Ch. 11 Dokter Darah Biru

    Ken menatap bayangan dirinya di cermin, ia sudah begitu gagah dengan setelan jas dan dasi warna peach yang ia senadakan dengan dress yang akan dikenakan Elsa malam ini. Rambutnya sudah ia sisir begitu rapi dengan Pomade, parfum seharga tiga setengah juta itu sudah mengharumkan penampilan Ken. Ia lebih terlihat seperti seorang eksekutif muda daripada calon dokter kandungan!Ken dengan gagah melangkah ke luar dari kamarnya. Tampak Elsa masih duduk di kursi membelakangi dirinya, sedangkan Vonny tengah menata rambut Elsa yang dicatok Curly bagian bawahnya itu."Sudah selesai belum, Cik?" Tanya Ken sambil merapikan jasnya."Sudah!" jawab Vonny dengan wajah berbinar.Ken menatap Elsa yang masih duduk di kursi itu, sejenak Elsa kemudian bangkit dan membalikkan badan membuat Ken terkesiap luar biasa. Itu beneran Elsa kan? Koas-nya yang kurang ajar memaki dirinya karena mereka tidak sengaja bertubrukan di depan pintu masuk rumah sakit?Elsa tersenyum begitu mani

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • The Blue Blood   Ch. 12 Klan Darah Biru

    Ken tersenyum penuh kemenangan ketika melihat raut wajah Jessica tampak tidak senang dengan keberadaan Ken dan Elsa. Ia tahu betul apa arti ekspresi dan sorot mata itu, Jessica merasa kalah saing dengan Elsa bukan? Ahh ... Ada untungnya juga dulu Ken sempat ribut-ribut dengan Elsa, jadi dia bisa memanfaatkan gadis itu untuk membalas dendam pada Jessica."Mantan kamu cantik juga, Ko," bisik Elsa lirih ketika keluarga itu berfoto selepas acara tiup lilin.Ken dan Elsa memilih duduk di meja lain, tidak jadi satu dengan orang tua Ken dan orang tua Gilbert."Cantik kalau tukang selingkuh buat apa sih? Lagian masih cantikan kamu kok," Ken berbisik tepat di telinga Elsa, nafas Ken menyapu tengkuk Elsa, membuat Elsa meremang seketika.Ini Ken sedang main peran atau bagaimana sih? Kenapa rasanya pujian itu begitu nyata? Elsa menoleh dan menatap Ken yang masih tersenyum sambil menatapnya itu, wajahnya sontak memerah, membuat Ken makin gemas akan sosok itu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21
  • The Blue Blood   Ch. 13 Gairah

    "Terima kasih banyak sudah membantuku, Sa." Guman Ken lirih.Elsa menoleh, tampak Ken hanya meliriknya sekilas sambil tersenyum, membuat Elsa sontak juga tersenyum. Sungguh wajah sosok itu begitu enak di pandang kalau sedang tersenyum macam ini."Sama-sama, Dokter. Saya juga terima kasih sudah didandani begitu cantik malam ini, diajak makan di hotel berbintang.""Santai lah. Oh ya kamu serius mau saya antar ke rumah sakit? Nggak langsung kerumah saja?" Kenapa Elsa jadi kembali formal begitu sih?Elsa menggeleng sambil tersenyum, "Motor saya masih di rumah sakit, Dok. Jadi setelah ganti baju dan bersih-bersih, kalau tidak merepotkan saya minta diantar ke rumah sakit saja.""Tentu tidak, jangankan ke rumah sakit, ke rumah kamu sekarang saja akan saya antar, gimana?" Ken menoleh, jujur ia nyaman dengan obrolan santainya tadi dengan Elsa. Saling 'aku-kamu', bukan seperti ini. Ah ... Ada apa dengannya?"Ja-jangan, antar ke rumah sakit saja, Dok."

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-22
  • The Blue Blood   Ch. 14 Bukan Darah Biru

    "Kok koasnya cuma empat? Bukannya lima biasanya? Yang satu kemana?" Dokter Anas mengerutkan keningnya, menatap satu persatu residen dan koas yang berdiri di hadapannya itu. Semua sontak memucat, kalau obsgyn lain mungkin masih bisa ditolerir, tapi kalau yang satu ini? Jangan harap!Ken menggaruk-garuk kepalanya, ini si Elsa kemana sih? Tumben-tumbenan dia sampai telat. Ken melirik jam tangannya, baru telat dua menit sih, cuma kalau telatnya pas Dokter Anas mau visiting, itu sama saja cari masalah.Renita hendak membuka mulutnya ketika kemudian terdengar suara teriakan yang Renita hafal betul itu suara Elsa."Dokter, ma-maaf saya ter-terlambat," guman Elsa tengah nafas terengah-engah.Semua menoleh dan terkejut melihat kondisi Elsa yang nampak tengah menetralkan nafasnya."Elsa?" Ken hampir berteriak, lengan Elsa penuh parut, darahnya tampak masih basah dan memerah, begitu pula lututnya, tampak darah itu masih begitu segar."Maaf Dokter, tadi a-"

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-23
  • The Blue Blood   Ch. 15 Hukuman

    “Kok bisa sih?” dokter Anas menatap Elsa dengan seksama, ia duduk di kursinya sambil bersandar.“Mungkin saya sedang apes, Dok.” Elsa tersenyum getir, ia terlambat dan tidak ikut visiting karena kecelakaan apakah nanti akan dapa tambah minggu sebagai hukuman juga? Dokter Anas memang terkenal killer dan menyeramkan, namun Elsa sangat berharap dokter senior itu masih punya hati nurani.“Lain kali hati-hati, kalau berangkat jangan mepet waktunya, biar di jalan nggak ngebut karena takut telat.”Tampak sosok itu menghela nafas panjang, membuat Elsa menahan nafas menantikan hukuman apa yang hendak sosok itu berikan kepadanya. Hanya satu doa Elsa, semoga dia tidak harus tambah minggu! Semakin lama dia di stase ini, maka akan semakin lama pula dia jadi kacung Ken.“Jaga malam dua hari ya? Kesalahan kamu hari ini fatal. Satu terlambat dan satu tidak ikut saya visiting,” guman sosok itu santai, membuat Elsa sontak mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • The Blue Blood   Ch. 16 Pilihan Lain?

    Mereka sudah duduk di meja kantin rumah sakit. Nampak Elsa sudah serius dengan sumpit dan mie ayam yang ada di hadapannya. Sedangkan Ken, ia malah sejak tadi menikmati pemadangan yagn tersaji di hadapannya itu. Bukan pada semangkuk bakso yang mulai dingin karena sejak tadi hanya dia aduk-aduk tanpa berniat untuk ia sentuh. Gadis ini cukup cantik, Ken akui itu. Walaupun terkadang ia begitu menyebalkan dan lemot, namun itu tidak mengurangi kadar kecantikan alami yang Elsa miliki. Ken tersenyum, kemudian bergegas mengalihkan pandangan dan fokusnya pada menu makan siang yang ia pesan. “Dok, boleh tanya?” Elsa mulai buka suara, sepertinya dia mulai bosan hanya diam sejak tadi. “Tanyalah, mumpung tidak kusuruh kau bayar,” jawab Ken sambil menyuapkan bakso itu ke dalam mulutnya. “Kenapa ambil obsgyn?” Elsa meletakkan sumpitnya, ia menatap Ken dengan serius. Ken meletakkan sendoknya, mengangkat wajah dan balas menatap Elsa yang nampak serius menyimakn

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • The Blue Blood   Ch. 17 Jatuh Cinta?

    “Kalau Ken tetap mau Elsa, lantas apa yang akan papa lakukan?”Darmawan nampak menghela nafas panjang, ia menatap Ken dengan seksama. Ia tahu sorot mata itu, ia kenal betul anak laki-lakinya ini. Hanya saja ia tidak cocok dengan pilihan Ken. Bukan ... bukan karena dia tidak cantik, tidak cerdas, bukan karena itu. Tapi karena dia tidak selevel dengan keluarga mereka.“Dengar Ken, papa bisa lakukan apapun pada pendidikan dia. Kau tahu itu?”Ken terkesiap, ia lupa dengan posisi sang papa, lupa dengan posisi Elsa seperti apa. Sontak Ken terawa terbahak-bahak, kembali berusaha bermain peran hanya demi menyelamatkan proses pendidikan Elsa.Darmawan menatap Ken dengan kening berkerut tidak mengerti, kenapa anak itu tiba-tiba tertawa macam itu? Bukankah tadi mereka tengah berbicara hal yang serius? Kenapa malah jadi tertawa tidak jelas seperti ini?“Ken mau jujur nih, tapi jangan diketawain,” guman Ken kemudian.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10

Bab terbaru

  • The Blue Blood   Ch. 93 End? Masih Pantaskah?

    Ken menatap nanar pemandangan yang ada di depannya itu. Ini hari terakhir dia berada di ruangan ini. Setelah deretan pemeriksaan psikologis yang harus dia lalui, akhirnya ia lulus juga keluar dari klinik ini.Gilbert menepati janjinya. Membantu Ken sembuh sebagai permohonan maaf atas apa yang dulu dia dan Jessica lakukan. Sebuah tindakan yang lantas membuat Ken harus bertubi-tubi mengalami hal-hal tidak mengenakkan yang membuat Ken hampir kehilangan kewarasannya.Ken menghela nafas panjang, bunyi ponsel beruntun itu membuat dia sontak menoleh dan meraih benda itu. Senyum Ken merekah begitu tahu siapa yang mengirimkan dia pesan.Mama BellaItu nama yang Ken berikan untuk nomor itu. Nomor yang tak lain dan tak bukan adalah nomor milik Elsa.Tidak salah kan, Ken memberinya nama itu? Elsa memang ibu dari anaknya, anak yang harus lahir karena kegilaan Ken di masa lalu.Ken segera membuka kunci layar ponselnya, senyumnya ma

  • The Blue Blood   Ch. 92 End?

    Elsa yang tengah menulis status pasien itu melonjak kaget mendengar dering ponselnya. Elsa menatap pasiennya, yang mana langsung dibalas anggukan kepala sang pasien yang paham bahwa dokter yang tengah mengunjunginya ini harus menerima telepon.Elsa tersenyum, segera merogoh ponselnya dan sedikit bingung dengan nomor asing yang menghubunginya ini. Nomor siapa? Mantan pasien? Salah seorang anak koas? Atau siapa?"Mohon maaf saya izin sebentar, Ibu."Kembali pasien itu mengangguk, "Silahkan, Dokter."Elsa sontak melangkah keluar, tidak sopan dan tidak nyaman rasanya mengangkat panggilan di ruangan itu. Ada dua orang pasien yang harus beristirahat di sana, tentu obrolannya akan menganggu, bukan?"Halo?" sapa Elsa begitu ia sudah berada di luar kamar inap pasien."Sa, maaf kalau aku menganggu mu. Hanya memastikan bahwa nomor kamu aktif, sudah aku simpan."Suara itu... ini suara Ken! Jadi ini nomor Ken? Elsa mendadak

  • The Blue Blood   Ch. 91 Much Better

    "Kamu serius, Ken?" Darmawan duduk di depan Ken, menatap putranya itu dengan penuh air mata.Ken tersenyum, menghela nafas panjang lantas mengangguk guna menekankan bahwa apa yang tadi mereka bicarakan adalah serius, Ken tidak main-main."Ken sangat serius, Pa. Dia pantas dan layak dapat yang lebih baik. Dia berhak bahagia, Pa."Darmawan tersenyum getir, "Lantas bagaimana denganmu, Ken?""Papa jangan khawatirkan Ken, Pa. Ken baik-baik saja. Tolong kali ini hargai keputusan Ken, Pa. Biarkan Ken memilih sendiri jalan hidup yang hendak Ken ambil."Darmawan menepuk pundak Ken, tentu! Darmawan tidak ingin Ken kembali terperosok begitu jauh karena ulahnya. Dapat dia lihat bahwa Ken begitu menderita selama ini dan semua ini gara-gara Darmawan yang tidak mau mendengarkan apa yang putranya ini inginkan.Ken tidak hanya kehilangan gadis yang dia cintai, tetapi juga anak mereka. Sejenak Darmawan bersyukur jiwa Ken masih bisa diselamat

  • The Blue Blood   Ch. 90 Lepas

    Tania tersenyum, sekali lagi –entah sudah yang keberapa kali, ia menyeka air matanya dengan jemari. Sosok itu masih menggenggam erat tangannya, dan dia juga tidak berniat menyingkirkan atau melepaskan tangan itu. Ia ingin menikmati momen ini, yang mana mungkin akan menjadi momen terakhir mereka begitu dekat macam ini.“Aku benar-benar minta maaf, Tan. Maaf aku hanya hadir untuk menyakitmu. Aku lakukan ini agar aku tidak lagi menyakitimu.” Desis Ken lirih, mungkin ini kejam, tapi Ken takut dengan tetap bersatunya mereka malah hanya akan menyakiti Tania makin dalam.“It`s okay, Ken. Aku mengerti.” Tania menghirup udara banyak-banyak, sungguh dadanya sangat sesak sekali.“Biar nanti aku yang ketemu papa, biar aku yang bilang semua sama papa. Aku siap dengan segala resikonya, Tan.”“Untuk itu, tunda lah dulu, Ken. Fokus pada kondisimu, setelah semuanya beres, baru kita bicarakan perihal ini kedepan mau bagaimana

  • The Blue Blood   Ch. 89 Bahagia?

    Sungguh, setelah kedatangan dua orang tadi, hati Ken menjadi lebih tenang. Pikirannya lebih jernih. Seolah-olah semua beban yang dia pikul selama ini melebur sudah. Dan jangan lupakan obat-obatan yang diresepkan Gilbert untuknya, konseling yang selalu Gilbert lakukan untuk perlahan-lahan menyembuhkan dirinya, semua bekerja sangat baik. Ternyata benar, ikhlas adalah kunci dari semua masalah Ken. Ken hendak memejamkan matanya ketika pintu kamarnya terbuka. Ia mengerutkan kening seraya melirik jam dinding yang tergantung di tembok. Pukul delapan malam, siapa lagi yang hendak mengunjungi dirinya? Sosok itu muncul dari balik pintu, tersenyum dengan wajah yang nampak lelah. Dia lantas melangkah mendekati ranjang Ken, duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Ken dan meletakkan bungkusan yang dia bawa di nakas meja. “Maaf, aku baru bisa mengunjungimu.” Gumamnya lirih. “Nothing, Tan. Aku tahu kamu sibuk, aku tidak mempermasalahkannya.” Tania

  • The Blue Blood   Ch. 88 Bicara Apa?

    “Kalian bicara apa, tadi?” tanya Elsa ketika dia sudah berada di dalam mobil bersama sang suami.Yosua tersenyum, membawa mobil itu bergegas pergi dari halaman klinik milik psikiater itu. Tampak isterinya itu begitu penasaran, membuat Yosua sengaja tidak menjawab apa yang sang isteri tanyakan kepadanya.“Kamu ingin tahu saja atau ingin tahu banget?” goda Yosua yang langsung mendapat gebukan gemas dari sang isteri.“Serius, Bang! Kalian nggak baku hantam lagi, kan?”Hanya itu yang Elsa khawatirkan. Mereka macam kucing dan tikus, setiap bertemu pasti baku hantam. Terlebih dengan kondisi Ken yang seperti itu, dia sangat tidak stabil emosinya, membuat Elsa khawatir laki-laki itu kembali nekat dan perkelahian itu kembali terjadi.“Apakah aku nampak seperti orang yang habis terlibat baku hantam?”Elsa kembali menatap wajah itu, memang tidak nampak, tapi tidak ada salahnya kan kalau Elsa menanyakan ha

  • The Blue Blood   Ch. 87 Damai (2)

    "Aku harap kamu cepat pulih, cepat pulang. Pasien kamu pasti udah kangen."Ken mengangkat wajahnya, menatap Elsa yang tersenyum begitu manis di hadapannya. Senyumnya ikut tersungging, ia lantas mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik."Boleh tinggalkan nomor ponselmu di kertas? Ponselku hancur kemarin."Elsa mengangguk perlahan. Tentu, sesuai kesepakatan panjang lebar yang sudah mereka bicarakan tadi, tentu kedepannya dia dan Ken perlu banyak berkomunikasi guna membahas perihal Bella."Mana kertas? Akan aku tulis."Ken bangkit melangkah ke nakas yang ada di sebelah ranjangnya. Meraih selembar kertas dan pulpen yang langsung dia serahkan pada Elsa. Tampak Elsa langsung menuliskan dua belas digit nomor ponselnya di kertas itu, lalu menyerahkannya kembali pada Ken."Aku pamit, sudah terlalu lama aku di sini dan aku rasa kamu perlu istirahat, bukan?" Elsa meletakkan plastik yang dia bawa di meja, bangkit dan bersiap melangka

  • The Blue Blood   Ch. 86 Damai

    Ken menatap nanar sosok itu, sedetik kemudian ia menghambur memeluknya, mendekap erat tubuh yang selama dua tahun ini begitu dia rindukan.Tubuh ini masih begitu hangat, yang mana artinya ini asli, bukan fatamorgana atau ilusi semata. Ini benar sosok yang begitu Ken rindukan! Ini Elsa-nya.Ken terisak, membuat Elsa menepuk punggung laki-laki itu dan membawanya menuju sofa yang ada di sana. Mendudukkan laki-laki itu dan melepaskan pelukan itu."Sa, aku benar-benar minta maaf atas kejadian kemarin. Kamu nggak apa-apa, kan?" Tanya Ken dengan cucuran air mata.Elsa tersenyum, ia hanya mengangguk pelan dan menatap lurus ke dalam mata itu. Ada setitik perasaan iba dalam hati Elsa, namun ia sudah bertekad bahwa hubungan mereka memang sudah cukup sampai di sini, ada orang lain yang Elsa prioritaskan dan sekarang orang itu bukan Ken!"Sa... Please aku mohon, ceraikan dia! Menikah sama aku, mau kan?" Ken meraih tangan Elsa, meng

  • The Blue Blood   Ch. 85 Berdamai Dengan Takdir?

    "Temui saja dia, kalian perlu bicara baik-baik empat mata."Elsa yang tengah menyeruput minuman collagen sontak terbatuk-batuk, Yosua hanya melirik sekilas, meraih cangkir kopi dan menyesapnya perlahan-lahan."Abang serius? Tapi untuk apa?" Elsa meletakkan gelasnya, fokus pada suaminya yang sudah rapi dengan setelan scrub warna biru muda."Tentu." Yosua balas menatap sang isteri. "Aku tidak memungkiri di antara kalian ada Bella, meskipun sekarang aku tidak berkenan dia bertemu Bella, tapi bagaimana pun suatu saat nanti Bella harus tahu bahwa ayah kandungnya adalah Ken, bukan aku, Sayang."Elsa tersenyum, bangkit dan duduk di sisi Yosua. Ia melingkarkan tangannya di perut Yosua. Kenapa makin lama dia makin cinta? Bukan salah Elsa, bukan kalau kemudian dia begitu mencintai Yosua?"Mau mengantarku?" Tawar Elsa sambil menatap Yosua."Tentu, tapi aku tidak mau bertemu dengannya. Cukup kamu sendiri ke dalam dan bicara denga

DMCA.com Protection Status