"Hmmm, liat aja nanti."
Amina semakin dibuat kesal oleh Darren, dan sebenarnya Amina juga sudah menduganya kalau pertemuan ini pastinya akan menjadi pertemuan seperti yang sudah-sudah. Tidak akan membuahkan hasil.Namun, Amina tidak akan pantang menyerah. Dia akan terus mencarikan perempuan sesuai dengan keinginan Darren. Amina tidak mau Darren menutup hatinya hanya karena menunggu Renata. Apalagi Renata adalah anak dari salah satu musuh Darren sendiri."Entah apa yang membuat Darren begitu cintanya kepada Renata?" Amina membatin.Hari minggu yang dijanjikan akhirnya tiba, Darren bersama Amina, Noah dan juga Bi Inah sudah berada di Mall Angkasa. Bukan karena ingin menemui orang yang memintanya bertemu melalui pesan, tapi dia akan mengikuti apa yang diinginkan oleh Amina. Berkenalan dengan Nana, anak dari teman ibunya dan juga Nana adalah seorang artis terkenal di negeri ini."Noah mau makan atau mau main sekarang?" tanya Darren kepada Noa"Kau sudah punya anak?" tanya Nana tampak mencemooh.Darren menganggukkan kepalanya. "Iya, dia susah tiga tahu."Nana tampak sangat kesal, dai merasa dipermainkan oleh Darren. Sebab Maminya mengatakan kalau Darren single."Kau punya istri?" tanya Nana lagi.Kali ini Darren menggelengkan kepalanya. "Tidak."Nana mengernyitkan keningnya semakin tidak mengerti. "Maksudnya kau duda?""Iya, aku duda beranak satu," jawab Darren santai.Berbeda dengan Nana, Ayana tampak santai. Sepertinya dia sudah tahu kalau Darren adalah seorang duda. Kemungkinan dia tidak menceritakan keadaan seperti itu dengan Nana."Mami…," panggil Nana sambil menatap maminya dengan kesal."Nanti akan mami jelaskan sama kamu, kita disini kan hanya mau kenalan, Na," jawab Ayana dengan lembut.Nana mencebik. Terlihat jelas wajah penuh kekesalan di wajah Nana."Bagaimana bisa mami mau mengenalkan Nana dengan seorang duda. M
Darren menghela nafas berat, perempuan di depannya ini sangatlah sombong. Dengan seenaknya dia memotong pembicaraan orang lain."Aku tahu! Tidak perlu kau pertegas, dan jujur saja aku tidak tertarik dengan kau. Jadi, kau tidak perlu sombong, karena kau juga bukan wanita yang aku mau!" jawab Darren.Nana mencebik, dia pastinya tidak akan percaya dengan apa yang disampaikan oleh Darren."Semua orang menyukaiku. Bahkan semua pria berebut untuk mendapatkan hatiku," ujar Nana yang tidak mau kalah.Apalagi saat Darren mengatakan kalau tidak tertarik dengannya, Nana merasa Darren terlalu merendahkan dirinya. Dan Nana tidak percaya dengan itu.Nana hanya melihat kenyataan kalau dirinya adalah bintang. Tapi, dia tidak sadar kalau tidak semua orang mengidolakannya."Itu orang lain, aku tidak!" jawab Darren dengan tegas.Sontak saja mendengar jawaban Darren membuat emosi Nana semakin menjadi-jadi.Braaaak!Hingga
"Pak, bisa kami wawancara?" Tiba-tiba beberapa orang wartawan mendatangi meja Darren.Darren menghela nafas berat saat menyadari hal itu. "Astaga, tamatlah riwayatku! Inilah yang membuat aku tidak suka bergaul dengan artis!"Darren terus membatin, dia memejamkan kepalanya dan meminta bi Inah untuk membawa Noah ke meja Amina saja. Karena dia tidak mau Naoh terekspos dan privasi Noah terganggu dengan mereka."Maaf, aku tidak bisa memberikan penjelasan apapun. Dan bahkan aku tidak mengerti mengapa kalian mau mewawancaraiku," jawab Darren mengelak pertanyaan para wartawan.Para wartawan itu tidak mau peduli, mereka terus saja mengerubuti Darren dengan menyodorkan ponsel ataupun mic dan perekam."Tapi, bapak bersama Nana. Apa benar kalau Nana akan dijodohkan dengan bapak?" tanya wartawan lagi.Sementara itu, Ayana tampak menunduk. Dia tidak mau wartawan melihatnya. Karena sudah pasti beberapa orang wartawan ada yang mengenal
"Kenapa kamu nekat menunggunya?" tanya Amina pelan.Amina merasa gaga membuat Darren melupakan Renata. Sebab yang ada di kepada Darren itu hanyalah Renata satu-satunya.Bahkan secantik apapun orang yang dikenalkan kepada Darren, itu tidak akan merubah pendiriannya. "Bahkan artispun tidak bisa menggetarkan hatimu. Ibu tidak berkata-kata lagi kalau seperti ini," ujar Amina kemudian."Hahaha."Darren malah tertawa mendengar apa yang Amina katakan. "Ibu lihat saja apa yang dia lakukan? Bahkan dia tidak bisa menahan dirinya di depan umum. Apakah ibu mau punya menantu seperti itu?" tanya Darren kepada Amina."Apa bedanya dengan Renata?" Amina menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Darren dengan bertanya kembali. Sehingga membuat Darren hanya bisa menyunggingkan senyuman nya. Darren tahu kalau saat ini Amina sedang mengujinya. "Mungkin tidak ada bedanya Nana dengan Renata. Tapi, Renata bukan arti
Di sebuah kamar hotel berbintang lima. Seorang perempuan cantik yang sedang menonton televisi, dia membulatkan matanya saat benda persegi empat berlayar datar itu sedang menayangkan pemberitaan seorang artis terkenal yang bernama Nana."Darren…," ujarnya dengan pelan, bahkan saking pelannya yang keluar dari mulutnya mirip dengan sebuah gumaman.Matanya terus menatap ke layar yang ada di depannya itu hingga berita tersebut selesai di tayangkan. Bahkan dia memperhatikan saat Nana memaki Darren, meskipun tidak ada suaranya, karena tayangan itu adalah foto hasil buruan para awak media.'[Terkonfirmasi pria yang bersama Nana itu adalah seorang pengusaha pemilik cafe yang cukup terkenal. Yang saat ini adalah seorang duda beranak satu.]'Begitulah suara seorang presenter perempuan yang sedang membacakan berita itu. "Darren masih belum menikah."Iya, perempuan itu adalah Renata yang baru saja kembali ke negeri ini setelah hampir empat tahun menghilang.Saat ini, Renata sudah berhasil menyele
"Halo…."Tut!Dengan cepat akhirnya Renata mengambil keputusan mematikan sambungan telepon tersebut."Huffft!" Renata menghela nafas berat, ada rasa yang membuncah di dadanya."Suara Darren masih sama. Dan anehnya mengapa Darren cepat sekali menjawab panggilan telepon ini?" tanya Renata sambil memandang ponselnya dengan pandangan yang bingung.Renata meletakkan kembali ponselnya di atas meja dan memejamkan matanya.Dan hal yang paling membuat Renata kesal pada dirinya sendiri adalah saat dia merasa begitu senang mendengar suara Darren. "Apakah sebenarnya yang aku rindukan adalah Darren, bukan Noah?"Pertanyaan itu terlintas begitu saja di benaknya, bahkan Renata memegang dadanya untuk memastikan apa yang dia rasakan. Sebab hingga saat ini dia tidak pernah paham dengan perasaannya sendiri.Kriet!Agnes, sang karyawan kepercayaannya kembali masuk ke dalam ruangannya, dan menatap Renata dengan pandangan yang menyelidik. Sebab, wajah Renata tampak pucat."Bu Renata gapapa?" tanya Agnes de
Renata tersentak. "Tidak, bukan siapa-siapa."Renata memang tidak pernah menceritakan tentang siapa dirinya kepada Agnes. Sehingga Agnes memang tidak tahu kalau Renata berstatus janda dan memiliki seorang anak."Berpisah dengan pasangan pasti ada alasanya, tapi tidak dengan anak. Meskipun mereka terpisah jarak, pastinya hati antara ibu dan anak akan tetap terhubung," ujar Agnes lagi yang pastinya semakin membuat Renata tampak bimbang.Renata menghela nafas berat. "Kamu benar."Renata masih memilih diam, dia sedang mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.Tidak berapa lama, Renata berdiri dan mengambil tasnya yang berada diatas meja."Nes, aku pulang lebih dulu ya. Ada yang harus aku selesaikan," ujar Renata kemudian kepada Agnes.Renata memang sudah banyak berubah, dia sudah jauh lebih dewasa dan pikirannya lebih terarah. Hidup jauh dari orang-orang yang dikenalnya, dan hidup seorang diri membuat Renata lebih banyak paham arti kehidupan.Renata tidak lagi hidup bebas seperti dulu, b
Renata mundur beberapa langkah, namun dia sudah terlanjur sampai di rumah itu. Dia tidak mungkin lagi pergi, apalagi Darren sudah melihatnya.“Siapa namanya? Biar nanti saat aku laporan ke dalam mudah diketahui,” tanya bapak tersebut sebelum membuka pintu pagar tersebut.“Pak Yadi, ajak dia masuk!”Darren yang ternyata sudah berada di dekat pintu pagar itu meminta bapak yang bernama Yadi itu membukakan pintu untuk Renata. Dan Darren tampak begitu antusias menyambut kedatangan Renata sore itu.“Baik, Tuan,” jawab Yadi.Kriet! Suara pintu besi itu dibuka, dan Renata dipersilakan untuk memasuki halaman rumah yang saat ini sudah tampak sangat rapid an terawatt. Semua pembangunan sudah selesai dan sudah terlihat mewah, adem dan lebih hidup.Renata melihat ke sekeliling, begitu banyak bunga anggrek yang ditanam. Sejenak kemudian Renata tertegun, karena dia tahu anggrek adalah kesukaannya dan Darren pun tahu itu.“Renata…, kapan kamu kembali?” tanya Darren yang bahkan tidak mampu berkata-kat
Seorang dari mobil putih tersebut melepaskan tembakannya ke arah mobil Darren. Braaaak! Jedaaaar! Setelah suara tembakan yang bergema di tengah malam itu, sebuah ledakan yang kali ini terdengar. Darren tidak bisa mengelak, karena memang dia pergi tanpa pengawal. Dan juga sepertinya pelakunya adalah penembak jitu, peluru yang dilepaskan tidak meleset. "Papa, mama…," hanya suara memanggil kedua orang tuanya yang keluar dari mulut Darren sebelum semuanya menggelap. Ternyata, peluru tepat mengenai kepala Darren, sehingga mobil dengan kecepatan tinggi tersebut kehilangan kendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan dengan keras dan mobil b guling-guling beberapa puluh meter yang akhirnya meledak. "Tolong ada kecelakaan!" teriak orang-orang yang melihat kejadian sehingga dalam beberapa menit saja tempat kejadian dikerumuni dengan orang-orang yang berusaha menolong Darren memadamkan api dan mengeluarkan Darren dari dalam mobilnya. Sementara itu, mobil putih pelaku penembakan terhadap D
"Jadi, mama kamu melihat?" tanya Darren penasaran.Renata menggelengkan kepalanya. "Beruntungnya aku melihat kedatangan mama dan rombongan lebih dulu. Jadi, aku meminta kepada semua karyawan untuk mengatakan kalau pemiliknya gak ada jika ada yang bertanya."Darren mengelus lembut rambut sebahu Renata, dia sangat merasa takut kalau suatu saat Gia datang lagi ke butik dan bertemu dengan Renata secara langsung.“Kamu jangan terlalu sering muncul, karena suatu saat tetap akan terjadi lagi seperti ini. Aku bukannya melarang kamu bertemu dengan mamamu, tapi ini belum waktunya,” ujar Darren kepada Renata.Lambat laun, Renata dan Gia pasti akan bertemu. Sebab, usaha yang Renata geluti saat ini sasarannya adalah orang-orang kaya dengan gaya hidup mewah. Dan sudah pasti Gia termasuk di dalam sana. Dan seperti yang diketahui kalau kelompok Gia tersebut sangat senang kalau memakai pakaian buatan luar negeri.“Kalau Gina sudah kembali, pastinya aku akan lebih banyak di dalam ruanganku kok. Ini kar
"Astaga, Bu. Membuat aku terkejut saja," ujar Darren sembari memegang dadanya karena kaget."Jangan banyak alasan! Semalam kamu nginap tempat Renata? Kenapa telepon dan pesan dari ibu tidak mau gubris?" tanya Amina lagi dengan tegas.Darren tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan memegang pundak Amina dengan lembut."Aku menginap di hotel, Bu. Rasanya malas banget nyetir karena sudah malam, akhirnya aku memilih untuk menginap di hotel saja," jawab Darren kepada Amina.Darren sengaja tidak mengakui kepada Amina dimana dia menginap. Karena sudah pasti akan memancing keributan, dan Amina akan menasehatinya sepanjang hari."Jangan berbohong!" bentak Amina. Sebab Amina begitu mengenal Darren, dan Amina juga sudah menganggap Darren adalah anak kandungnya. Dia tidak mau kalau Darren jatuh ke dalam kesalahan."Serius, Bu," jawab Darren mencoba membela diri.Sementara itu, Alisa yang mendekat ke arah Amina dan Darren tampak memberikan Darren kode dengan mengedipkan matanya dan memegang leher.
Mungkin kerinduan mereka yang memuncak, atau karena terbawa suasana malam yang dingin, keduanya saat ini sudah saling berhadapan, dan tidak tahu siapa yang memulai, keduanya saat itu sudah bercumbu dengan lembut dan berbagi oksigen."Terima kasih," ucap Darren sambil terus merapatkan tubuhnya kepada tubuh Renata. Dan tangan keduanya saat ini sudah saling meraba satu sama lain.Malam yang semakin dingin, keduanya masih berpagutan dan melupakan makanan hangat yang sudah dimasak oleh Renata. Karena saat ini keduanya masih saling menghangatkan.Renata menggigit bibirnya karena menahan suara panas yang akan terlepas dari bibirnya, karena tidak mampu menahan sentuhan tiap sentuhan yang lembut dari Darren."Lepaskan saja, sayang. Hanya aku yang mendengarnya," bisik Darren sembari berusaha melepaskan pengait yang berada di punggung Renata. Sedangkan baju yang menutupi tubuh Renata sudah terlepas sejak tadi.Akhirnya Renata benar-benar mengeluarkan suara desahannya kala Darren mulai mencapai t
"Apaan sih?" tanya Renata sambil mendelik ke arah Darren. Sebab dia tahu kalau Darren sedang menggodanya."Aku serius. Aku datang kesini untuk melihat kamu bukan untuk belanja di butik," jawab Darren santai dan mengedipkan matanya.Renata melengos, Darren benar-benar berhasil membuatnya salah tingkah. Sebab, walaupun dia terlihat kesal kepada Darren. Tapi, di dalam hatinya merasa begitu senang saat tahu kalau Darren masih peduli dan datang menemuinya."Aku sibuk. Banyak pelanggan, Darren," jawab Renata kemudian."Aku akan menunggu sampai butik kamu tutup," jawab Darren santai."Dimana?" tanya Renata kemudian."Dimana saja boleh, yang penting kamu izinkan," jawab Darren.Renata menghela nafas berat, Darren mulai kumat keras kepalanya. Dan seperti biasanya, tidak akan ada orang yang bisa menyuruhnya pergi."Kamu tunggu di atas aja ya, soalnya saat ini Gina gak ada. Jadi, aku akan membantu melayani pelanggan. Karena banyak barang baru masuk, jadi pelanggan pada rebutan mau koleksi terbar
“Gapapa,” jawab Alisa tergelak.“Hei, kamu pasti tahu sesuatu. Memangnya ada apa kalau aku mau ke rumah Renata mala mini. Kan kebetulan sekarang aku sudah pulang kerja, dan besok kan hari libur. Gak salah kan kalau aku ke rumahnya?” tanya Darren membela diri.Darren tidak mau terlihat kalau dia sangat antusias untuk bertemu Renata, namun Darren juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia sangat senang saat mengetahui kalau Renata cemburu kepadanya.“Iya, kan sekalian malam mingguan. Padahal tadinya aku mau ikut, tapi saat ingat ini adalah malam minggu sepertinya aku harus mengurungkan diri kesana, apalagi dalam suasana yang syahdu. Gina juga saat ini sedang tidak ada di rumah,” kekeh Alisa yang kemudian segera berlari meninggalkan Darren dan menemui Noah yang tampak sedang asyik bermain dengan Amina dan pengasuhnya.“Sekarang main sama Aunty, ya,” ujar Alisa kepada Noah. Karena Alisa melihat kalau Amina dan pengasuhnya sudah sangat kewalahan mengajak Noah bermain bola dan ber
Alisa tersentak mendengar apa yang dikatakan oleh Darren. Sebab, dia baru sadar kalau dia juga tidak lebih baik dari Renata."Iya, aku salah. Tapi, rasanya aku tidak rela saja kalau sampai orang sebaik kamu mendapatkan istri seperti Renata," jawab Alisa menunduk."Renata sangat baik, bahkan dia lebih baik dariku. Bisa jadi awalnya dia tidak baik, tapi sekarang dia sudah berubah," ujar Darren menjelaskan kepada Alisa.Alisa menganggukkan kepalanya. "Semoga kalian kuat, karena aku yakin akan banyak sekali halangan dan rintangannya kalau kalian memilih untuk kembali bersama."Darren tergelak mendengar apa yang disampaikan oleh sang adik. Sebab, saat mengatakan demikian Alisa terlihat sangat dewasa. "Kenapa tertawa?" tanya Alisa merengut."Kamu yang membuat aku merasa lucu. Kamu seperti seorang yang sangat dewasa dan berpengalaman dalam hidup. Kalau gak lihat orangnya, maka gak bakal tahu kalau yang baru saja berbicara adalah anak umur dua puluh tahun," kekeh Darren."Ejek aja terus!" ke
“Astaga, ibuku ini masih belum percaya. Semuanya hanya untuk berjaga-jaga, Bu,” jawab Darren tersenyum dan kali ini tangannya memegang tangan Amina yang sudah mulai keriput. Namun, sangat terawatt.“Kamu itu adalah orang yang paling tidak bisa berbohong kepada ibu, sejak kecil kamu tidak pernah berbohong. Saat kamu mulai mau berbohong, telinga memerah dan matamu tidak pernah bisa menatapku,” jawab Amina.Dari jawaban yang Amina berikan itu membuat Alisa tampak sangat bersemangat memeriksa telinga Darren, sehingga membuat Darren tergelak dan Amina hanya bisa menahan tawanya. Saat ini Amina memiliki dua orang anak yang sama kocaknya.“Bu, lihatlah telinganya memerah. Ini artinya dia memang sedang berbohong!” teriak Alisa kepala Amina.&l
“Iya, Pak. Komandan kami yang membawa mereka kesini dan mengantarkan ke rumah pak Darren sekalian mereka di daftarkan disini sebagai penghuni perumahan sini,” jawab pak Danny serius.Bahkan pak Danny merasa keheranan ketika melihat ekspresi wajah Darren yang tampak terkejut saat mengetahui pengawalnya sudah terdata disana.“Pastinya kami percaya kalau komandan kami yang bawa. Jadi, mereka sudah aman pak. Keluar masuk kompleks sini sudah terdaftar,” lanjut Danny tersenyum.“Okelah kalau begitu, tadinya aku tidak tahu kalau langsung didaftarkan disini,” jawab Darren pelan.“Semuanya, terima kasih ya. Saya lanjut pulang,” ujar Darren kemudian berpamitan kepada para penjaga keamanan tersebut.