"Ini semua karena dia!"Bukan Renata yang menjawab, tapi Amina dengan tangan menunjuk ke arah Renata. Dan terlihat juga sorot tajam matanya menahan amarah kepada Renata."Bu, apa yang terjadi?" tanya Darren mendekat ke arah Amina dan memeluk wanita paruh baya itu dengan lembut.Darren berusaha menenangkan Amina, karena Darren melihat disini adanya kesalahpahaman. Bahkan Renata tidak melakukan perlawanan sedikitpun. Kecuali hanya menunduk.Darren mengurungkan niatnya untuk mendekati Noah, karena dia pikir Amina yang mesti di tenangkan. Dan juga saat ini Noah sedang tertidur lelap. Darren tidak mau mengganggunya.Darren membimbing Amina untuk kembali duduk dan memberikan ibunya satu botol air mineral, agar emosi Amina segera mereda."Jelaskan kepada Darren pelan-pelan, Bu. Jangan marah-marah, ada apa sebenarnya? Kenapa Noah bisa masuk rumah sakit?" tanya Darren sambil mengelus pundak Amina dengan lembut."Semua karena Renata. Entah apa yang dia inginkan, tiba-tiba hari ini mengajak Noah
"Kenapa? Kamu mau bela dia lagi?" tanya Amina yang sudah kadung emosi. Bahkan Darren saja dibentak."Papa…."Karena suara Amina yang semakin meninggi sudah pasti membuat Noah yang sedang terlelap menjadi terbangun dan langsung memanggil Darren saat melihat Darren sudah ada berdiri di sampingnya.Yang pertama kali di cari oleh Noah saat membuka matanya adalah Darren, padahal Noah juga bisa melihat ada Renata yang juga duduk disampingnya dan menggenggam tangannya dengan erat.Amina langsung terdiam, dia melirik ke arah Darren berkali-kali untuk memastikan kalau Darren tidak marah sebab dia sudah membuat Noah terbangun, padahal Darren sudah mengingatkannya."Iya sayang, papa disini," jawab Darren sambil menyunggingkan senyumannya dan mengelus lembut kepala Noah."Sakit…, huhu," ujar Noah yang langsung menangis saat melihat Darren. Seperti biasanya, Noah akan sangat manja kepada Darren. Semua orang di sekitarnya akan diabaikannya kalau sudah ada Darren bersama dengannya."Sini papa peluk
"Aku ada kegiatan lain," jawab Renata sambil menunduk.Darren mengernyitkan keningnya mendengar jawaban yang diberikan oleh Renata, sebab terlihat dengan jelas kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh Renata."Yakin?" tanya Darren penuh penekanan.Renata menganggukkan kepalanya, dan terlihat kalau Renata sedang berbohong.Darren menatap Renata dengan tatapan penuh dengan kecurigaan, yang Darren takutkan adalah terjadinya sesuatu antara Renata dan Amina saat dia tidak ada."Iya, aku harus ke butik. Ada sedikit masalah di butik," jawab Renata mengalihkan pandangannya.Renata selalu menghindari kontak mata dengan Darren.Dan hal itu pastinya membuat Darren semakin penasaran. Karena tidak biasanya Renata bersikap seperti itu."Sejak dulu kamu itu tidak pernah bisa berbohong, aku tahu ada sesuatu yang kamu tutupi," ujar Darren kemudian.Renata menggelengkan kepalanya dan tersenyum kepada Darren. "Serius, aku ada keperluan di butik.""Ibu berbuat sesuatu? Atau mengatakan sesuatu?" tanya Da
“Pandai sekali kau berakting!”Sontak suara Amina membuat Darren dan Renata langsung melihat ke sumber suara, kedaunya penasaran karena yang mereka tahu kalau Amina sudah masuk ke kamarnya. Dan sekarang tiba-tiba kembali ke ruang tamu.“Bu, ada apa sebenarnya? Kenapa ibu marah-marah terus?” tanya Darren berusaha santai.“Gak ada apa-apa, aku hanya tidak mau kau dipermainkan untuk yang kedua kalinya oleh perempuan yang sama. Jangan sampai dia seenaknya memanfaatkan kamu!” jawab Amina menatap Renata dengan tatapan yang tajam.Amina benar-benar masih belum percaya dengan Renata, karena pengalaman Renata pernah mencampakkan Darren itu sangat sulit diterimanya.Walaupun Darren bukanlah anak kandungnya, tapi Amina tidak akan rela jika ada orang yang menyakiti Darren. Apalagi Renata jelas-jelas adalah anak dari komplotan pembunuhan orang tua Darren.“Bu, Renata minta maaf atas apa yang pernah Renata lakukan. Tapi, saat ini sedikitpun tidak ada niat di hatiku untuk menyakiti mereka. Dan untuk
Darren mengerem secara mendadak mobil yang sedang dikendarainya. Dia menatap ke arah Renata dengan pandangan yang penuh selidik.“Maksud kamu?” tanya Darren tidak mengerti.Darren juga merasa tidak pernah menceritakan secara detail tentang kedua orang tuanya kepada Renata, apalagi hubungan Martano dan orang tuanya. Dia tidak menyangka kalau Renata malah mengetahuinya.“Tidak ada yang perlu kamu sembunyikan dari aku. Aku sudah tahu siapa orang yang membunuh kedua orang tuamu, salah satunya adalah papaku. Dan masalah perusahaan peninggalan orang tua kamu ada dibawah perusahaan papa, itu karena papa mengambil alih perusahaan itu,” jawab Renata dengan santi.Darren menghela nafas berat mendengarkan apa yang disampaikan oleh Renata. Dia tidak menyangka kalau Renata mengetahui semuanya sampai sejauh itu.Bahkan Darren menjadi waspada kepada Renata, karena dia tidak mau kalau Renata bekerja untuk Martano dan mau menghancurkannya seperti Martano menghancurkan papanya.“Sejak kamu mengatakan k
“Jangan melawan orang tua sendiri, aku tidak mau kamu melakukan itu,” jawab Darren mengalihkan pandangannya dan kembali melajukan kembali mobilnya.“Tapi aku serius, aku tidak bisa membiarkan hal itu. Padahal aku tahu apa yang terjadi, dan apa yang aku curigai tadi semua benar, kan?” tanya Renata menyelidik.Darren tidak menjawab. Dan Renata menganggap diamnya Darren itu adalah mengiyakan, itu artinya semuanya benar.“Kemana kamu selama ini? Kenapa kamu baru muncul sekarang? Dan siapa sebenarnya Amina?” tanya Renata memberondong Darren dengan pertanyaan.Semua itu karena Renata mendapatkan informasi di internet mengatakan kalau Darren kalah dalam persidangan. Putusan pengadilan menarik semua harta peninggalan orang tuanya untuk melunasi semua hutang-hutangnya.Dan sekarang, Renata jadi ragu apakah benar orang tua Darren memiliki hutang ataukah itu hanyalah alasan musuhnya semata. Toh, mereka semua sudah meninggal jadi tidak bisa memberikan pembelaan dan kesaksian.“Amina adalah pemili
“Kau mau makan?” tanya Renata kepada Darren untuk mengalihkan pembicaraan mereka.Darren menggelengkan kepalanya, dia tidak sedang ingin makan atau menikmati makanan lainnya, dia hanya ingin mendapatkan jawaban dari Renata. Yang Darren takutkan adalah Renata mendapat dana dari Martano, dan itu akan mengikat Renata.“Aku masih kenyang. Aku hanya mau mendengar alasan kamu. Asal kamu tahu, selama kamu pergi ada dua orang yang mengaku sahabat kamu, dan mereka bilang kamu ada hutang,” jawab Darren sambil menjelaskan.Renata membulatkan matanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Darren. Dia tidak menyangka kalau ada temannya yang malah memanfaatkan kesempatan itu.“Siapa?” tanya Renata ingin tahu.“Kamu tidak perlu tahu siapa, yang pasti sudah aku berikan pelajaran. Karena aku tidak percaya dengan apa yang mereka katakan,” jawab Darren.Darren tidak mau membuat Renata marah dan kesal. Dia tahu watak Renata yang keras, dan takutnya malah itu akan menjadi masalah, dan akhirnya semua orang
“Tidak!” Renata menjawab dengan tegas apa yang dikatakan oleh Darren. Bahkan karena pembahasan dari Darren tersebut membuat Renata tidak bernafsu lagi melanjutkan makannya.Renata merasa sangat terganggu dengan pembahasan itu, sebab dia tidak bisa memberikan alasan yang tepat mengapa dia menolak Darren yang mengajaknya kembali.“Berilah aku alasan agar aku paham dan mengerti,” pinta Darren kepada Renata.Darren masih belum bisa terima dengan alasan dari Renata yang tampaknya ada yang dirahasiakan darinya.“Aku belum siap,” jawab Renata mengalihkan pandangannya dan menyesap air putih yang berada di depannya.Untuk saat ini, Renata tidak akan menjawab apapun dengan keinginan Darren. walaupun dia juga sangat ingin memperbaiki semuanya, tapi dia tidak akan membiarkan Darren dalam bahaya.Dan juga, Renata belum tahu apa yang akan direncanakan oleh Darren. Juga kalau dia menikah dengan Darren, sudah pasti akan memudahkan Martano untuk menyelidiki siapa sebenarnya Darren. Renata tidak mau ha