Tungkai ku berlari kecil mengikuti jejak langkah lebar milik cowok yang kemarin duduk bersebelahan denganku di bus. Aku tidak mengerti apa maksud dia mengambil kantong kresek berisi barang belanjaan ku lalu pergi setelah berkata akan mengantarku pulang.
Maksudku, 'Memangnya dia siapa?'
Kita baru bertemu beberapa kali, aku bahkan belum tahu namanya, dan sangat aneh jika ia bersikap seolah kita dekat saat ini.
Aku curiga, namun aku tidak mau negatif thinking karena kelihatannya dia orang baik sejak pertama kali kita bertemu.
"Mau naik angkot atau gocar?" tanya cowok itu sembari menghentikan langkahnya tanpa aba-aba, membuat kakiku langsung berhenti sebelum kepalaku menabrak punggung lebarnya.
Aku mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan cowok itu. Jadi, dia tidak bawa kendaraan pribadi? Bukannya aku mengharapkan hal yang macam-macam, tapi aneh saja melihatnya berkata semacam tadi seolah ia akan me
Author PovSatu bulan telah berlalu, dan hidup Sehun semakin kacau tak beraturan. Batang nikotin dan alkohol menjadi temannya. Hidup Sehun penuh kebebasan, tapi ia merasa sesak karena terhimpit kerinduan yang memupuk di hatinya.Sosok Aresya Riana jelas menjadi alasan dari kekacauan laki-laki itu.Mungkin ini alasan kenapa Sehun selalu menahan dan mengurung Resya untuk selalu berada di sisinya. Itu karena Sehun sudah tahu jika Resya pergi, maka hidupnya tidak akan sama lagi. Perubahan besar terjadi, yang kacau semakin kacau."Mabok bang?" suara melengking milik cewek berambut pirang menyapa gendang telinga Sehun. Cewek itu mendaratkan bokongnya di sebelah Sehun yang tengah duduk tenang bersama gelas di tangannya."Ganteng-ganteng gagal move on!" seru cewek itu meledek Sehun. Namun Sehun tidak meladeninya, tatapan Sehun tetap fokus kearah kerumunan orang yang sedang berjoget menikmati lagu
"Aku kangen ibu." ujarku dengan pandangan lurus menatap pohon-pohon tinggi di sebrang sana.Waktu sudah berlalu, dan hari-hari yang berat berhasil ku lewati dengan perlahan tapi pasti. Tentu saja, tak luput dari keluhan. Terkadang aku merasa bersyukur sudah hidup dengan sedikit lebih tenang karena tidak ada lagi monster yang menyiksaku, tapi di satu sisi, aku merasa menyesal karena pergi dan menjauh dari keluarga ku, karena itu membuatku banyak mengeluh karena merindukan Ayah dan Ibu.Ya, Aku merindukan Ibu dan Ayah.Usapan lembut dapat aku rasakan diatas kepalaku, bibir ku spontan tersenyum tipis ketika mengetahui bahwa sentuhan hangat itu berasal dari telapak tangan Chandra."Lo pengen ketemu ibu lo?" tanya Chandra yang langsung aku respon dengan anggukan di kepala.Chandra melipat bibirnya, seperti bingung harus bagaimana. Dan keterdiaman itu membuatku berpikir panjang. Aku tidak boleh
Hallo teman-teman!Sebelum kalian baca bab ini aku mau kasih info sebentar, buat kalian yang penasaran sama visual cast The Baby bisa langsung cek instagram @hello_thebaby karena disana ada foto-foto visual kesayangan kita!Jangan lupa di follow juga ya hehe* * *Resya mendaratkan bokongnya di kursi empuk yang berada di dalam ruangan khusus karyawan, cewek itu meneguk segelas air yang ada di tangannya sampai tandas. Usai minum Resya mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Hari ini pelanggan kedai bu Suri tidak berhenti berdatangan dan itu lumayan membuat Resya kewalahan karena tidak sempat beristirahat saking membeludak nya pelanggan.Kedai makan bu Suri memang tidak pernah sepi pembeli, mereka sering melayani pelanggan dengan jumlah yang banyak, mungkin karena Chandra sedang ambil cuti, jadi Resya merasa pekerjaannya terasa lebih berat hari ini karena meng-handle se
Sehun tidak dapat duduk dengan tenang di kursi tunggu ruang UGD. Seharusnya Sehun bisa sedikit tenang karena Lina sedang dalam penanganan dokter, tapi cowok itu terus menggigit jarinya dilanda cemas.Kepala Sehun spontan mendongak ketika pintu UGD tersebut akhirnya terbuka, laki-laki dengan jas putih keluar dari sana, segera Sehun menghampirinya."Keadaan pasien baik-baik saja, ia hanya kelelahan. Setelah di infus pasien sudah bisa pulang, tapi pasien membutuhkan istirahat yang cukup dirumah." ujar dokter seolah tau apa yang akan Sehun tanyakan.Sehun mengangguk paham, ia menunduk menutupi senyum kecil yang terlukis di bibirnya, ada perasaan lega di dada Sehun setelah mendengar penjelasan dari dokter."Terima kasih," kata Sehun, dokter tersebut mengangguk kemudian berlalu pergi.Kedua mata Sehun kini menatapi pintu UGD yang tertutup rapat, kakinya gatal sekali ingin melangkah dan membuka p
"Kalau saya boleh tau, kapan Resya bilang ke ibu kalau saya baik?" Sehun bertanya kepada Lina yang tengah duduk manis di kursi penumpang di sebelahnya. Mereka sedang di jalan menuju arah rumah Lina, tadinya Lina menolak permintaan Sehun yang ingin mengantar nya pulang, tapi pemuda itu memaksa dan berhasil membuat Lina mengangguk setuju."Waktu Resya awal-awal masuk SMA. Setiap dia baru pulang sekolah selalu tersenyum, dia senang banget bisa sekolah di Senopati." ujar Lina kembali teringat masa-masa ketika Resya baru masuk dunia abu-abu. Masih terekam jelas senyum bahagia yang Resya pamerkan saat tubuhnya terbalut seragam SMA Senopati untuk pertama kali.Sama halnya dengan Lina, pemuda di sebelah nya pun jadi teringat masa lalu dimana ia masih menjadi manusia yang menyukai Resya dengan cara yang normal. Awal-awal Resya masuk SMA adalah masa dimana Sehun mencoba mendekati gadis lugu itu layaknya remaja pada umumnya. Tidak ada kata-kata kasar
Lima menit sudah berlalu, namun Chandra masih terdiam memandang Resya yang sedang duduk di kursi halte dari kejauhan. Cewek itu tampak kelelahan, kepalanya ia senderkan di tiang halte, sementara tangan kanannya mengusap-usap perut nya yang masih rata. Chandra tahu kalau ada mahluk hidup yang tumbuh di sana, tapi sampai saat ini Resya belum juga memberitahu Chandra tentang kehamilannya.Chandra menghembuskan asap rokok terakhirnya dari dalam mulutnya ke udara, kemudian menginjak putung rokoknya yang tersisa setengah jari, lalu berjalan dengan lambat menghampiri Resya yang merenung entah memikirkan apa."Ree," teguran dari Chandra sukses membuat Resya tertegun dan menegakkan tubuhnya spontan. Kedua bola mata Resya menatap Chandra dengan tatapan terkejutnya."Kan gue bilang jangan pulang sendirian, tunggu gue jemput ke kedai." kata Chandra seraya mendaratkan bokongnya di samping Resya.Pandangan Resya terus m
Aku menatap ponsel di tanganku, ada rasa yang mendesak ingin menjelajahi benda pipih itu. Aku mengigit jempolku, berperang dengan diriku sendiri karena di lema antara hati dan pikiran.Semalam aku bertemu ibu di mimpi dan pagi ini aku terbangun dengan air mata yang menggenang membasahi pipi ku. Aku rindu ibu, bahkan walau hanya di mimpi, rasanya berat merelakan ibu. Aku ingin terus bertemu ibu, meski cuma di dalam mimpi.Aku mengangguk menyakinkan keputusan yang sudah aku pikir matang-matang. Jari-jariku menari dengan lincah di atas layar ponsel. Aku memutuskan untuk menelfon ibu dengan nomor baru ku. Jantungku berdebar kencang, dengan ragu aku menempelkan ponselku di daun telinga, menunggu Ibu mengangkat panggilan ku.Detik demi detik berlalu, aku menunggu Ibu mengangkat telfon dengan cemas, tanpa sadar aku menggigit bibirku hingga bibir bawah ku terluka karena aku mengigit nya cukup keras. Aku meringis, mengusap bi
Tok tok tokSehun mengetuk pintu rumah Resya dengan tangan sedikit gemetar, membutuhkan waktu dan tekad yang cukup lama untuk Sehun memberanikan langkahnya berpijak di depan pintu rumah Resya. Namun, ia berhasil menghancurkan ketakutan yang melanda dirinya saat ia melihat adanya peluang untuk bisa menemukan Resya saat ini, dan Sehun tidak akan mensia - siakan hal itu.Tok tok tokSehun mengigit jari setelah mengetuk pintu rumah Resya untuk yang sekian kali."Permisi," teriak Sehun cukup keras, barangkali Lina tidak mendengar ketukan pintunya dari dalam sana."Mas!"Mendengar suara yang seakan tertuju padanya, Sehun menolehkan kepala. Mendapati tetangga depan rumah Resya yang tengah memandangnya."Nyari siapa?" tanyanya ketika Sehun menoleh.Sehun menggaruk tengkuknya kikuk, "Nyari bu Lina." jawabnya."Bu Lina nya gak ada,