“Aa-aanu!”
Cindy tampak tergagap mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Darren. Dia tidak menyangka kalau Darren masih bertanya mengenai keberadaan Renata.
“Kok kau gugup? Tinggal sebutkan saja dimana keberadaan Renata, tenang saja aku tidak akan menyusul kesana kok. Aku masih waras dan tahu diri, tidak mungkin aku menyusul kesana sedangkan aku sudah diceraikan,” ujar Darren kemudian.
“Kamu yakin gak kesana? Soalnya Renata tidak mau ada banyak orang tahu keberadaannya. Dia sangat malu dengan kondisinya yang seperti ini,” tanya Cindy kepada Darren.
Pastiya Cindy memastikan bahwa Darren memang tidak berniat untuk mencari Renata di kota yang akan dia sebutkan, karena dia juga tidak pernah tahu Renta berada dimana. Jangankan bertemu, sal
“Kau mau kemana?” tanya Darren kepada Cindy yang berusaha untuk membuka pintu ruangan itu.Namun, dia tidak akan bisa melakukannya, karena kunci pintu itu sudah diambil oleh Daffa. Dan Cindy tidak akan bisa untuk lari seperti yang dilakukan oleh Shara.“Maaf, aku tidak tahu kalau kau memang memberikan Renata uang. Aku hanya berusaha membantu Renata, sebab aku pikir kau juga pasti merasa kasihan kepada Renata kalau tahu keadaannya seperti itu. Maafkan aku,” jawab Cindy yang merasa ketakutan.Cindy berdiri di depan pintu dan memegang tasnya. Dia tidak pernah menyangka kalau ternyata dia bisa masuk ke dalam jebakan Darren. Lelaki yang dulu mereka tahu adalah lelaki lemah yang tidak diandalkan, ternyata sekarang sudah berbeda. Aura kepemimpinan tergambar jelas di wajah Darren.
"Siapa? Dan ada apa?" tanya Darren dalam hatinya.Darren merasa tidak mengenal nomor tersebut. "Aku coba telepon. Siapa orang yang tiba-tiba mengajak bertemu seperti ini."Namun, berkali-kali Darren mencoba menghubungi nomor tersebut tetap tidak bisa di hubungi. "Apa yang dia inginkan? Menga0a aku harus menemuinya?" Akhirnya Darren mengabaikannya, karena nomor itu juga tidak bisa dihubungi.Darren tidak akan pernah peduli, dan dia juga merasa tidak membutuhkan orang itu. "Kalau dia butuh denganku, seharusnya dia tidak membatasi nomor ponselnya. Aku tidak butuh dengannya, dan tidak akan aku menemuinya."Darren menyimpan kembali ponselnya, dan saat ini Amina sudah pergi, seperti biasa Amina akan mengajak Noah bermain."Tanpa terasa waktu tiga tahun berlalu, semua yang aku rencanakan juga beberapa diantaranya sudah terwujud. Tapi, entah mengapa satu hal yang tetap tidak bisa aku lakukan, yaitu melupakan Renata," gumam Darren pelan
"Kenapa bisa sama?" tanya Darren lagi yang seolah tidak percaya dengan kebetulan itu."Maksud kamu apa yang sama?" tanya Amina heran.Darren menggelengkan kepalanya dan tersenyum ke arah Amina. "Gapapa, Bu. Kita akan temui, tidak baik menolak tawaran orang. Dan juga kita bisa ajak Noah sekalian main disana.""Kamu serius?" tanya Amina tampak antusias. Awalnya Amina sangat takut dengan rencana mereka mempertemukan Darren dan Nana. Karena Darren sejak awal menunjukkan ketidaktertarikannya, walaupun dia tahu kalau Nana adalah seorang artis.Alasan Anaya ingin menjodohkan Darren kepada Nana adalah, dia ingin Nana menikah dengan seorang pengusaha. Sebab selama ini Nana hanya menjalin hubungan dengan rekan artis yang tidak memiliki masa depan seperti usaha atau bisnis yang menjanjikan."Iya bu, tapi ini hanya pertemuan kenalan, kan?" tanya Darren memastikan. Sebab Darren tidak terpikirkan untuk melanjutkan hubungan itu ke jenjang yang lebih ser
"Hmmm, liat aja nanti."Amina semakin dibuat kesal oleh Darren, dan sebenarnya Amina juga sudah menduganya kalau pertemuan ini pastinya akan menjadi pertemuan seperti yang sudah-sudah. Tidak akan membuahkan hasil.Namun, Amina tidak akan pantang menyerah. Dia akan terus mencarikan perempuan sesuai dengan keinginan Darren. Amina tidak mau Darren menutup hatinya hanya karena menunggu Renata. Apalagi Renata adalah anak dari salah satu musuh Darren sendiri."Entah apa yang membuat Darren begitu cintanya kepada Renata?" Amina membatin.Hari minggu yang dijanjikan akhirnya tiba, Darren bersama Amina, Noah dan juga Bi Inah sudah berada di Mall Angkasa. Bukan karena ingin menemui orang yang memintanya bertemu melalui pesan, tapi dia akan mengikuti apa yang diinginkan oleh Amina. Berkenalan dengan Nana, anak dari teman ibunya dan juga Nana adalah seorang artis terkenal di negeri ini."Noah mau makan atau mau main sekarang?" tanya Darren kepada Noa
"Kau sudah punya anak?" tanya Nana tampak mencemooh.Darren menganggukkan kepalanya. "Iya, dia susah tiga tahu."Nana tampak sangat kesal, dai merasa dipermainkan oleh Darren. Sebab Maminya mengatakan kalau Darren single."Kau punya istri?" tanya Nana lagi.Kali ini Darren menggelengkan kepalanya. "Tidak."Nana mengernyitkan keningnya semakin tidak mengerti. "Maksudnya kau duda?""Iya, aku duda beranak satu," jawab Darren santai.Berbeda dengan Nana, Ayana tampak santai. Sepertinya dia sudah tahu kalau Darren adalah seorang duda. Kemungkinan dia tidak menceritakan keadaan seperti itu dengan Nana."Mami…," panggil Nana sambil menatap maminya dengan kesal."Nanti akan mami jelaskan sama kamu, kita disini kan hanya mau kenalan, Na," jawab Ayana dengan lembut.Nana mencebik. Terlihat jelas wajah penuh kekesalan di wajah Nana."Bagaimana bisa mami mau mengenalkan Nana dengan seorang duda. M
Darren menghela nafas berat, perempuan di depannya ini sangatlah sombong. Dengan seenaknya dia memotong pembicaraan orang lain."Aku tahu! Tidak perlu kau pertegas, dan jujur saja aku tidak tertarik dengan kau. Jadi, kau tidak perlu sombong, karena kau juga bukan wanita yang aku mau!" jawab Darren.Nana mencebik, dia pastinya tidak akan percaya dengan apa yang disampaikan oleh Darren."Semua orang menyukaiku. Bahkan semua pria berebut untuk mendapatkan hatiku," ujar Nana yang tidak mau kalah.Apalagi saat Darren mengatakan kalau tidak tertarik dengannya, Nana merasa Darren terlalu merendahkan dirinya. Dan Nana tidak percaya dengan itu.Nana hanya melihat kenyataan kalau dirinya adalah bintang. Tapi, dia tidak sadar kalau tidak semua orang mengidolakannya."Itu orang lain, aku tidak!" jawab Darren dengan tegas.Sontak saja mendengar jawaban Darren membuat emosi Nana semakin menjadi-jadi.Braaaak!Hingga
"Pak, bisa kami wawancara?" Tiba-tiba beberapa orang wartawan mendatangi meja Darren.Darren menghela nafas berat saat menyadari hal itu. "Astaga, tamatlah riwayatku! Inilah yang membuat aku tidak suka bergaul dengan artis!"Darren terus membatin, dia memejamkan kepalanya dan meminta bi Inah untuk membawa Noah ke meja Amina saja. Karena dia tidak mau Naoh terekspos dan privasi Noah terganggu dengan mereka."Maaf, aku tidak bisa memberikan penjelasan apapun. Dan bahkan aku tidak mengerti mengapa kalian mau mewawancaraiku," jawab Darren mengelak pertanyaan para wartawan.Para wartawan itu tidak mau peduli, mereka terus saja mengerubuti Darren dengan menyodorkan ponsel ataupun mic dan perekam."Tapi, bapak bersama Nana. Apa benar kalau Nana akan dijodohkan dengan bapak?" tanya wartawan lagi.Sementara itu, Ayana tampak menunduk. Dia tidak mau wartawan melihatnya. Karena sudah pasti beberapa orang wartawan ada yang mengenal
"Kenapa kamu nekat menunggunya?" tanya Amina pelan.Amina merasa gaga membuat Darren melupakan Renata. Sebab yang ada di kepada Darren itu hanyalah Renata satu-satunya.Bahkan secantik apapun orang yang dikenalkan kepada Darren, itu tidak akan merubah pendiriannya. "Bahkan artispun tidak bisa menggetarkan hatimu. Ibu tidak berkata-kata lagi kalau seperti ini," ujar Amina kemudian."Hahaha."Darren malah tertawa mendengar apa yang Amina katakan. "Ibu lihat saja apa yang dia lakukan? Bahkan dia tidak bisa menahan dirinya di depan umum. Apakah ibu mau punya menantu seperti itu?" tanya Darren kepada Amina."Apa bedanya dengan Renata?" Amina menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Darren dengan bertanya kembali. Sehingga membuat Darren hanya bisa menyunggingkan senyuman nya. Darren tahu kalau saat ini Amina sedang mengujinya. "Mungkin tidak ada bedanya Nana dengan Renata. Tapi, Renata bukan arti