BRAK !
Sehun membuka pintu ruangan kerja Ergian dengan kasar, memperlihatkan betapa murkanya ia saat ini. Setelah di usir Resya, Sehun langsung pulang ke Jakarta. Kantor kerja Ergian adalah tujuan utamanya.
Ergian yang sedang mengerjakan sesuatu di layar komputer sedikit terlonjak, ia menghembuskan napas berat saat melihat siapa pelaku yang tidak tahu sopan santun itu, ternyata anaknya sendiri.
Langkah lebar Sehun berjalan menghampiri Ergian, ia berdiri di hadapan Ergian dengan tatapan murka dan garis wajah seriusnya.
"Apa belum puas papah pisahin Resya sama orang tuanya?" ujar Sehun membuat Ergian mengernyit bingung.
"Jadi harus ada masalah yang bersangkutan dengan Resya dulu supaya kamu datang ke papah?" tanya Ergian dengan tenang. Ia melepaskan kacamatanya lalu melemparnya ke atas meja lalu menatap penampilan anaknya yang sudah beberapa hari kabur dari rumah.
Sehun menc
Sehun tidak ingat sudah berapa lama ia tidak senyum setulus ini. Wajah datar tanpa ekspresi yang setiap hari menghiasi wajahnya kini tergantikan dengan ekspresi nya yang langka dan jarang ia perlihatkan kepada orang lain. Sehun terus tersenyum menatap Resya yang duduk di sebelahnya.Banyak perubahan pada cewek itu, dari fisik hingga sifatnya. Sehun merasa Resya jadi lebih hangat dan banyak tersenyum, rambut cewek itu juga sudah lebih panjang dari yang terakhir ia lihat, belum lagi kedua pipinya yang semakin mengembung. Kulit Resya kini menjadi putih dan mulus, tidak seperti dulu yang banyak lebam dan bekas luka karena pukulan dari tangan dan kakinya. Resya benar - benar merdeka tanpanya.Yang masih sama dan tak berubah dari cewek itu hanya tatapannya. Tatapan Resya masih sama seperti dulu, kosong dan teduh."Re," panggil Sehun membuat Resya praktis menoleh kearah nya."Kenapa?" tanyanya dengan raut wajah p
Hari ini Sehun bolos sekolah lagi, ia sudah di jalan menuju rumah Lina. Seperti yang ia janjikan kepada Resya kemarin, hari ini Sehun akan membawa Lina ke Bandung. Meskipun perpisahan kemarin bersama Resya tidak begitu baik, tapi Sehun akan tetap menepati janjinya.Sehun sudah bertekat akan mendapatkan Resya kembali, bagaimana pun caranya, ia tidak bisa hidup kacau terus menerus, menurut dirinya hanya Resya yang bisa menjadikannya lebih baik lagi.Sehun akan melakukan apapun, sekali pun ia harus memutuskan hubungan dengan papahnya, tapi jika demi Resya, Sehun pikir itu pilihan yang benar. Jelas memilih Resya lebih baik daripada Ergian.Mulut Sehun terus bersenandung selama di perjalanan menyetir mobilnya menuju rumah Lina, suasana hatinya berubah drastis setelah bertemu Resya, bahkan saking excited nya ingin pergi ke Bandung bersama Lina, Sehun sampai bangun jam 5 tadi pagi. Omong - omong, Sehun masih menginap di rumah Julian, ia memang tebal m
Aku mengedipkan mataku beberapa kali, mataku semakin menyipit untuk memperjelas objek yang sedang ku lihat, ibu.Aku tidak salah lihat, kan? Wanita yang sedang berlari di depan sana beneran ibu?Aku mengucek mataku sekali lagi, ibu semakin mendekat hingga akhirnya tubuhku di peluk.Ini nyata, bukan khayalanku.Secara spontan aku membalas pelukan Ibu lebih erat lagi, ibu menangis di pelukannya, membuatku tak kuasa menahan air matanya."Ya ampun nak," lirih Ibu sembari mengusap rambutku.Aku menarik napas, mencium aroma tubuh Ibu yang aku rindukan. Aku mengusap pundak ibu yang lebih kurus dari sebelumnya, berat badan Ibu sepertinya berkurang.Ibu melepaskan pelukannya, ia mengusap wajahku dengan telapak tangan hangatnya, berniat menghapus air mataku namun yang ada tangisku malah semakin menjadi. Ini terasa seperti tidak nyata, aku benar - benar tidak mengira kalau
"Jadi nak Chandra sudah kenalan belum sama nak Sehun?" tanya Lina di sela - sela kegiatan makan bersama mereka. Ucapan Lina membuat Resya dan dua pemuda yang ia sebut namanya saling melempar pandang."Belum, bu." jawab Chandra dengan wajah tak minatnya.Sehun mendengus, menatap Chandra jengkel. Chandra yang dulu sangat ia percaya berubah drastis seperti ini karena Ergian. Tapi gara - gara Ergian Sehun jadi tau mana yang sebenarnya teman dan pengkhianat."Kalau gitu kalian harus kenalan dulu berarti." ujar Lina dengan semangat, membuat Resta menegurnya secara halus lewat sentuhan tangannya.Lina menatap bingung kearah Resya yang menggelengkan kepalanya. Sementara Chandra dan Sehun saling buang muka, seakan tak sudi untuk berkenalan seperti yang Lina perintahkan."Di makan dulu, bu." titah Resya lembut seraya mendorong piring berisi nasi serta lauk yang Lina angguri.Lina mengangguk nurut, ia memakan makanan nya tanpa b
"Ini tempat aku kerja bu," ujar Resya setibanya mobil Sehun terparkir di depan kedai Suri yang lumayan ramai.Lina menatap kedai yang ukurannya lumayan besar itu dari dalam kaca mobil Sehun, "Ramai ya nak tempatnya," celetuk Lina.Resya mengangguk seraya melepas seatbelt yang melilit tubuhnya, "Begitulah bu, apalagi sekarang jam makan siang." jawab Resya, kemudian ia turun dari mobil menyusul Sehun yang sudah keluar lebih dulu, kemudian Lina.Resya menggandeng tangan Lina, "Yuk bu masuk," ajak Resya membawa Lina masuk kedalam kedai, di ikuti Sehun yang membuntuti ibu dan anak itu dari belakang.Begitu sampai di kedai, Resya mengernyit bingung mendapati Suri yang tampak kewalahan mengantar pesanan kesana kemari sendirian. Dengan cepat Resya menghampiri Suri, meninggalkan Lina bersama Sehun yang terdiam di ambang pintu masuk kedai."Assalamualaikum ibu," Resya mengucap salam sembari mencium telapak tangan Suri."Eh, Res
Seorang anak yang di besarkan di panti asuhan, gak pernah ngerasain kasih sayang dari orang tua kandung, lalu beranjak dewasa dia hidup di jalanan karena di usir dari panti sebab gak ada yang adopsi. Itu gue.Sejak umur 17 tahun, ralat, sejak gue tau kalau panti adalah tempat anak yang dibuang orang tuanya, sejak saat itu gue sadar kalau Tuhan gak pernah berbaik hati sama gue. Tapi setelah gue ketemu sama Sehun, gue merasa gak menderita sendirian lagi. Sih anak orang kaya yang hidupnya sengsara. Hidup Sehun sama pahitnya kayak gue, dan sumber luka kita sama, orang tua.Tapi bedanya, Sehun punya banyak uang yang buat dia gak perlu banting tulang buat menyambung hidup kayak gue. Berawal dari pertemuan tak terduga, kalau gak salah, waktu itu gue lagi di jalan pulang habis makan nasi goreng di tempat langganan, langkah gue terhenti saat melihat Sehun yang lagi di keroyok sama 2 orang berbadan besar. Karena memang saat itu tengah malam, dan sua
Video pembullyan Resya tersebar di dunia maya setelah Ergian mendapatkan panggilan dari kepolisian. Chandra sebagai pelapor pun ditahan dan kemungkinan statusnya akan menjadi tahanan karena ia terlibat dalam rencana pembunuhan Resya saat itu. Situasi memanas, banyak murid sekolah Senopati yang terlibat mendapatkan panggilan dari polisi. Beberapa orang tua dari murid itu pun membela anaknya dan mengelak tuduhan tersebut di depan para wartawan yang sedang meliput berita. Bahkan ada murid yang sudah di pulangkan meski wajahnya terpapar secara nyata di dalam video pembullyan Resya. Biasalah, anak orang kaya, ada uang, polisi lepas tangan."Beres, Hun!" lapor Julian, dalang dibalik tersebarnya video pembullyan Resya yang terekam dalam kamera CCTV sekolah."Thanks!" ucap Sehun kemudian menutup sambungan teleponnya. Dan Sehun pun terlibat atas tersebarnya video itu, karena ia yang mengirimnya kepada Julian. Sudah lama Sehun menyimpan video terseb
Maaf ya teman - teman bab ini aku ubah, jadi tolong di baca ulang biar ga bingung pas baca bab selanjurnya 🙏***Berita pagi ini cukup membuatku merasakan sesak di dadanya.'Ergian Djohan dan sang anak bebas dari kurungan penjara'Seharus aku tidak perlu kaget, mereka orang berduit, apapun bisa mereka lakukan. Jika hanya urusan keadilan, itu belum seberapa bagi mereka.Tapi bagaimana dengan Chandra? Apa lelaki itu juga ikut bebas?Jujur saja, aku mengkhawatirkan nya. Meski Chandra sempat ingin membunuhnya, tapi Resya yakin Chandra menerima perintah Ergian karena Chandra membutuhkan imbalannya.Ini sudah hari ke-5 sejak aku meninggalkan kota Bandung dan penduduknya. Aku menghilang tanpa jejak, tanpa pamit dan tanpa ucapan terimakasih kepada orang - orang yang membantuku di Bandung, Bu Suri, Melati dan Jefri. Bahkan sampai saat ini aku belum menghubungi Ibu dan Ay