Tok tok tok
Sehun mengetuk pintu rumah Resya dengan tangan sedikit gemetar, membutuhkan waktu dan tekad yang cukup lama untuk Sehun memberanikan langkahnya berpijak di depan pintu rumah Resya. Namun, ia berhasil menghancurkan ketakutan yang melanda dirinya saat ia melihat adanya peluang untuk bisa menemukan Resya saat ini, dan Sehun tidak akan mensia - siakan hal itu.
Tok tok tok
Sehun mengigit jari setelah mengetuk pintu rumah Resya untuk yang sekian kali.
"Permisi," teriak Sehun cukup keras, barangkali Lina tidak mendengar ketukan pintunya dari dalam sana.
"Mas!"
Mendengar suara yang seakan tertuju padanya, Sehun menolehkan kepala. Mendapati tetangga depan rumah Resya yang tengah memandangnya.
"Nyari siapa?" tanyanya ketika Sehun menoleh.
Sehun menggaruk tengkuknya kikuk, "Nyari bu Lina." jawabnya.
"Bu Lina nya gak ada,
Chandra menghembuskan asap rokoknya ke udara. Duduk bersantai di ruang khusus karyawan kedai meski di dalam sedang banyak pelanggan berdatangan. Chandra sudah izin ke bu Suri kalau ia butuh istirahat sejenak dan berbohong kalau sedang tidak enak badan demi menghindari Julian. Chandra melihat ke dagangan Julian tadi, Julian juga mengajak Resya pergi, entah kemana. Beruntung Julian tidak melihatnya.BRAK ! ! !Pintu ruangan terbuka dengan kasarnya, Melati masuk dengan wajah merah seakan menahan amarah. Tatapan matanya menatap Chandra tajam, tidak seperti biasanya. Chandra yang melihat itu langsung mematikan bara rokoknya dengan gerakan santai."Ada apa, Mel?" tanya Chandra ketika Melati berjalan menghampirinya."Lo tau kalau Resya hamil?" ujar Melati tanpa basa - basi. Seketika, Chandra membantu. Untuk beberapa detik Chandra terdiam menatap lantai ruangan yang dinginnya menusuk kulit kakinya.
Aku meneguk segelas air yang Chandra berikan, rasa sejuk menjalar di tenggorokan ku, membuatku merasa lebih baik. Setelah meneguk nya sampai tandas, aku kembali memberikan gelas kosong itu ke Chandra."Terima kasih, Chan." jawabku, Chandra mengangguk singkat tanpa suara. Tatapan dalam Chandra masih menatap ku cemas bercampur gurat penasaran nya. Tentu saja Chandra penasaran dengan apa yang baru saja terjadi padaku, jangankan Chandra, diriku sendiri pun kebingungan.Aku sangat terkejut dan tak menyangka kalau hari ini Joana dan dayang - dayangnya bertemu denganku. Mereka masih sama, tak ada yang berubah dari mereka, tatapan serta ucapannya masih membuatku merasa kecil dan terluka.Aku menunduk, menyembunyikan wajahku yang sedang menahan isakan. Entah kenapa rasanya masih sesakit dulu, masih memalukan dan menyesakan. Merasa masih menindas ku bahkan ketika aku sudah melakukan apa yang mereka inginkan."Kalau mau
Suasana kedai seketika ramai tak kala Sehun menyerang Chandra dengan membabi buta, para pengunjung menjerit ketakutan dan tak tega melihat Chandra yang di hujami tonjokan berkali - kali oleh Sehun. Resya hanya mematung sembari membekap mulutnya dengan mata yang berlinang, ia tidak bisa melakukan apapun selain menahan tangisannya. Jefri yang melihat keributan langsung bergerak cepat, menarik Sehun menjauh dari Chandra. "Bajingan! Lepasin gue!" teriak Sehun terus berontak dari kukungan Jefri. "Lo gakpapa, Chan?" Melati menanyakan keadaan Chandra yang sudah jelas jauh dari kata baik - baik saja, pipinya lebam, sudut bibirnya sobek, juga nyeri di badannya yang habis di tonjok Sehun tanpa ampun. Chandra mencoba berdiri di bantu Melati sembari meringis kesakitan. "Bangsat!" umpat Sehun menatap Chandra melayang. Ia kembali naik pitam dan merasa tidak puas karena Chandra masih
BRAK !Sehun membuka pintu ruangan kerja Ergian dengan kasar, memperlihatkan betapa murkanya ia saat ini. Setelah di usir Resya, Sehun langsung pulang ke Jakarta. Kantor kerja Ergian adalah tujuan utamanya.Ergian yang sedang mengerjakan sesuatu di layar komputer sedikit terlonjak, ia menghembuskan napas berat saat melihat siapa pelaku yang tidak tahu sopan santun itu, ternyata anaknya sendiri.Langkah lebar Sehun berjalan menghampiri Ergian, ia berdiri di hadapan Ergian dengan tatapan murka dan garis wajah seriusnya."Apa belum puas papah pisahin Resya sama orang tuanya?" ujar Sehun membuat Ergian mengernyit bingung."Jadi harus ada masalah yang bersangkutan dengan Resya dulu supaya kamu datang ke papah?" tanya Ergian dengan tenang. Ia melepaskan kacamatanya lalu melemparnya ke atas meja lalu menatap penampilan anaknya yang sudah beberapa hari kabur dari rumah.Sehun menc
Sehun tidak ingat sudah berapa lama ia tidak senyum setulus ini. Wajah datar tanpa ekspresi yang setiap hari menghiasi wajahnya kini tergantikan dengan ekspresi nya yang langka dan jarang ia perlihatkan kepada orang lain. Sehun terus tersenyum menatap Resya yang duduk di sebelahnya.Banyak perubahan pada cewek itu, dari fisik hingga sifatnya. Sehun merasa Resya jadi lebih hangat dan banyak tersenyum, rambut cewek itu juga sudah lebih panjang dari yang terakhir ia lihat, belum lagi kedua pipinya yang semakin mengembung. Kulit Resya kini menjadi putih dan mulus, tidak seperti dulu yang banyak lebam dan bekas luka karena pukulan dari tangan dan kakinya. Resya benar - benar merdeka tanpanya.Yang masih sama dan tak berubah dari cewek itu hanya tatapannya. Tatapan Resya masih sama seperti dulu, kosong dan teduh."Re," panggil Sehun membuat Resya praktis menoleh kearah nya."Kenapa?" tanyanya dengan raut wajah p
Hari ini Sehun bolos sekolah lagi, ia sudah di jalan menuju rumah Lina. Seperti yang ia janjikan kepada Resya kemarin, hari ini Sehun akan membawa Lina ke Bandung. Meskipun perpisahan kemarin bersama Resya tidak begitu baik, tapi Sehun akan tetap menepati janjinya.Sehun sudah bertekat akan mendapatkan Resya kembali, bagaimana pun caranya, ia tidak bisa hidup kacau terus menerus, menurut dirinya hanya Resya yang bisa menjadikannya lebih baik lagi.Sehun akan melakukan apapun, sekali pun ia harus memutuskan hubungan dengan papahnya, tapi jika demi Resya, Sehun pikir itu pilihan yang benar. Jelas memilih Resya lebih baik daripada Ergian.Mulut Sehun terus bersenandung selama di perjalanan menyetir mobilnya menuju rumah Lina, suasana hatinya berubah drastis setelah bertemu Resya, bahkan saking excited nya ingin pergi ke Bandung bersama Lina, Sehun sampai bangun jam 5 tadi pagi. Omong - omong, Sehun masih menginap di rumah Julian, ia memang tebal m
Aku mengedipkan mataku beberapa kali, mataku semakin menyipit untuk memperjelas objek yang sedang ku lihat, ibu.Aku tidak salah lihat, kan? Wanita yang sedang berlari di depan sana beneran ibu?Aku mengucek mataku sekali lagi, ibu semakin mendekat hingga akhirnya tubuhku di peluk.Ini nyata, bukan khayalanku.Secara spontan aku membalas pelukan Ibu lebih erat lagi, ibu menangis di pelukannya, membuatku tak kuasa menahan air matanya."Ya ampun nak," lirih Ibu sembari mengusap rambutku.Aku menarik napas, mencium aroma tubuh Ibu yang aku rindukan. Aku mengusap pundak ibu yang lebih kurus dari sebelumnya, berat badan Ibu sepertinya berkurang.Ibu melepaskan pelukannya, ia mengusap wajahku dengan telapak tangan hangatnya, berniat menghapus air mataku namun yang ada tangisku malah semakin menjadi. Ini terasa seperti tidak nyata, aku benar - benar tidak mengira kalau
"Jadi nak Chandra sudah kenalan belum sama nak Sehun?" tanya Lina di sela - sela kegiatan makan bersama mereka. Ucapan Lina membuat Resya dan dua pemuda yang ia sebut namanya saling melempar pandang."Belum, bu." jawab Chandra dengan wajah tak minatnya.Sehun mendengus, menatap Chandra jengkel. Chandra yang dulu sangat ia percaya berubah drastis seperti ini karena Ergian. Tapi gara - gara Ergian Sehun jadi tau mana yang sebenarnya teman dan pengkhianat."Kalau gitu kalian harus kenalan dulu berarti." ujar Lina dengan semangat, membuat Resta menegurnya secara halus lewat sentuhan tangannya.Lina menatap bingung kearah Resya yang menggelengkan kepalanya. Sementara Chandra dan Sehun saling buang muka, seakan tak sudi untuk berkenalan seperti yang Lina perintahkan."Di makan dulu, bu." titah Resya lembut seraya mendorong piring berisi nasi serta lauk yang Lina angguri.Lina mengangguk nurut, ia memakan makanan nya tanpa b