Alisa melirik ke arah Darren, karena Alisa juga sepertinya bingung dengan maksud dari Hailey.Darren memberikan kode agar Alisa menanyakan maksudnya."Alisa tidak mengerti, Ma," jawab Alisa kemudian."Tidak perlu mengerti! Cukup turuti saja apa yang aku katakan!" jawab Hailey dengan berteriak."Iya, Ma."Setelah itu Hailey mematikan sambungan telepon tersebut, dan Alisa juga mematikan ponselnya. Dia tidak mau lagi diganggu Hailey, karena dia takut kalau Hailey akan tahu kalau saat ini dia sedang bersama Darren."Lisa tidak mengerti maksud mama. Entah apa yang akan dia katakan sama kamu," ujar Alisa menunduk dan merasa bersalah dengan apa yang terjadi, padahal itu bukanlah kesalahannya."Biar nanti aku cari tahu sendiri. Pastinya saat aku pulang ke rumah bu Hailey akan mengatakannya kepadaku," jawab Darren sambil tersenyum. Karena Darren tidak mau Alisa merasa bersalah dengan apa yang tidak diketahuinya.Alisa hanya menganggukkan kepalanya. Dan mereka sudah tiba di bandara dan sudah be
Uhuk!Darren yang baru saja hendak minum segelas air mineral yang diberikan oleh Amina langsung terbatuk mendengar apa yang dikatakan oleh Hailey. Bahkan tanpa di sengaja beberapa percik air sampai keluar dari mulutnya.“Apa tadi? Aku kurang jelas mendengarnya?” tanya Darren sambil melihat ke arah Hailey.Sebenarnya di dalam hati Darren rasanya ingin tertawa tergelak-gelak. Karena pada akhirnya Hailey perlahan-lahan menunjukkan niatnya menemui Darren.“Aku menuntut hak warisan untuk Hailey dari Rudi!” jawab Hailey dengan tegas dan tanpa basa basi, bahkan terdengar setengah memaksa.Darren menyipitkan matanya melihat ke arah Hailey, dan meletakkan kembali gelas yang ada di tangannya dengan perlahan.“Memangnya kalian siapa? Dan aku siapa?” tanya Darren menyunggingkan senyumannya.Darren masih menahan emosinya, walaupun sebenarnya ingin sekali dia memaki Hailey dan membuka semua kelakuan Hailey. Namun, sebelum mendapatkan bukti kalau Alisa adalah adiknya Darren akan menahan dirinya.Dan
"Kenapa? Kau terpancing saat aku menyebut nama Rudi?" tanya Hailey yang seolah sengaja untuk memancing emosi Darren."Mungkin kau lupa, saat di kantormu hari itu kau sangat takut kalau aku adalah mata-mata Martano. Mau mengelak seperti apa lagi?" lanjut Hailey lagi.Darren tidak menjawab perkataan Haikey, dia sedang sibuk dengan ponselnya. Tidak diketahui siapa yang dia hubungi.Tok! Tok! Tok!"Masuk!" teriak Darren dari dalam.Dan saat pintu terbuka, tampak dua orang satpam memberikan hormat kepada Darren.Amina dan Hailey menatap Darren penuh selidik, keduanya pasti tidak menyangka kalau Darren memanggil satpam ke rumahnya."Pak Darren memanggil kami?" tanya salah satu satpam itu dengan hormat."Bawa orang ini keluar, dan pastikan dia tidak masuk ke kompleks ini lagi," ujar Darren sambil memberikan beberapa lembar uang kepada satpam itu.Kedua satpam itu keheranan, mereka saling pandang. Karena mereka tahu beberapa hari ini orang yang Darren maksud itu adalah tamu di rumah itu. Dan
"Astaga! Separah itu ternyata," ujar Darren sambil menyugar kasar rambutnya.Darren benar-benar tidak habis pikir dengan Hailey kalau memang apa yang dikatakannoleh Amina benar. Dan Darren percaya akan hal itu, sebab jika melihat dari apa yang dilakukan Hailey, maka sangat masuk akal kalau dia kecanduan judi. Entah itu judi online ataukah offline."Tapi, ini belum tentu benar juga. Karena kita juga gak melihat secara langsung apa yang dia lakukan. Takutnya itu hanyalah prasangka kita saia," ucap Amina kemudian.Amina tidak mau kalau mereka menduga hal yang salah."Iya, Darren tahu. Kita juga perlu mencari tahu kebenarannya untuk memastikannya. Tapi, dengan sedikit kita tahu kalau dia seperti itu, membuat aku semakin percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alisa," jawab Darren.Amina hanya menganggukkan kepalanya, yang jelas Amina meminta Darren untuk terus berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaannya."Sekarang dia malah tidak mau pergi," gumam Amina. Namun, Darren masih bisa mendengar
Alisa menggelengkan kepalanya dengan lesu.“Mama kamu marah?” tanya Darren yang sudah tidak sabar untuk mengetahui reaksi Hailey saat tahu kalau Alisa pergi dari rumah.“Dia tidak marah aku pergi dari rumah. Hanya saja, beliau mengajukan syarat kalau aku harus mengirimkannya uang jauh lebih banyak dari biasanya. Dan saat aku bilang aku tidak bisa, beliau marah,” cerita Alisa.“Jangan sedih. Tadi, sebelum aku pergi aku sudah memberikan bu Hailey uang yang cukup banyak. Dan aku rasa kalau untuk dia hidup normal sendirian itu bisa bertahan untuk dua tahun,” jelas Darren.Alisa hanya menganggukkan kepalanya, ada rasa sedih di hatinya saat melihat orang tuanya yang tidak pernah berubah sejak dulu hingga saat ini.“Aku bahkan berharap kalau nanti hasil tes kita tidak cocok,” ujar Alisa setelah terdiam beberapa saat.Darren sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Alisa yang malah berharap kalau mereka bukanlah saudara.“Mengapa? Kamu tidak nyaman kalau aku adalah kakakmu? Apa aku s
"Jadi…?" tanya Alisa terbata-bata.Renata menganggukkan kepalanya. "Iya, aku adalah anak dari salah satu orang yang membuat papa kalian meninggal.""Darren tahu?" tanya Alisa penasaran, karena rasanya sangat aneh melihat hubungan mereka yang tampak saling mencintai. Namun, menyimpan rahasia yang begitu besar."Tahu. Dan aku melindungi Darren jangan sampai identitasnya diketahui oleh papaku. Karena bisa jadi, akan menimbulkan masalah kalau papaku tahu," jawab Renata.Alisa menggelengkan kepalanya, semua itu masih membuat Alisa bingung. Dan rasanya susah sekali menerima apa yang dikatakan oleh Renata.Bahkan, Alisa tidak menyangka kalau ternyata Renata yang tampak baik, lembut dan ramah itu adalah anak dari seorang pembunuh."Bagaimana bisa seperti ini? Aku dibuat menjadi sangat bingung. Aku benar-benar terkejut," ujar Alisa pelan."Maafkan aku. Inilah salah satu alasan mengapa aku dan Darren sulit untuk kembali. Walaupun Darren berkali-kali membujukku, aku tidak bisa membiarkannya mend
'[Selamat siang, ini dari rumah sakit Jasmine. Hasil tes atas nama Darren Zervano dan Alisa Hadana sudah bisa diambil. Terima kasih.]'Begitulah bunyi pesan yang masuk ke ponsel Darren dan itu membuat tangan Darren bergetar."Apapun hasilnya aku akan terima," gumam Darren pada dirinya sendiri.Kring! Kring! Kring!Tidak berapa lama, ponsel Darren berdering dan itu dari Alisa."Aku baru saja menerima pesan dari rumah sakit," ujar Alisa setelah panggilan itu mendapatkan jawaban dari Darren."Iya, dua jam lagi aku jemput ya. Sekarang aku masih ada kerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu," jawab Darren menanggapi perkataan Alisa.Darren paham maksud dari Alisa meneleponnya. Karena jujur, keduanya sama-sama tidak sabar untuk mengetahui hasilnya agar mereka bisa menjalankan kehidupan normal tanpa tanda tanya."Oke." Alisa menjawab dengan singkat dan kemudian mematikan sambungan telepon tersebut.Darren hanya mengangguk, walaupun dia tahu kalau Alisa tidak melihat anggukan kepalanya.
“Astaga, kenapa harus ketemu?” tanya Darren dalam hatinya dengan sangat kesal.Darren membalikkan badannya dan terlihat Nana berdiri di belakangnya dengan senyuman sinisnya. Padahal Darren sangat menghindari bertemu dengan Nana, karena hidupnya akan sangat kacau kalau sudah berurusan dengan artis tersebut.Sementara itu, Alisa yang tahu kalau itu adalah Nana langsung Nampak berbinar. Karena pastinya moment yang sangat langka orang sepertinya bisa bertemu Nana secara langsung dengan jarak yang sangat dekat.“Kau memblokir nomorku?” tanya Nana kemudian.“Iya.” Darren menjawab pertanyaan Nana dengan sangat santai. Bahkan dia tidak mengelak ataupun mencari pembelaan.“Kita tidak ada lagi urusan. Dan juga sekarang berita yang tidak penting itu sudah menghilang, jadi aku rasa untuk apa lagi kita saling kontak-kontakan. Lebih baik anggap saja kita tidak saling mengenal, biar hidupku menjadi lebih tenang,” lanjut Darren yang segera mengajak Alisa untuk segera pergi meninggalkan Nana.Darren t