"Kenapa kamu nekat menunggunya?" tanya Amina pelan.
Amina merasa gaga membuat Darren melupakan Renata. Sebab yang ada di kepada Darren itu hanyalah Renata satu-satunya.Bahkan secantik apapun orang yang dikenalkan kepada Darren, itu tidak akan merubah pendiriannya."Bahkan artispun tidak bisa menggetarkan hatimu. Ibu tidak berkata-kata lagi kalau seperti ini," ujar Amina kemudian."Hahaha."Darren malah tertawa mendengar apa yang Amina katakan."Ibu lihat saja apa yang dia lakukan? Bahkan dia tidak bisa menahan dirinya di depan umum. Apakah ibu mau punya menantu seperti itu?" tanya Darren kepada Amina."Apa bedanya dengan Renata?"Amina menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Darren dengan bertanya kembali. Sehingga membuat Darren hanya bisa menyunggingkan senyuman nya.Darren tahu kalau saat ini Amina sedang mengujinya."Mungkin tidak ada bedanya Nana dengan Renata. Tapi, Renata bukan artiDi sebuah kamar hotel berbintang lima. Seorang perempuan cantik yang sedang menonton televisi, dia membulatkan matanya saat benda persegi empat berlayar datar itu sedang menayangkan pemberitaan seorang artis terkenal yang bernama Nana."Darren…," ujarnya dengan pelan, bahkan saking pelannya yang keluar dari mulutnya mirip dengan sebuah gumaman.Matanya terus menatap ke layar yang ada di depannya itu hingga berita tersebut selesai di tayangkan. Bahkan dia memperhatikan saat Nana memaki Darren, meskipun tidak ada suaranya, karena tayangan itu adalah foto hasil buruan para awak media.'[Terkonfirmasi pria yang bersama Nana itu adalah seorang pengusaha pemilik cafe yang cukup terkenal. Yang saat ini adalah seorang duda beranak satu.]'Begitulah suara seorang presenter perempuan yang sedang membacakan berita itu. "Darren masih belum menikah."Iya, perempuan itu adalah Renata yang baru saja kembali ke negeri ini setelah hampir empat tahun menghilang.Saat ini, Renata sudah berhasil menyele
"Halo…."Tut!Dengan cepat akhirnya Renata mengambil keputusan mematikan sambungan telepon tersebut."Huffft!" Renata menghela nafas berat, ada rasa yang membuncah di dadanya."Suara Darren masih sama. Dan anehnya mengapa Darren cepat sekali menjawab panggilan telepon ini?" tanya Renata sambil memandang ponselnya dengan pandangan yang bingung.Renata meletakkan kembali ponselnya di atas meja dan memejamkan matanya.Dan hal yang paling membuat Renata kesal pada dirinya sendiri adalah saat dia merasa begitu senang mendengar suara Darren. "Apakah sebenarnya yang aku rindukan adalah Darren, bukan Noah?"Pertanyaan itu terlintas begitu saja di benaknya, bahkan Renata memegang dadanya untuk memastikan apa yang dia rasakan. Sebab hingga saat ini dia tidak pernah paham dengan perasaannya sendiri.Kriet!Agnes, sang karyawan kepercayaannya kembali masuk ke dalam ruangannya, dan menatap Renata dengan pandangan yang menyelidik. Sebab, wajah Renata tampak pucat."Bu Renata gapapa?" tanya Agnes de
Renata tersentak. "Tidak, bukan siapa-siapa."Renata memang tidak pernah menceritakan tentang siapa dirinya kepada Agnes. Sehingga Agnes memang tidak tahu kalau Renata berstatus janda dan memiliki seorang anak."Berpisah dengan pasangan pasti ada alasanya, tapi tidak dengan anak. Meskipun mereka terpisah jarak, pastinya hati antara ibu dan anak akan tetap terhubung," ujar Agnes lagi yang pastinya semakin membuat Renata tampak bimbang.Renata menghela nafas berat. "Kamu benar."Renata masih memilih diam, dia sedang mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.Tidak berapa lama, Renata berdiri dan mengambil tasnya yang berada diatas meja."Nes, aku pulang lebih dulu ya. Ada yang harus aku selesaikan," ujar Renata kemudian kepada Agnes.Renata memang sudah banyak berubah, dia sudah jauh lebih dewasa dan pikirannya lebih terarah. Hidup jauh dari orang-orang yang dikenalnya, dan hidup seorang diri membuat Renata lebih banyak paham arti kehidupan.Renata tidak lagi hidup bebas seperti dulu, b
Renata mundur beberapa langkah, namun dia sudah terlanjur sampai di rumah itu. Dia tidak mungkin lagi pergi, apalagi Darren sudah melihatnya.“Siapa namanya? Biar nanti saat aku laporan ke dalam mudah diketahui,” tanya bapak tersebut sebelum membuka pintu pagar tersebut.“Pak Yadi, ajak dia masuk!”Darren yang ternyata sudah berada di dekat pintu pagar itu meminta bapak yang bernama Yadi itu membukakan pintu untuk Renata. Dan Darren tampak begitu antusias menyambut kedatangan Renata sore itu.“Baik, Tuan,” jawab Yadi.Kriet! Suara pintu besi itu dibuka, dan Renata dipersilakan untuk memasuki halaman rumah yang saat ini sudah tampak sangat rapid an terawatt. Semua pembangunan sudah selesai dan sudah terlihat mewah, adem dan lebih hidup.Renata melihat ke sekeliling, begitu banyak bunga anggrek yang ditanam. Sejenak kemudian Renata tertegun, karena dia tahu anggrek adalah kesukaannya dan Darren pun tahu itu.“Renata…, kapan kamu kembali?” tanya Darren yang bahkan tidak mampu berkata-kat
Renata menghela nafas berat. "Apa kau tidak melihat dia takut denganku? Jangan menahanku, Darren. Aku tidak ingin merusak kebahagiaannya."Renata mengatakan hal itu dengan mata yang berkaca-kaca. Terlihat kalau saat ini dia sedang menahan tangisnya.Bagaimana tidak? Rasanya sangat menyakitkan melihat anak yang dilahirkan dari rahim dan dikandungnya selama sembilan bulan, dan merasa ketakutan saat melihatnya."Tapi, aku tidak menyalahkan Noah. Dia pastinya tidak mengenalku, dan semuanya salahku," lanjut Renata pelan.Darren menggeleng, dia tidak melepaskan tangannya dari tangan Renata. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya sangat ingin memeluk Renata. Namun, dia tahu batasannya kalau saat ini mereka bukan lagi sepasang suami istri."Tidak ada yang menyalahkanmu ataupun Noah. Disini kamu hanya perlu bersabar sebentar saja untuk Noah mengenalmu. Dia butuh waktu untuk akrab dengan perlahan," ujar Darren yang masih mencoba untuk menahan Renata agar tetap tinggal."Pap-paa…," panggil Noah yang
“Klarifikasikan semuanya!” teriak Nana di ujung telepon.Darren menghela nafas berat. “Kenapa harus aku?”Darren benra-benar tidak mengerti dengan masalah yang dihadapi oleh Nana. Dan herannya mengapa malah dia yang diharuskan sibuk untuk klarifikasi. Seharusnya Nana sendirilah yang klarofikasi.“Kenapa tidak kau sendiri? Dan kau bisa menemui pacarmu menjelaskan kepadanya kalau semuanya tidak seperti itu. Lagian juga, aku muncul ke public sekarang semua orang akan semakin heran. Dikiranya aku mau pansos,” lanjut Darren lagi.Sudah pasti kalau Darren akan menolak, karena Darren tidak akan mungkin ikut campur dalam urusan Nana dan pacarnya. Karena Darren tidak mau terllau jauh ikut terseret dalam permasalahan itu.“Astaga! Susah sekali bicara dengan orang bodoh seperti kau ini!” teriak Nana lagi.Darren hanya menyunggingkan senyumannya, padahal dia tahu Nana pastinya tidak akan melihat senyumannya.“Nana, maaf ya. Aku tidak mau terlibat dalam segala urusan kamu. Sebaiknya kamu selesaika
“Apakah mungkin seperti itu?” tanya Darren yang seolah sedang terbebani dengan perkataan Amina.Amina menganggukkan kepalanya. “Semua bisa saja terjadi. Buktinya dia meninggalkan kamu dengan tanpa pikir panjang. Dan Sekarang begitupun saat dia kembali.”Darren menggelengkan kepalanya. “Renata tidak seperti itu.”Darren meyakinkan dalam hatinya kalau Renata tidak akan berbuat seperti itu kepadanya. Darren merasa, walaupun kebersamaan mereka cukup singkat, tapi sedikit banyaknya dia sudah mengenal Renata.“Kenapa kamu begitu yakin? Bukankah kamu mengenal dia setelah kamu menikahinya? Hanya beberapa bulan waktu yang kalian habiskan bersama, dan dalam beberapa waktu itu apakah kamu yakin sudah sangat mengenalnya?” tanya Amina.Darren menganggukkan kepalanya.“Tidak penting aku mengenalnya baru atau sudah lama. Yang penting aku yakin dengan Renata, kalau Renata tidak akan melakukan hal itu,” jawab Darren dengan yakin.Amina hanya bisa menghela nafas berat. walaupun dia masih belum rela ras
“Eh… kalian sudah selesai bermain?” tanya Darren yang tidak menjawab pertanyaan Renata alah menyunggingkan senyuman lebarnya.Renata hanya menganggukkan kepalanya, dia sedikit merasa terbebani dengan umpatan dari Darren itu. Sebab dia merasa kalau dia sudah mengganggu Darren. Sedangkan Noah telah berlari masuk ke dalam pelukan Darren, sepertinya Noah benar-benar sudah lelah sehingga dia hanya diam di dalam pelukan sang ayah.“Kamu sangat lelah?” tanya Darren kepada Noah sambil tergelak.Renata melihat ke arah Darren, menuntut penjelasan dari Darren, karena dia masih belum puas tanpa mendapatkan jawaban.“Kau belum menjawab pertanyaanku? Apakah aku mengganggu? Kenapa kau tampak marah-marah?” tanya Renata lagi.Darren memberikan kode kepada Renata untuk memelankan suaranya sebab Noah sepertinya mulai mengantuk. “Bukan kamu. Ada seorang teman yang terus menggangguku.”“Kenapa kau tidak bekerja? Bukannya katanya sekarang kau sudah jadi pengusaha café?” tanya Renata lagi.Darren menggeleng
Seorang dari mobil putih tersebut melepaskan tembakannya ke arah mobil Darren. Braaaak! Jedaaaar! Setelah suara tembakan yang bergema di tengah malam itu, sebuah ledakan yang kali ini terdengar. Darren tidak bisa mengelak, karena memang dia pergi tanpa pengawal. Dan juga sepertinya pelakunya adalah penembak jitu, peluru yang dilepaskan tidak meleset. "Papa, mama…," hanya suara memanggil kedua orang tuanya yang keluar dari mulut Darren sebelum semuanya menggelap. Ternyata, peluru tepat mengenai kepala Darren, sehingga mobil dengan kecepatan tinggi tersebut kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras dan mobil b guling-guling beberapa puluh meter yang akhirnya meledak. "Tolong ada kecelakaan!" teriak orang-orang yang melihat kejadian sehingga dalam beberapa menit saja tempat kejadian dikerumuni dengan orang-orang yang berusaha menolong Darren memadamkan api dan mengeluarkan Darren dari dalam mobilnya. Sementara itu, mobil putih pelaku penembakan terhadap D
"Jadi, mama kamu melihat?" tanya Darren penasaran.Renata menggelengkan kepalanya. "Beruntungnya aku melihat kedatangan mama dan rombongan lebih dulu. Jadi, aku meminta kepada semua karyawan untuk mengatakan kalau pemiliknya gak ada jika ada yang bertanya."Darren mengelus lembut rambut sebahu Renata, dia sangat merasa takut kalau suatu saat Gia datang lagi ke butik dan bertemu dengan Renata secara langsung.“Kamu jangan terlalu sering muncul, karena suatu saat tetap akan terjadi lagi seperti ini. Aku bukannya melarang kamu bertemu dengan mamamu, tapi ini belum waktunya,” ujar Darren kepada Renata.Lambat laun, Renata dan Gia pasti akan bertemu. Sebab, usaha yang Renata geluti saat ini sasarannya adalah orang-orang kaya dengan gaya hidup mewah. Dan sudah pasti Gia termasuk di dalam sana. Dan seperti yang diketahui kalau kelompok Gia tersebut sangat senang kalau memakai pakaian buatan luar negeri.“Kalau Gina sudah kembali, pastinya aku akan lebih banyak di dalam ruanganku kok. Ini kar
"Astaga, Bu. Membuat aku terkejut saja," ujar Darren sembari memegang dadanya karena kaget."Jangan banyak alasan! Semalam kamu nginap tempat Renata? Kenapa telepon dan pesan dari ibu tidak mau gubris?" tanya Amina lagi dengan tegas.Darren tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan memegang pundak Amina dengan lembut."Aku menginap di hotel, Bu. Rasanya malas banget nyetir karena sudah malam, akhirnya aku memilih untuk menginap di hotel saja," jawab Darren kepada Amina.Darren sengaja tidak mengakui kepada Amina dimana dia menginap. Karena sudah pasti akan memancing keributan, dan Amina akan menasehatinya sepanjang hari."Jangan berbohong!" bentak Amina. Sebab Amina begitu mengenal Darren, dan Amina juga sudah menganggap Darren adalah anak kandungnya. Dia tidak mau kalau Darren jatuh ke dalam kesalahan."Serius, Bu," jawab Darren mencoba membela diri.Sementara itu, Alisa yang mendekat ke arah Amina dan Darren tampak memberikan Darren kode dengan mengedipkan matanya dan memegang leher.
Mungkin kerinduan mereka yang memuncak, atau karena terbawa suasana malam yang dingin, keduanya saat ini sudah saling berhadapan, dan tidak tahu siapa yang memulai, keduanya saat itu sudah bercumbu dengan lembut dan berbagi oksigen."Terima kasih," ucap Darren sambil terus merapatkan tubuhnya kepada tubuh Renata. Dan tangan keduanya saat ini sudah saling meraba satu sama lain.Malam yang semakin dingin, keduanya masih berpagutan dan melupakan makanan hangat yang sudah dimasak oleh Renata. Karena saat ini keduanya masih saling menghangatkan.Renata menggigit bibirnya karena menahan suara panas yang akan terlepas dari bibirnya, karena tidak mampu menahan sentuhan tiap sentuhan yang lembut dari Darren."Lepaskan saja, sayang. Hanya aku yang mendengarnya," bisik Darren sembari berusaha melepaskan pengait yang berada di punggung Renata. Sedangkan baju yang menutupi tubuh Renata sudah terlepas sejak tadi.Akhirnya Renata benar-benar mengeluarkan suara desahannya kala Darren mulai mencapai t
"Apaan sih?" tanya Renata sambil mendelik ke arah Darren. Sebab dia tahu kalau Darren sedang menggodanya."Aku serius. Aku datang kesini untuk melihat kamu bukan untuk belanja di butik," jawab Darren santai dan mengedipkan matanya.Renata melengos, Darren benar-benar berhasil membuatnya salah tingkah. Sebab, walaupun dia terlihat kesal kepada Darren. Tapi, di dalam hatinya merasa begitu senang saat tahu kalau Darren masih peduli dan datang menemuinya."Aku sibuk. Banyak pelanggan, Darren," jawab Renata kemudian."Aku akan menunggu sampai butik kamu tutup," jawab Darren santai."Dimana?" tanya Renata kemudian."Dimana saja boleh, yang penting kamu izinkan," jawab Darren.Renata menghela nafas berat, Darren mulai kumat keras kepalanya. Dan seperti biasanya, tidak akan ada orang yang bisa menyuruhnya pergi."Kamu tunggu di atas aja ya, soalnya saat ini Gina gak ada. Jadi, aku akan membantu melayani pelanggan. Karena banyak barang baru masuk, jadi pelanggan pada rebutan mau koleksi terbar
“Gapapa,” jawab Alisa tergelak.“Hei, kamu pasti tahu sesuatu. Memangnya ada apa kalau aku mau ke rumah Renata mala mini. Kan kebetulan sekarang aku sudah pulang kerja, dan besok kan hari libur. Gak salah kan kalau aku ke rumahnya?” tanya Darren membela diri.Darren tidak mau terlihat kalau dia sangat antusias untuk bertemu Renata, namun Darren juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia sangat senang saat mengetahui kalau Renata cemburu kepadanya.“Iya, kan sekalian malam mingguan. Padahal tadinya aku mau ikut, tapi saat ingat ini adalah malam minggu sepertinya aku harus mengurungkan diri kesana, apalagi dalam suasana yang syahdu. Gina juga saat ini sedang tidak ada di rumah,” kekeh Alisa yang kemudian segera berlari meninggalkan Darren dan menemui Noah yang tampak sedang asyik bermain dengan Amina dan pengasuhnya.“Sekarang main sama Aunty, ya,” ujar Alisa kepada Noah. Karena Alisa melihat kalau Amina dan pengasuhnya sudah sangat kewalahan mengajak Noah bermain bola dan ber
Alisa tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Darren. Sebab, dia baru sadar kalau dia juga tidak lebih baik dari Renata."Iya, aku salah. Tapi, rasanya aku tidak rela saja kalau sampai orang sebaik kamu mendapatkan istri seperti Renata," jawab Alisa menunduk."Renata sangat baik, bahkan dia lebih baik dariku. Bisa jadi awalnya dia tidak baik, tapi sekarang dia sudah berubah," ujar Darren menjelaskan kepada Alisa.Alisa menganggukkan kepalanya. "Semoga kalian kuat, karena aku yakin akan banyak sekali halangan dan rintangannya kalau kalian memilih untuk kembali bersama."Darren tergelak mendengar apa yang disampaikan oleh sang adik. Sebab, saat mengatakan demikian Alisa terlihat sangat dewasa. "Kenapa tertawa?" tanya Alisa merengut."Kamu yang membuat aku merasa lucu. Kamu seperti seorang yang sangat dewasa dan berpengalaman dalam hidup. Kalau gak lihat orangnya, maka gak bakal tahu kalau yang baru saja berbicara adalah anak umur dua puluh tahun," kekeh Darren."Ejek aja terus!" ke
“Astaga, ibuku ini masih belum percaya. Semuanya hanya untuk berjaga-jaga, Bu,” jawab Darren tersenyum dan kali ini tangannya memegang tangan Amina yang sudah mulai keriput. Namun, sangat terawatt.“Kamu itu adalah orang yang paling tidak bisa berbohong kepada ibu, sejak kecil kamu tidak pernah berbohong. Saat kamu mulai mau berbohong, telinga memerah dan matamu tidak pernah bisa menatapku,” jawab Amina.Dari jawaban yang Amina berikan itu membuat Alisa tampak sangat bersemangat memeriksa telinga Darren, sehingga membuat Darren tergelak dan Amina hanya bisa menahan tawanya. Saat ini Amina memiliki dua orang anak yang sama kocaknya.“Bu, lihatlah telinganya memerah. Ini artinya dia memang sedang berbohong!” teriak Alisa kepala Amina.&l
“Iya, Pak. Komandan kami yang membawa mereka kesini dan mengantarkan ke rumah pak Darren sekalian mereka di daftarkan disini sebagai penghuni perumahan sini,” jawab pak Danny serius.Bahkan pak Danny merasa keheranan ketika melihat ekspresi wajah Darren yang tampak terkejut saat mengetahui pengawalnya sudah terdata disana.“Pastinya kami percaya kalau komandan kami yang bawa. Jadi, mereka sudah aman pak. Keluar masuk kompleks sini sudah terdaftar,” lanjut Danny tersenyum.“Okelah kalau begitu, tadinya aku tidak tahu kalau langsung didaftarkan disini,” jawab Darren pelan.“Semuanya, terima kasih ya. Saya lanjut pulang,” ujar Darren kemudian berpamitan kepada para penjaga keamanan tersebut.