“Merebut kekasih sahabat sendiri lalu beralasan itu takdir benar-benar menjijikkan.”“Bukankah dia tidak tahu malu?”“Tidak bisa dipercaya.”“Ya, berikan saja sampah seperti itu padanya, Rhe.”Yang awalnya hanya berbisik pelan mulai terdengar jelas hingga ke indra pendengaran Andini dan Rhea.Perkataan Rhea ditambah rekan-rekannya sudah tidak bisa membuat Andini mempertahankan sikap tenangnya. Dia menarik tangannya kasar hingga mundur sedikit ke belakang. Menatap Rhea dengan marah sejenak, dia pun pergi dengan langkah cepat diiringi seruan cemooh.Dan Rhea hanya mengawasi kepergiannya. Apakah dia puas? Tidak, belum saatnya dia puas. Hanya karena wanita itu dipermalukan sekali tidaklah bisa mengobati luka di hatinya.Setelah itu, beberapa teman kerjanya mengerumuninya hingga membuatnya sesak. Dan bertanya dengan wajah prihatin, “Kamu baik-baik saja, Rhea?”“Kamu pasti patah hati dan kecewa.”“Aku tidak apa-apa. Itu bukan masalah besar sekarang,” Rhea menjawab berusaha untuk menenangkan
“Mamaku yakin, jika dia masih hidup, pria hidung belang itu pasti akan menikah lagi.”Gurauan itu membuat Rhea batuk-batuk sedangkan Naomi terkekeh.Well, life must go on. Rhea bisa melihat sikap santai Naomi ketika membicarakan mendiang ayah kandungnya.“Hubungan kami … cukup mendadak. Jadi, tidak banyak hal yang Maven bicarakan. Jujur saja dia hanya membicarakan Henry dan itu seperti bukan pembicaraan kurasa,” Rhea berbicara sepelan mungkin.“Yah, kami tidak cukup dekat sampai harus menjadi bahan pembicaraan. Hanya karena aku memiliki hubungan darah dengan Halim bukan berarti aku dan Maven dekat. Aku masih kecil ketika keluar dari kediaman Williams. Jika tidak ditambah sapaan singkat kami kemarin, terakhir kali kami berkomunikasi sekitar dua bulan yang lalu di acara kakek. Dia tidak menyukai mendiang papa, dan kupikir kami juga. Mamaku menikahi papanya, dia pasti tidak senang.”Entah kenapa Rhea bisa merasakan jejak kesedihan di nada bicara santai Naomi.“Setelah bercerai, aku dan ma
“Ya Tuhan. Mereka benar-benar tidak tahu malu.”Rhea tersentak dan melihat kehadiran Naomi dari belakang. “Kau juga baru pulang?”Naomi mengangguk. “Aku membersihkan peralatan melukis yang digunakan pelajar. Karena kalian mengobrol di depan pintu, aku tidak nyaman lewat begitu saja. Maaf harus menguping pembicaraan kalian.”“Itu bukan masalah.” Rhea menggeleng sambil tersenyum.“Jadi, kenapa kau masih di sini? Apa kau menunggu jemputan?”“Ah benar juga. Aku sampai lupa memesan taksi.” Rhea mengambil ponsel cepat.“Mau pulang denganku? Aku bisa mengantarmu.”Rhea menggeleng. “Tidak perlu. Ini sudah gelap. Kau pasti kelelahan. Pulanglah lebih dulu.”“Sungguh?”“Aku—” Rhea berhenti bicara ketika melihat sebuah mobil yang tidak asing lagi berhenti di depan mereka. Mereka berdua melihat Albar keluar dan dengan sigap menyapa mereka yang membalas sapaannya sebelum membuka pintu belakang untuk Maven. Pria yang telah sah menjadi suaminya itu keluar sambil mengancingkan jas. Dia melangkah denga
“Hah!”Desahan dan erangan terus keluar dari bibir manis Rhea tiap kali Maven mendorong pinggulnya. Maven memperhatikan wanita yang membungkuk di atas tempat tidur dengan lututnya tanpa berkedip. Sebelumnya Rhea masih kuat menahan tubuhnya sendiri. Namun lama-kelamaan setengah tubuhnya hingga wajah sudah menempel ke kasur. Dengan wajah cantiknya yang menoleh ke samping, dia bisa melihat fitur wajah istrinya walau ruangan cukup gelap. Matanya yang basah diliputi kesenangan. Rambut panjangnya menyebar berantakan di kasur tampak liar dan menampakkan punggung telanjang yang awalnya bersih kini penuh dengan tanda cinta darinya. Pelipisnya sudah berkeringat dengan bibir setengah terbuka. Dan tangan ringkihnya mencengkeram erat seprai. Godaan seperti itu mana mungkin tidak membuat Maven menjadi lebih bersemangat? Hasratnya berkobar hebat. Dengan posisi membelakangi dan tetap menahan pinggang istrinya agar tidak jatuh, gerakannya menjadi lebih kasar dan cepat.“Oh Lord.” Lagi, erangan lolos
Bunyi dentingan sendok saling bersahutan pelan. Di ruang makan, baik Rhea maupun Maven makan dalam diam. Sambil menguyah sesekali dia akan melirik suami yang duduk di depannya.Maven lebih tenang dari yang ia bayangkan. Jika makan seperti ini, tampak jelas kesenjangan di antara mereka seakan mereka tidak memiliki hubungan apa pun. Tetapi kenapa ketika mereka bersatu di tempat tidur, pria ini sangat berbeda? Dia tampak aktif dan … bersemangat. Apakah itu tindakan alami para pria?“Katakan saja jika ada yang perlu kamu katakan.”Menangkap basah dia, Rhea sontak saja kaget. Padahal pria ini tidak menatapnya sama sekali.“Aku pikir kamu tidak suka berbicara ketika makan.”“Aku tidak pernah mengatakan itu. Bicara saja.”“Aku,” Rhea membersihkan tenggorokannya, “tidak ingin kamu membuat tanda di leherku.”Maven melirik Rhea tanpa menggerakkan kepalanya.Tidak menatap suaminya karena malu, dia menambahkan, “Sulit untukku menutupinya.”“Padahal itu area sensitifmu. Aku pikir kamu akan menyuka
Maven tahu ini, pernikahan ini tidak akan berjalan mulus tanpa adanya kecurigaan. Tidak mungkin hanya Tony yang tidak percaya, banyak orang akan mempertanyakan pernikahan mendadak mereka, termasuk Ivanka.Menghela napas pelan, Ivanka kembali menatap anaknya. “Saya tidak akan ikut campur dalam urusan kalian. Tapi jika anak saya terluka untuk kedua kalinya, saya tidak akan memaafkanmu, mereka, dan saya sendiri.”Selang beberapa menit sunyi, Maven kemudian membuka suara, “… Itu kurang tepat.”Pandangan Ivanka bergeser.“Bukan istriku yang ingin balas dendam, tetapi aku. Aku hanya meninggalkannya sementara, tetapi dia berani mencari pria lain selama aku tidak ada. Jadi, aku menikahinya segera agar dia tidak mencari orang lain.”Ekspresi Ivanka dengan perlahan berubah. “Kau …. Apa ….”“Tidak semua orang setelah dikhianati akan tidak menerima nasibnya. Ada juga yang dengan cepat meninggalkan masa lalu dan melangkah ke depan. Mama tidak perlu khawatir, aku tidak akan pernah meninggalkannya l
Dibalik kelegaannya, bohong jika Rhea tidak merasa bersalah. Dia telah membohongi ibu kandung yang ia cintai. Dan Maven menyadari kesedihannya yang datang tiba-tiba setelah sesi percintaan berakhir.“Ada apa? Mama masih curiga?”Rhea yang tanpa mengenakan busana menggeleng pelan. Hanya selimut tebal menutupi tubuh mereka. “Dia sudah mempercayai kebohongan kita.”Maven bergerak memiringkan tubuhnya dan menumpu kepalanya dengan tangan. Jika sudah percaya, kenapa dia tampak sedih? “Kamu tahu kita bisa membicarakannya jika kamu memiliki masalah.”Masih menatap langit-langit kamar lamanya, Rhea menghela napas samar. “Apa bisa ke depannya kita tidak perlu ke rumah mama dan Kakek?”Maven tidak merespons namun masih menatapnya seolah berkata untuk lanjutkan.“Aku khawatir semakin sering kemari dan ke rumah kakek, akan semakin banyak aku berbohong pada mereka, semakin aku merasa bersalah dan takut.” Rhea sungguh tidak ingin mengecewakan ibunya. Dia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana ekspr
“Apa hanya aku saja yang merasa kau tampak lebih segar semakin hari, Rhe?”Rhea menoleh ke arah pemilik suara yaitu Diana.“Ya, aku juga memperhatikannya akhir-akhir ini. Kulitmu menjadi lebih cerah dan halus. Kau melakukan perawatan kulit di mana?”“Aku juga mau ke sana. Katakan, Rhe.”Setelah dipikir-pikir lagi, Rhea belum memanjakan diri semenjak dia menikah. Dia tanpa sadar bergumam, “Aku belum ke sana.”“Serius? Kau pasti bercanda!” keluh salah satunya.“Karena kau membawa topik itu, bagaimana jika sepulang kerja kita pergi bersama?”Andini yang merasa topik untuk tokoh utamanya telah berganti, membuka suara, “Aku punya—”“Ide bagus! Mari pergi bersama!” seru Ayu. “Naomi, kau ikut juga?”Naomi menggeleng. “Aku memmiliki janji dengan pacarku.”“Sangat disayangkan ….”“Aku akan ikut bergabung di lain waktu,” balas Naomi membuat Ayu tidak sedih lagi.Kesal karena dipotong, Andini meninggikan suaranya, “Hei!”Dan semua mata tertuju padanya hingga dia sadar dia pun segera mengubah eksp