"Kalau saya boleh tau, kapan Resya bilang ke ibu kalau saya baik?" Sehun bertanya kepada Lina yang tengah duduk manis di kursi penumpang di sebelahnya. Mereka sedang di jalan menuju arah rumah Lina, tadinya Lina menolak permintaan Sehun yang ingin mengantar nya pulang, tapi pemuda itu memaksa dan berhasil membuat Lina mengangguk setuju.
"Waktu Resya awal-awal masuk SMA. Setiap dia baru pulang sekolah selalu tersenyum, dia senang banget bisa sekolah di Senopati." ujar Lina kembali teringat masa-masa ketika Resya baru masuk dunia abu-abu. Masih terekam jelas senyum bahagia yang Resya pamerkan saat tubuhnya terbalut seragam SMA Senopati untuk pertama kali.
Sama halnya dengan Lina, pemuda di sebelah nya pun jadi teringat masa lalu dimana ia masih menjadi manusia yang menyukai Resya dengan cara yang normal. Awal-awal Resya masuk SMA adalah masa dimana Sehun mencoba mendekati gadis lugu itu layaknya remaja pada umumnya. Tidak ada kata-kata kasar
Lima menit sudah berlalu, namun Chandra masih terdiam memandang Resya yang sedang duduk di kursi halte dari kejauhan. Cewek itu tampak kelelahan, kepalanya ia senderkan di tiang halte, sementara tangan kanannya mengusap-usap perut nya yang masih rata. Chandra tahu kalau ada mahluk hidup yang tumbuh di sana, tapi sampai saat ini Resya belum juga memberitahu Chandra tentang kehamilannya.Chandra menghembuskan asap rokok terakhirnya dari dalam mulutnya ke udara, kemudian menginjak putung rokoknya yang tersisa setengah jari, lalu berjalan dengan lambat menghampiri Resya yang merenung entah memikirkan apa."Ree," teguran dari Chandra sukses membuat Resya tertegun dan menegakkan tubuhnya spontan. Kedua bola mata Resya menatap Chandra dengan tatapan terkejutnya."Kan gue bilang jangan pulang sendirian, tunggu gue jemput ke kedai." kata Chandra seraya mendaratkan bokongnya di samping Resya.Pandangan Resya terus m
Aku menatap ponsel di tanganku, ada rasa yang mendesak ingin menjelajahi benda pipih itu. Aku mengigit jempolku, berperang dengan diriku sendiri karena di lema antara hati dan pikiran.Semalam aku bertemu ibu di mimpi dan pagi ini aku terbangun dengan air mata yang menggenang membasahi pipi ku. Aku rindu ibu, bahkan walau hanya di mimpi, rasanya berat merelakan ibu. Aku ingin terus bertemu ibu, meski cuma di dalam mimpi.Aku mengangguk menyakinkan keputusan yang sudah aku pikir matang-matang. Jari-jariku menari dengan lincah di atas layar ponsel. Aku memutuskan untuk menelfon ibu dengan nomor baru ku. Jantungku berdebar kencang, dengan ragu aku menempelkan ponselku di daun telinga, menunggu Ibu mengangkat panggilan ku.Detik demi detik berlalu, aku menunggu Ibu mengangkat telfon dengan cemas, tanpa sadar aku menggigit bibirku hingga bibir bawah ku terluka karena aku mengigit nya cukup keras. Aku meringis, mengusap bi
Tok tok tokSehun mengetuk pintu rumah Resya dengan tangan sedikit gemetar, membutuhkan waktu dan tekad yang cukup lama untuk Sehun memberanikan langkahnya berpijak di depan pintu rumah Resya. Namun, ia berhasil menghancurkan ketakutan yang melanda dirinya saat ia melihat adanya peluang untuk bisa menemukan Resya saat ini, dan Sehun tidak akan mensia - siakan hal itu.Tok tok tokSehun mengigit jari setelah mengetuk pintu rumah Resya untuk yang sekian kali."Permisi," teriak Sehun cukup keras, barangkali Lina tidak mendengar ketukan pintunya dari dalam sana."Mas!"Mendengar suara yang seakan tertuju padanya, Sehun menolehkan kepala. Mendapati tetangga depan rumah Resya yang tengah memandangnya."Nyari siapa?" tanyanya ketika Sehun menoleh.Sehun menggaruk tengkuknya kikuk, "Nyari bu Lina." jawabnya."Bu Lina nya gak ada,
Chandra menghembuskan asap rokoknya ke udara. Duduk bersantai di ruang khusus karyawan kedai meski di dalam sedang banyak pelanggan berdatangan. Chandra sudah izin ke bu Suri kalau ia butuh istirahat sejenak dan berbohong kalau sedang tidak enak badan demi menghindari Julian. Chandra melihat ke dagangan Julian tadi, Julian juga mengajak Resya pergi, entah kemana. Beruntung Julian tidak melihatnya.BRAK ! ! !Pintu ruangan terbuka dengan kasarnya, Melati masuk dengan wajah merah seakan menahan amarah. Tatapan matanya menatap Chandra tajam, tidak seperti biasanya. Chandra yang melihat itu langsung mematikan bara rokoknya dengan gerakan santai."Ada apa, Mel?" tanya Chandra ketika Melati berjalan menghampirinya."Lo tau kalau Resya hamil?" ujar Melati tanpa basa - basi. Seketika, Chandra membantu. Untuk beberapa detik Chandra terdiam menatap lantai ruangan yang dinginnya menusuk kulit kakinya.
Aku meneguk segelas air yang Chandra berikan, rasa sejuk menjalar di tenggorokan ku, membuatku merasa lebih baik. Setelah meneguk nya sampai tandas, aku kembali memberikan gelas kosong itu ke Chandra."Terima kasih, Chan." jawabku, Chandra mengangguk singkat tanpa suara. Tatapan dalam Chandra masih menatap ku cemas bercampur gurat penasaran nya. Tentu saja Chandra penasaran dengan apa yang baru saja terjadi padaku, jangankan Chandra, diriku sendiri pun kebingungan.Aku sangat terkejut dan tak menyangka kalau hari ini Joana dan dayang - dayangnya bertemu denganku. Mereka masih sama, tak ada yang berubah dari mereka, tatapan serta ucapannya masih membuatku merasa kecil dan terluka.Aku menunduk, menyembunyikan wajahku yang sedang menahan isakan. Entah kenapa rasanya masih sesakit dulu, masih memalukan dan menyesakan. Merasa masih menindas ku bahkan ketika aku sudah melakukan apa yang mereka inginkan."Kalau mau
Suasana kedai seketika ramai tak kala Sehun menyerang Chandra dengan membabi buta, para pengunjung menjerit ketakutan dan tak tega melihat Chandra yang di hujami tonjokan berkali - kali oleh Sehun. Resya hanya mematung sembari membekap mulutnya dengan mata yang berlinang, ia tidak bisa melakukan apapun selain menahan tangisannya. Jefri yang melihat keributan langsung bergerak cepat, menarik Sehun menjauh dari Chandra. "Bajingan! Lepasin gue!" teriak Sehun terus berontak dari kukungan Jefri. "Lo gakpapa, Chan?" Melati menanyakan keadaan Chandra yang sudah jelas jauh dari kata baik - baik saja, pipinya lebam, sudut bibirnya sobek, juga nyeri di badannya yang habis di tonjok Sehun tanpa ampun. Chandra mencoba berdiri di bantu Melati sembari meringis kesakitan. "Bangsat!" umpat Sehun menatap Chandra melayang. Ia kembali naik pitam dan merasa tidak puas karena Chandra masih
BRAK !Sehun membuka pintu ruangan kerja Ergian dengan kasar, memperlihatkan betapa murkanya ia saat ini. Setelah di usir Resya, Sehun langsung pulang ke Jakarta. Kantor kerja Ergian adalah tujuan utamanya.Ergian yang sedang mengerjakan sesuatu di layar komputer sedikit terlonjak, ia menghembuskan napas berat saat melihat siapa pelaku yang tidak tahu sopan santun itu, ternyata anaknya sendiri.Langkah lebar Sehun berjalan menghampiri Ergian, ia berdiri di hadapan Ergian dengan tatapan murka dan garis wajah seriusnya."Apa belum puas papah pisahin Resya sama orang tuanya?" ujar Sehun membuat Ergian mengernyit bingung."Jadi harus ada masalah yang bersangkutan dengan Resya dulu supaya kamu datang ke papah?" tanya Ergian dengan tenang. Ia melepaskan kacamatanya lalu melemparnya ke atas meja lalu menatap penampilan anaknya yang sudah beberapa hari kabur dari rumah.Sehun menc
Sehun tidak ingat sudah berapa lama ia tidak senyum setulus ini. Wajah datar tanpa ekspresi yang setiap hari menghiasi wajahnya kini tergantikan dengan ekspresi nya yang langka dan jarang ia perlihatkan kepada orang lain. Sehun terus tersenyum menatap Resya yang duduk di sebelahnya.Banyak perubahan pada cewek itu, dari fisik hingga sifatnya. Sehun merasa Resya jadi lebih hangat dan banyak tersenyum, rambut cewek itu juga sudah lebih panjang dari yang terakhir ia lihat, belum lagi kedua pipinya yang semakin mengembung. Kulit Resya kini menjadi putih dan mulus, tidak seperti dulu yang banyak lebam dan bekas luka karena pukulan dari tangan dan kakinya. Resya benar - benar merdeka tanpanya.Yang masih sama dan tak berubah dari cewek itu hanya tatapannya. Tatapan Resya masih sama seperti dulu, kosong dan teduh."Re," panggil Sehun membuat Resya praktis menoleh kearah nya."Kenapa?" tanyanya dengan raut wajah p