Hallo teman-teman!
Sebelum kalian baca bab ini aku mau kasih info sebentar, buat kalian yang penasaran sama visual cast The Baby bisa langsung cek instagram @hello_thebaby karena disana ada foto-foto visual kesayangan kita!
Jangan lupa di follow juga ya hehe
* * *
Resya mendaratkan bokongnya di kursi empuk yang berada di dalam ruangan khusus karyawan, cewek itu meneguk segelas air yang ada di tangannya sampai tandas. Usai minum Resya mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Hari ini pelanggan kedai bu Suri tidak berhenti berdatangan dan itu lumayan membuat Resya kewalahan karena tidak sempat beristirahat saking membeludak nya pelanggan.
Kedai makan bu Suri memang tidak pernah sepi pembeli, mereka sering melayani pelanggan dengan jumlah yang banyak, mungkin karena Chandra sedang ambil cuti, jadi Resya merasa pekerjaannya terasa lebih berat hari ini karena meng-handle se
Sehun tidak dapat duduk dengan tenang di kursi tunggu ruang UGD. Seharusnya Sehun bisa sedikit tenang karena Lina sedang dalam penanganan dokter, tapi cowok itu terus menggigit jarinya dilanda cemas.Kepala Sehun spontan mendongak ketika pintu UGD tersebut akhirnya terbuka, laki-laki dengan jas putih keluar dari sana, segera Sehun menghampirinya."Keadaan pasien baik-baik saja, ia hanya kelelahan. Setelah di infus pasien sudah bisa pulang, tapi pasien membutuhkan istirahat yang cukup dirumah." ujar dokter seolah tau apa yang akan Sehun tanyakan.Sehun mengangguk paham, ia menunduk menutupi senyum kecil yang terlukis di bibirnya, ada perasaan lega di dada Sehun setelah mendengar penjelasan dari dokter."Terima kasih," kata Sehun, dokter tersebut mengangguk kemudian berlalu pergi.Kedua mata Sehun kini menatapi pintu UGD yang tertutup rapat, kakinya gatal sekali ingin melangkah dan membuka p
"Kalau saya boleh tau, kapan Resya bilang ke ibu kalau saya baik?" Sehun bertanya kepada Lina yang tengah duduk manis di kursi penumpang di sebelahnya. Mereka sedang di jalan menuju arah rumah Lina, tadinya Lina menolak permintaan Sehun yang ingin mengantar nya pulang, tapi pemuda itu memaksa dan berhasil membuat Lina mengangguk setuju."Waktu Resya awal-awal masuk SMA. Setiap dia baru pulang sekolah selalu tersenyum, dia senang banget bisa sekolah di Senopati." ujar Lina kembali teringat masa-masa ketika Resya baru masuk dunia abu-abu. Masih terekam jelas senyum bahagia yang Resya pamerkan saat tubuhnya terbalut seragam SMA Senopati untuk pertama kali.Sama halnya dengan Lina, pemuda di sebelah nya pun jadi teringat masa lalu dimana ia masih menjadi manusia yang menyukai Resya dengan cara yang normal. Awal-awal Resya masuk SMA adalah masa dimana Sehun mencoba mendekati gadis lugu itu layaknya remaja pada umumnya. Tidak ada kata-kata kasar
Lima menit sudah berlalu, namun Chandra masih terdiam memandang Resya yang sedang duduk di kursi halte dari kejauhan. Cewek itu tampak kelelahan, kepalanya ia senderkan di tiang halte, sementara tangan kanannya mengusap-usap perut nya yang masih rata. Chandra tahu kalau ada mahluk hidup yang tumbuh di sana, tapi sampai saat ini Resya belum juga memberitahu Chandra tentang kehamilannya.Chandra menghembuskan asap rokok terakhirnya dari dalam mulutnya ke udara, kemudian menginjak putung rokoknya yang tersisa setengah jari, lalu berjalan dengan lambat menghampiri Resya yang merenung entah memikirkan apa."Ree," teguran dari Chandra sukses membuat Resya tertegun dan menegakkan tubuhnya spontan. Kedua bola mata Resya menatap Chandra dengan tatapan terkejutnya."Kan gue bilang jangan pulang sendirian, tunggu gue jemput ke kedai." kata Chandra seraya mendaratkan bokongnya di samping Resya.Pandangan Resya terus m
Aku menatap ponsel di tanganku, ada rasa yang mendesak ingin menjelajahi benda pipih itu. Aku mengigit jempolku, berperang dengan diriku sendiri karena di lema antara hati dan pikiran.Semalam aku bertemu ibu di mimpi dan pagi ini aku terbangun dengan air mata yang menggenang membasahi pipi ku. Aku rindu ibu, bahkan walau hanya di mimpi, rasanya berat merelakan ibu. Aku ingin terus bertemu ibu, meski cuma di dalam mimpi.Aku mengangguk menyakinkan keputusan yang sudah aku pikir matang-matang. Jari-jariku menari dengan lincah di atas layar ponsel. Aku memutuskan untuk menelfon ibu dengan nomor baru ku. Jantungku berdebar kencang, dengan ragu aku menempelkan ponselku di daun telinga, menunggu Ibu mengangkat panggilan ku.Detik demi detik berlalu, aku menunggu Ibu mengangkat telfon dengan cemas, tanpa sadar aku menggigit bibirku hingga bibir bawah ku terluka karena aku mengigit nya cukup keras. Aku meringis, mengusap bi
Tok tok tokSehun mengetuk pintu rumah Resya dengan tangan sedikit gemetar, membutuhkan waktu dan tekad yang cukup lama untuk Sehun memberanikan langkahnya berpijak di depan pintu rumah Resya. Namun, ia berhasil menghancurkan ketakutan yang melanda dirinya saat ia melihat adanya peluang untuk bisa menemukan Resya saat ini, dan Sehun tidak akan mensia - siakan hal itu.Tok tok tokSehun mengigit jari setelah mengetuk pintu rumah Resya untuk yang sekian kali."Permisi," teriak Sehun cukup keras, barangkali Lina tidak mendengar ketukan pintunya dari dalam sana."Mas!"Mendengar suara yang seakan tertuju padanya, Sehun menolehkan kepala. Mendapati tetangga depan rumah Resya yang tengah memandangnya."Nyari siapa?" tanyanya ketika Sehun menoleh.Sehun menggaruk tengkuknya kikuk, "Nyari bu Lina." jawabnya."Bu Lina nya gak ada,
Chandra menghembuskan asap rokoknya ke udara. Duduk bersantai di ruang khusus karyawan kedai meski di dalam sedang banyak pelanggan berdatangan. Chandra sudah izin ke bu Suri kalau ia butuh istirahat sejenak dan berbohong kalau sedang tidak enak badan demi menghindari Julian. Chandra melihat ke dagangan Julian tadi, Julian juga mengajak Resya pergi, entah kemana. Beruntung Julian tidak melihatnya.BRAK ! ! !Pintu ruangan terbuka dengan kasarnya, Melati masuk dengan wajah merah seakan menahan amarah. Tatapan matanya menatap Chandra tajam, tidak seperti biasanya. Chandra yang melihat itu langsung mematikan bara rokoknya dengan gerakan santai."Ada apa, Mel?" tanya Chandra ketika Melati berjalan menghampirinya."Lo tau kalau Resya hamil?" ujar Melati tanpa basa - basi. Seketika, Chandra membantu. Untuk beberapa detik Chandra terdiam menatap lantai ruangan yang dinginnya menusuk kulit kakinya.
Aku meneguk segelas air yang Chandra berikan, rasa sejuk menjalar di tenggorokan ku, membuatku merasa lebih baik. Setelah meneguk nya sampai tandas, aku kembali memberikan gelas kosong itu ke Chandra."Terima kasih, Chan." jawabku, Chandra mengangguk singkat tanpa suara. Tatapan dalam Chandra masih menatap ku cemas bercampur gurat penasaran nya. Tentu saja Chandra penasaran dengan apa yang baru saja terjadi padaku, jangankan Chandra, diriku sendiri pun kebingungan.Aku sangat terkejut dan tak menyangka kalau hari ini Joana dan dayang - dayangnya bertemu denganku. Mereka masih sama, tak ada yang berubah dari mereka, tatapan serta ucapannya masih membuatku merasa kecil dan terluka.Aku menunduk, menyembunyikan wajahku yang sedang menahan isakan. Entah kenapa rasanya masih sesakit dulu, masih memalukan dan menyesakan. Merasa masih menindas ku bahkan ketika aku sudah melakukan apa yang mereka inginkan."Kalau mau
Suasana kedai seketika ramai tak kala Sehun menyerang Chandra dengan membabi buta, para pengunjung menjerit ketakutan dan tak tega melihat Chandra yang di hujami tonjokan berkali - kali oleh Sehun. Resya hanya mematung sembari membekap mulutnya dengan mata yang berlinang, ia tidak bisa melakukan apapun selain menahan tangisannya. Jefri yang melihat keributan langsung bergerak cepat, menarik Sehun menjauh dari Chandra. "Bajingan! Lepasin gue!" teriak Sehun terus berontak dari kukungan Jefri. "Lo gakpapa, Chan?" Melati menanyakan keadaan Chandra yang sudah jelas jauh dari kata baik - baik saja, pipinya lebam, sudut bibirnya sobek, juga nyeri di badannya yang habis di tonjok Sehun tanpa ampun. Chandra mencoba berdiri di bantu Melati sembari meringis kesakitan. "Bangsat!" umpat Sehun menatap Chandra melayang. Ia kembali naik pitam dan merasa tidak puas karena Chandra masih