Reynald menggulingkan badannya ke samping dan sedikit heran saat mendapati ranjang di sebelahnya kosong. Ia merasa sedikit kehilangan, ya tentu saja, bukankah tadi malam ia bergelung dengan tubuh Clara semalaman? Tapi dimana wanita itu saat ini? bukankah seharusnya dia masih disini karena sakit??
Reynald membuka matanya sedikit demi sedikit, memandang sekeliling kamar Clara. Kamarnya terlihat rapi, tapi penuh dengan barang-barang wanita. Reynald lalu menatap tubuhnya, Ia ternyata masih telanjang dada. Teringat dengan kejadian tadi malam, Astaga.. bagaimana mungkin ia bisa tergoda dengan sosok Clara Adista?
Tadi malam….
“Sudahlah.. ayo tidur, supaya besok cepat sembuh..” Ucap Reynald masih dengan memeluk Clara.
Reynald merasakan Clara memeluknya semakin erat, wajah Clara yang tenggelam di dadanya entah kenapa membuatnya sedikit bergetar. Gesekan-gesekan kulit lembut itu membuat semua y
Saat ini Reynald sedang sibuk memilih-milih warna untuk dekorasi resepsi pernikahan sialannya. Sial!! Benar-benar Sial!! Reynald merasa Clara sedang mengerjainya. Bagaimana mungkin ia saat ini yang sedang di kantor, sibuk mengurus pekerjaannya, lalu tiba-tiba sekertaris pribadinya datang membawa sebuah paket besar berisi album-album dekorasi pernikahan. Lalu tak lama wanita sialan itu meneleponya dan dengan entengnya menyuruh memilihkan sebuah warna untuk dekorasi resepsi pernikahan mereka nanti.Dan bodohnya Reynald menuruti permintaan Sialan Clara tersebut. Siall!!! bisa saja saat ini ia membuang semua album-album tersebut lalu melanjutkan pekerjaannya. Tapi entah kenapa Reynald tak bisa. Akhirnya disinilah saat ini. Reynald duduk di atas kursi kebesarannya, dengan wajah seriusnya Ia memilah-milah Dekorasi yang paling bagus untuk pernikahannya.Tak lama, pintu ruangannya tersebut di buka oleh seseorang. Reynald mendengus kesal, siapa yang berani-berani mengganggu kon
Reynald lalu melepaskan pelukannya, menatap Clara dengan tatapan mendambanya, membuat Clara merona memererah karena ia tak pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari seorang lelaki dalam posisi sedekat ini.“Kamu cantik.” Lagi-lagi kata itu yang di ucapkan Reynald sambil semakin mendekatkan diri pada Clara.“Apa yang akan kamu lakukan Rey??”“Aku menginginkanmu.”Dan setelah perkataan Reynald tersebut, Clara tak dapat merasakan apapun karena tubuhnya seakan melayang seiring dengan sentuhan lembut bibir Reynald pada bibirnya.Saling melumat, saling mencecap satu sama lain membuat keduanya terbuai oleh asmara bercampur dengan gairah. Tangan Reynald bahkan sudah bergerilya ke sekujur tubuh Clara, membelainya dengan lembut penuh kasih sayang. Clara bahkan lupa jika lelaki yang sedang mencumbunya kini dalam pengaruh minuan beralkohol.Reynald menendang pintu di belakangnya dengan kakinya hingga pintu tersebut
Terbangun dalam keadaan sesak karena di peluk oleh seseorang dengan badan yang nyaris remuk benar-benar membuat Mood Clara buruk. Belum lagi rasa nyeri dan tidak nyaman di pangkal pahanya membuatnya benar-benar merasa ingin memaki siapapun yang ada di hadapannya saat ini.Secepat kilat ia mendorong jauh tubuh Reynald hingga lelaki itu terbangun.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald benar-benar tak mengerti dengan sikap wanita yang tidur di sebelahnya ini. tadi malam wanita ini terlihat begitu menggairahkan namun pagi ini sikap menjengkelkannya kembali terlihat lagi.“Pulang saja sana. Ngapain kamu masih di sini?”Reynald melihat jam di nakas. Masih pukul lima pagi. “Ini masih terlalu pagi.”“Aku nggak peduli.”“Sial!!!” Umpat Reynald sambil melompat berdiri memunguti pakaiannya lalu menuju ke kamar mandi Clara.Clara menghela nafas panjang. Debaran jantungnya jelas
Reynald keluar dengan kekesalannya. Kesal? Apa yang membuatnya kesal? Entah lah.. yang jelas saat ini Reynald merasa bahwa ia ingin meledak-ledak. Astaga.. itu benar-benar bukan dirinya.Sesekali Reynald menoleh ke belakang. Sialan!! Bahkan Clara tak mengejarnya. Mengejar? Ayolah Rey, Untuk apa wanita sialan itu mengejarmu? Bukankah di dalam sana sudah ada kekasih yang sedang menemaninya? Lalu untuk apa lag kau memikirkan wanita sialan itu??Reynald mengacak rambutnya dengan frustasi. Sial! benar-benar sial!Tadi setelah Brandon keluar dari ruangannya, Reynald bergegas mencari makan siang. Entah kenapa saat ia makan di sebuah restoran, Bayangan akan diri Clara masuk begitu saja dalam benaknya. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi Reynald memutuskan untuk mengirim Clara makan siang.Saat sampai di apartemen milik Clara ternyata di dalam lift dia bertemu dengan Mily, Akhirnya mereka sepakat untuk masuk ke dalam apartemen Clara bersama, namun nya
Reynald melemparkan diri di atas sofa ruang tamu Clara, matanya menatap langit-lagit Apartemen tersebut. Seharian ini ia selalu memikirkan Clara, tak ada nama Dina sedikitpun dalam benaknya, apa semudah inikah melupakan Dina?? Jika ia maka Reynald akan selalu melakukan hal ini. Selalu menempel pada Clara hingga dirinya bisa melupakan wanita yang di cintainya tersebut.Lalu bagaimana jika perasaannya pada Clara berubah? Bagaimana jika ia mulai mencintai wanita menyebalkan tersebut?Cinta? Ahh yang benar saja, ia tak mungkin mencintai wanita seperti Clara. Jika hanya sekedar suka, mungkin saja, Reynald tak menampik jika ia suka bahkan tertarik dengan wanita tersebut, tapi jika Cinta? Astaga... Bahkan Reynald dapat dengan jelas menilai, mana wanita yang patut di cintai dan mana wanita yang ‘hanya’ bisa di Sukai.Reynald tersentak ketika mendapati pintu kamar Clara terbuka dan menampilkaan sosok Clara yang hanya mengenakan Camisole dan Hotpa
Clara masih terdiam walau mereka kini sudah berada di dalam mobil Reynald namun tetap saja kecanggungan masih saja menyelimuti di antara mereka.“Kita pulang atau kemana?” tanya Reynald memecah keheningan.“Pulang saja.” Clara menjawab dengan ekspresi sedatar mungkin, padahal saat ini jantungnya masih memoma cepat entah karena dekat dengan Reynald atau memang karena jantungnya kini memiliki kelainan.“Kita makan siang dulu.”“Aku nggak makan siang, kamu tau kan?”“Berhenti melakukaan diet sialan itu. pokoknya siang ini kita makan bersama.”Clara mendengus kesal. Sejak kapa Reynald mampu membuatnya menjadi wanita penurut seperti saat ini? Ahh Sial!! Lelaki di sebelahnya ini benar-benar lelaki yang mampu menjungkir balikkan perasaannya.***Mereka berhenti di sebuah restoran, bukan restoran mewah karena Reynald memang sengaja mengajak Clara ke restoran biasa-
Siang itu Clara sudah di perbolehkan kembali pulang dengan Reynald tentunya. Masih saling berdiam diri karena tak tahu juga apa yang akan di bicarakan. Akhirnya saat Reynald membelok kan mobilnya ke arah lain yang berlawanan menuju ke Apartemennya, Clara mulai angkat bicara.“Kamu nggak hilang ingatan kan Rey? Arah apartemenku bukan ke sini.”“Ya, siapa yang bilang kita akan ke Apartemenmu.”Clara mengangkat sebelah alisnya. “Lalu?”“Kita ke rumahku. Mama tahu kamu sakit, dan dia meminta untuk mampir ke sana saat kamu pulang.”“Mau apa ke sana?”“Sepertinya dia sedang memasakkan mu makanan.”“Rey, Aku sakit karena terlalu banyak makan, apa kamu sengaja mau buat aku masuk rumah sakit lagi?”Dan meledaklah tawa Reynald. “Baru kali ini aku mendengar orang sakit karena terlalu banyak makan. Dan kamu tenang saja, Mama cukup tahu apa
Hari demi hari di lalui dengan banyak sekali cerita indah, cerita menjengkelkan bagi Reynald dan Clara. Cerita dari mereka melakukan Prewedding, memilih gedung untuk resepsi, dan lain sebagainya.Hingga tak terasa tibalah hari itu. Hari dimana Reynald akan mengucapkan kaliamat ijab qobul di depan semua orang yang hadir pada acara tersebut.Setelah melakukan perdebatan sengit, akhirnya di putuskan jika acara sakral tersebut akan di lakukan di kediaman orang tua Clara. Clara yang awalnya menolak mentah-mentah akhirnya menuruti apa mau Reynald dan kedua orang tuanya setelah Reynald melakukan serangkaian ancaman mulai dari membatalkan pernikahan dan lain sebagainya.Tentu saja Clara tak bisa berkutik. Mau di taruh di mana mukanya jika pernikahan ini akan batal, sedangkan beberapa awak media saja sudah memberitakannya di beberapa situs berita online maupun di tv nasional. Ahh sial!! Clara benar-benar tak bisa berkutik.Saat mengingat hal tersebut Reynald terse
-Reynald-Aku menatap wanita yang sedang duduk di pinggiran ranjang dan sedang sibuk melipati bajunya memasukkannya ke dalam sebuah tas yang sudah di siapkannya. Wajahnya menunduk, aku tak tahu ekspresi apa yang di tampakkannya.Dengan santai aku berjalan menuju ke arahnya, berjongkok tepat di hadapannya. Dan kini aku tau, ekspresi apa yang sedang terpampang pada wajah cantik istriku ini.“Hei, kamu kelihatan gelisah.” Kataku sambil mendongakkan wajahnya.“Ya tentu saja.” Hanya itu jawabannya.Sontak aku memeluk perut besarnya yang di dalam sana ada buah hati kami.“Tenanglah, tidak akan terjadi apapun.” Aku berusaha menenangkannya. Aku tahu dia gelisah, gugup dan takut dengan operasi yang akan di jalaninya besok pagi.“Aku takut Rey.”Aku tersenyum, masih dengan memeluk perutnya, selama aku mengenal Clara, baru sekarang aku malihatnya serapuh
Reynald terbangun saat cahaya mentari seakan menelusup ke dalam kelopak matanya. Ia Mengedip-ngedipkan matanya mencoba membiasakan diri dari sinar yang menerangi ruangan ini.Dilihatnya ranjang sebelahnya ternyata sudah kosong, Reynald tersenyum, tentu Clara sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuknya, bukankah wanita itu adalah wanita yang berbeda saat ini?Reynald melompat bangun, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan pergi ke dapur tempat yang di yakini ada Clara di sana.Saat kakinya sampai di area dapur, ia tercenung melihat seorang wanita yang tengah sibuk dengan berbagai macam peralatan dapurnya. Dulu, ia selalu membayangkan wanita itu adalah Dina, wanita yang akan selalu membangunkannya dari tidurnya, wanita yang akan selalu memakaikan dasi untuknya, wanita yang akan selalu memasak makanan enak untuknya, Tapi nyatanya Tuhan berkata lain.Secepat membalik telapak tangan takdirnya di tentukan. Hanya karena ingin menolong sang mama,
Clara membuka mata dan mendapati lengan seseorang melingkari tubuhnya. Telapak tangan besar itu tepat berada di atas perutnya yang kini sudah sedikit berbentuk. Selalu seperti ini yang terjadi selama tiga bulan terakhir ketika mereka pindah ke rumah baru yang di hadiahkan Reynald untuknya.Clara membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki di hadapannya ini tidur dengan sangat pulas. Ahh mungkin Reynald kecapekan. Beberapa hari ini Reynald memiliki proyek kerja di luar kota, tapi nyatanya Reynald selalu kembali ke jakarta malam harinya karena tak ingin berpisah dengan Clara. Sungguh, Lelaki ini sangat manis.Tiba-tiba Clara teringat pada malam itu, malam dimana Reynald menyatakan perasaan cintanya tiga bulan yang lalu..Malam itu....“Kenapa? Apa bedanya?” Tanyanya pada saat itu.Reynald lalu membalikkan tubuhnya, membuatnya menatap Reynald seketika. “Karena kamu.&rd
Sampai di rumah, Reynald segera masuk dan menuju ke dapur untuk membawa barang belanjaannya. Ternyata di sana sudah ada Sang Mama yang sibuk memberi interuksi pada menantunya.‘Ehhmmm..’ Suara deheman yang di buat Reynald membuat Clara dan sang Mama menoleh ke arahnya.“Ehh kamu sudah pulang Rey?” Sapa sang mama, sedangkan Clara membali mempalingkan wajahnya ke arah panci di hadapannya.Reynald mengerutkan keningnya tak suka dengan sikap cuek yang di tampilkan Clara. “Sedang buat apa Ma?”“Clara minta di ajarin masak, Saat ini kami sedang buat sayur asem, dia mau makan yang asem-asem katanya.” Kata Allea menjelaskan sedangkan Clara sendiri masih sibuk dengan panci di hadapannya dan tak menghiraukan semua orang yang sedang ada di dapur.Reynald hanya menatap punggung Clara dengan tatapan anehnya. Ada yang aneh dengan wanita di hadapannya itu. Clara seperti sedang menghindari kontak mata
Selalu gugup, gelisah, Deg degan, dan sedikit salah tingkah, itulah yang di rasakan Clara pada saat ini ketika duduk dan berusaha sesantai mungkin di sebelah Reynald. Ia tak mengerti apa yang terjadi tadi malam. Reynald mencumbunya sepanjang malam, Bibir lelaki itu tak berhenti mengucap kata sayang pada dirinya. Dan Clara benar-benar merasa di sayangi tadi malam.Tapi pagi ini lelaki itu kembali pada mode datarnya seperti tak terjadi apapun di antara mereka, meski tentu saja perhatian Reynald tak berkurang sedikitpun, Reynald kini bahkan mengemudikan mobilnya dengan hanya sebelah tangannya karena sebelahnya lagi sedang sibuk menggenggam jari jemari milik Clara.“Rey, aku mau ke apartemen.”Reynald sedikit terkejut. “Kenapa ke sana?”“Aku mau ketemu sama Mily.”“Nanti, kita pulang dulu. Kamu harus istirahat. Lagi pula kita harus memberitau kabar bahagia ini pada keluargaku.”Clara hanya menghela
Reynald masuk ke dalam kamar Clara dan mendapati wanita itu naik di atas kursi riasnya untuk meraih sesuatu yang berada di atas lemari pakaiannya.Seketika itu juga Reynald berlari menghampiri Clara sambil sedikit berteriak.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald memeluk kaki Clara, takut jika wanita di hadapannya itu terjatuh.“Aku mau mengambil kardus kecil itu.”“Cepat turun. Kamu harus menghilangkah kebiasaanmu yang ceroboh ini Cla..”“Ceroboh? Enak saja kamu bilang aku ceroboh.”“Sudah jangan banyak bicara, sekarang cepat turun, atau aku dengan paksa akan menurunkanmu.”“Okay, Mr. Protective.” Dengus Clara.Akhirnya Clarapun turun di bantu dengan Reynald. Lalu kini gantian Reynald yang menaiki kursi tersebut dan mengambil kardus yang di maksudkan Clara.“Memangnya apa isinya? Sampa-sampai kamu bela-belain naik kursi segala.&
Sungguh sangat menjengkelkan, setidaknya itu yang di rasakan Clara. Bagaimana tidak, semenjak keluar dari rumah sakit tadi, Reynald tak berhenti menggenggam tangannya, bahkan ketika mereka berjalan bersama, tangan Reynald tak berhenti melingkari pingggangnya.“Rey, kamu bisa lepasin nggak?” Tanya Clara sedikit kesal. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran. Tertu saja Reynald yang sejak tadi sibuk mengajak Clara ke sana, katanya Clara harus sering-sering makan mengingat porsi makan Clara yang tak bisa banyak.“Enggak.” Jawab Reynald dengan Cuek dan masih setia menggandeng pinggang Clara sambil berjalan menuju ke sebuah Private Room yang di sediakan restoran tersebut.Dengan kekesalan yang sudah mengakar di kepalanya Clara mengangkat sebelah kakinya dan menginjak keras-keras kaki milik Reynald.Reynald meringis kesakitan sambil sesekali terpincang-pincang.“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Reynald y
Clara masih tak ingin keluar dari dalam bathup kamar mandinya. Di dalam sana begitu segar, semua otot tegangnya seakan rileks kembali. Sikap kucing-kucingan Dina dan Reynald yang membuatnya ingin meledak-ledak seakan hilang begitu saja. Ahhh jika tahu begini sangat nyaman, ia akan berendam sepanjang malam di dalam kamar mandi.Saat matanya mulai sayu-sayu, Clara terkejut saat mendengar suara yang sangat nyaring dari arah pintu kamar mandinya.‘Bruaaaakkkk’Clara terbangun seketika sambil menutupi seluruh tubuh polosnya dengan kedua belah tangannya. Clara ingin berteriak tapi di urungkan niatnya saat melihat Reynald yang sudah terduduk di hadapannya dengan wajah khawatirnya.“Kamu nggak apa-apa kan? Kamu nggak apa-apa kan?” kata-kata itu terucap berkali-kali dari bibir Reynald tanpa menghilangkan ekspresi khawatir dari raut wajah lelaki tersebut.“Aku? Memangnya aku kenapa?” Tanya Clara dengan wajah bingu
Reynald menjalankan mobilnya sepelan mungkin. Ia takut jika Clara benar-benar hamil dan bayinya akan terganggu karena mendapatkan sedikit guncangan akibat mengendarai mobil yang melaju cukup cepat.Sesekali Reynald melirik ke arah perut Clara. Benarkah wanita di sebelahnya ini sedang hamil? Mengandung anaknya? Ahh Sial!! Ia benar-benar harus segera memastikannya.Lagi-lagi Reynald tak kuasa menahan diri untuk melirik kearah wanita di sebelahnya tersebut.“Kamu kenapa? Risih tau nggak.” ucap Clara yang memang sejak tadi merasa sedang di perhatikan oleh Reynald.“Enggak, Kupikir kamu kedinginan, bajumu terbuka.” Reynald mengelak dengan memberikan jawaban seadanya.“Ya, aku memang kedinginan.” Jawab Clara jujur. Sejak tadi Clara memang sedikit kedinginan. Tentu saja, Tadi Reynald menggendongnya begitu saja tanpa membiarkan Clara mengganti pakaiannya terlebih dahulu.Reynald lalu menepikan dan menghentik