Reynald keluar dengan kekesalannya. Kesal? Apa yang membuatnya kesal? Entah lah.. yang jelas saat ini Reynald merasa bahwa ia ingin meledak-ledak. Astaga.. itu benar-benar bukan dirinya.
Sesekali Reynald menoleh ke belakang. Sialan!! Bahkan Clara tak mengejarnya. Mengejar? Ayolah Rey, Untuk apa wanita sialan itu mengejarmu? Bukankah di dalam sana sudah ada kekasih yang sedang menemaninya? Lalu untuk apa lag kau memikirkan wanita sialan itu??
Reynald mengacak rambutnya dengan frustasi. Sial! benar-benar sial!
Tadi setelah Brandon keluar dari ruangannya, Reynald bergegas mencari makan siang. Entah kenapa saat ia makan di sebuah restoran, Bayangan akan diri Clara masuk begitu saja dalam benaknya. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi Reynald memutuskan untuk mengirim Clara makan siang.
Saat sampai di apartemen milik Clara ternyata di dalam lift dia bertemu dengan Mily, Akhirnya mereka sepakat untuk masuk ke dalam apartemen Clara bersama, namun nya
Reynald melemparkan diri di atas sofa ruang tamu Clara, matanya menatap langit-lagit Apartemen tersebut. Seharian ini ia selalu memikirkan Clara, tak ada nama Dina sedikitpun dalam benaknya, apa semudah inikah melupakan Dina?? Jika ia maka Reynald akan selalu melakukan hal ini. Selalu menempel pada Clara hingga dirinya bisa melupakan wanita yang di cintainya tersebut.Lalu bagaimana jika perasaannya pada Clara berubah? Bagaimana jika ia mulai mencintai wanita menyebalkan tersebut?Cinta? Ahh yang benar saja, ia tak mungkin mencintai wanita seperti Clara. Jika hanya sekedar suka, mungkin saja, Reynald tak menampik jika ia suka bahkan tertarik dengan wanita tersebut, tapi jika Cinta? Astaga... Bahkan Reynald dapat dengan jelas menilai, mana wanita yang patut di cintai dan mana wanita yang ‘hanya’ bisa di Sukai.Reynald tersentak ketika mendapati pintu kamar Clara terbuka dan menampilkaan sosok Clara yang hanya mengenakan Camisole dan Hotpa
Clara masih terdiam walau mereka kini sudah berada di dalam mobil Reynald namun tetap saja kecanggungan masih saja menyelimuti di antara mereka.“Kita pulang atau kemana?” tanya Reynald memecah keheningan.“Pulang saja.” Clara menjawab dengan ekspresi sedatar mungkin, padahal saat ini jantungnya masih memoma cepat entah karena dekat dengan Reynald atau memang karena jantungnya kini memiliki kelainan.“Kita makan siang dulu.”“Aku nggak makan siang, kamu tau kan?”“Berhenti melakukaan diet sialan itu. pokoknya siang ini kita makan bersama.”Clara mendengus kesal. Sejak kapa Reynald mampu membuatnya menjadi wanita penurut seperti saat ini? Ahh Sial!! Lelaki di sebelahnya ini benar-benar lelaki yang mampu menjungkir balikkan perasaannya.***Mereka berhenti di sebuah restoran, bukan restoran mewah karena Reynald memang sengaja mengajak Clara ke restoran biasa-
Siang itu Clara sudah di perbolehkan kembali pulang dengan Reynald tentunya. Masih saling berdiam diri karena tak tahu juga apa yang akan di bicarakan. Akhirnya saat Reynald membelok kan mobilnya ke arah lain yang berlawanan menuju ke Apartemennya, Clara mulai angkat bicara.“Kamu nggak hilang ingatan kan Rey? Arah apartemenku bukan ke sini.”“Ya, siapa yang bilang kita akan ke Apartemenmu.”Clara mengangkat sebelah alisnya. “Lalu?”“Kita ke rumahku. Mama tahu kamu sakit, dan dia meminta untuk mampir ke sana saat kamu pulang.”“Mau apa ke sana?”“Sepertinya dia sedang memasakkan mu makanan.”“Rey, Aku sakit karena terlalu banyak makan, apa kamu sengaja mau buat aku masuk rumah sakit lagi?”Dan meledaklah tawa Reynald. “Baru kali ini aku mendengar orang sakit karena terlalu banyak makan. Dan kamu tenang saja, Mama cukup tahu apa
Hari demi hari di lalui dengan banyak sekali cerita indah, cerita menjengkelkan bagi Reynald dan Clara. Cerita dari mereka melakukan Prewedding, memilih gedung untuk resepsi, dan lain sebagainya.Hingga tak terasa tibalah hari itu. Hari dimana Reynald akan mengucapkan kaliamat ijab qobul di depan semua orang yang hadir pada acara tersebut.Setelah melakukan perdebatan sengit, akhirnya di putuskan jika acara sakral tersebut akan di lakukan di kediaman orang tua Clara. Clara yang awalnya menolak mentah-mentah akhirnya menuruti apa mau Reynald dan kedua orang tuanya setelah Reynald melakukan serangkaian ancaman mulai dari membatalkan pernikahan dan lain sebagainya.Tentu saja Clara tak bisa berkutik. Mau di taruh di mana mukanya jika pernikahan ini akan batal, sedangkan beberapa awak media saja sudah memberitakannya di beberapa situs berita online maupun di tv nasional. Ahh sial!! Clara benar-benar tak bisa berkutik.Saat mengingat hal tersebut Reynald terse
Clara melemparkan diri ke atas ranjang besar kamarnya. Ahh Akhirnya semua prosesi pernikahannya selesai juga, mulai dari Akad nikah, upacara Adat dan Resepsi yang membuat kakinya pegal. Bahkan tadi saat melepaskan gaun pengantinnya saja Clara benar-benar terlihat tak sabar. Ia hanya ingin cepat-cepat tidur karena terlalu lelah.Belum lagi jantungnya yang tak berhenti berdebar-debar karena sosok yang seharian ini selalu di sebelahnya. Ya, siapa lagi jika bukan Reynald. Ahhh lelaki itu benar-benar membuatnya Gila.Tak lama, Clara melihat pintu kamar mandinya terbuka. Dan tampaklah sosok Reynald dengan rambut basahnya, dada telanjangnya dan juga wajah tampannya yang terlihat lebih segar. Sial!!! Lelaki itu kembali membuat jantungnya berdebar tak menentu.“Kamu nggak mandi?” tanya Reynald sambil menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk.“Nggak, aku capek.” Clara menjawab dengan nada yang di buatnya ketus.“
Di bandara...Reynald tak berhenti melingkarkan lengannya pada pinggang Clara. Ya bagaimna tidak, wanita di sebelahnya kini menjadi pusat perhartian karena pakaian yang di kenakannya seperti pakaian yang kekurangan bahan.“Lain kali buang bajumu yang seperti ini.” Desis Reynald dengan tajam.“Apa maksudmu?”“Kamu nggak tahu kalau sejak tadi kamu jadi pusat perhatian?”“Hello.. Aku ini Model papan atas, tentu saja mereka mengenalku, makanya aku jadi pusat perhatian.”“Kamu terlalu percaya diri, mereka hanya memperhatikan tubuhmu yang terekspos.”“Kamu terlalu kuno Rey, masih mending aku nggak pakai Bikini tadi.”“Sial!” Umpat Reynald pelan.***Jam Sebelas malam pun akhirnya tiba. Clara sudah bersiap-siap di dalam kamar hotel untuk menuju ke pesta yang di adakan oleh teman-teman Reynald. Sedangkan Reynald send
Andra masih terduduk dengan tatapan kosongnya, sedangkan Indri masih mengobati lebam-lebam di wajah kakak kembarnya tersebut karena pukulan keras dari Reynald. Sesekali Andra meringis saat dengan sengaja Indri menyentuh lukanya tersebut dengan sedikit lebih keras.“Gue bener-bener nggak habis pikir sama lo Bang, bisa-bisanya lo cium Istri orang sembarangan, kalau sampai karena ini Reynald nggak mau temenan sama gue lagi, gue nggak mau ngomong sama lo lagi.” Cerocos Indri pada Andra yang masih diam dengan tatapan kosongnya.“Apa tadi itu bener Rista Ndri? Clarista?”“Iya, memangnya kenapa? Jelas tertulis dalam undangan Akad nikahnya seperti itu.”“Dia Cantik.”“Sinting lo Bang. Ahh Gue malas kalo Lo bawa-bawa masa lalu nggak jelas.” Lagi-lagi Indri berbicara dengan nada kesalnya.Clarista... Sosok yang menyedihkan bagi Andra dan Indri, mereka mengenal Rista atau yang saat ini b
Andra masih saja mondar-mandi di depan pintu kamar Clara dan Reynald. Ia ingin meminta maaf, tapi jantungnya masih saja tak berhenti berdetak cepat. Entahlah, apa mungkin ia tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Clara malam ini? Astaga, yang benar saja. Ia tak mungkin jatuh cinta pada wanita yang baginya dulu menyedihkan, belum lagi status Clara yang saat ini sudah menjadi istri orang. Ahh sialan!! Andra merasakan perasaannya benar-benar kacau.Akhirnya dengan berani ia mengetuk pintu kamar Clara, sekali, dua kali, masih tak ada yang membukanya. Andra kembali mengetuknya sedikit lebih keras lagi, akhirnya ketukan ke Empat, Pintu kamar tersebut terbuka menampilkan sosok yang semakin membuat jantung Andra seakan melompat dari tempatnya.***Clara berdiri ternganga mendapati Andra di depan pintu kamarnya. Andra memang tampak berbeda dengan Andra yang di kenalnya dulu. Tentu saja, terakhir kali mereka bertemu adalah kelulusan SM
-Reynald-Aku menatap wanita yang sedang duduk di pinggiran ranjang dan sedang sibuk melipati bajunya memasukkannya ke dalam sebuah tas yang sudah di siapkannya. Wajahnya menunduk, aku tak tahu ekspresi apa yang di tampakkannya.Dengan santai aku berjalan menuju ke arahnya, berjongkok tepat di hadapannya. Dan kini aku tau, ekspresi apa yang sedang terpampang pada wajah cantik istriku ini.“Hei, kamu kelihatan gelisah.” Kataku sambil mendongakkan wajahnya.“Ya tentu saja.” Hanya itu jawabannya.Sontak aku memeluk perut besarnya yang di dalam sana ada buah hati kami.“Tenanglah, tidak akan terjadi apapun.” Aku berusaha menenangkannya. Aku tahu dia gelisah, gugup dan takut dengan operasi yang akan di jalaninya besok pagi.“Aku takut Rey.”Aku tersenyum, masih dengan memeluk perutnya, selama aku mengenal Clara, baru sekarang aku malihatnya serapuh
Reynald terbangun saat cahaya mentari seakan menelusup ke dalam kelopak matanya. Ia Mengedip-ngedipkan matanya mencoba membiasakan diri dari sinar yang menerangi ruangan ini.Dilihatnya ranjang sebelahnya ternyata sudah kosong, Reynald tersenyum, tentu Clara sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuknya, bukankah wanita itu adalah wanita yang berbeda saat ini?Reynald melompat bangun, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan pergi ke dapur tempat yang di yakini ada Clara di sana.Saat kakinya sampai di area dapur, ia tercenung melihat seorang wanita yang tengah sibuk dengan berbagai macam peralatan dapurnya. Dulu, ia selalu membayangkan wanita itu adalah Dina, wanita yang akan selalu membangunkannya dari tidurnya, wanita yang akan selalu memakaikan dasi untuknya, wanita yang akan selalu memasak makanan enak untuknya, Tapi nyatanya Tuhan berkata lain.Secepat membalik telapak tangan takdirnya di tentukan. Hanya karena ingin menolong sang mama,
Clara membuka mata dan mendapati lengan seseorang melingkari tubuhnya. Telapak tangan besar itu tepat berada di atas perutnya yang kini sudah sedikit berbentuk. Selalu seperti ini yang terjadi selama tiga bulan terakhir ketika mereka pindah ke rumah baru yang di hadiahkan Reynald untuknya.Clara membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki di hadapannya ini tidur dengan sangat pulas. Ahh mungkin Reynald kecapekan. Beberapa hari ini Reynald memiliki proyek kerja di luar kota, tapi nyatanya Reynald selalu kembali ke jakarta malam harinya karena tak ingin berpisah dengan Clara. Sungguh, Lelaki ini sangat manis.Tiba-tiba Clara teringat pada malam itu, malam dimana Reynald menyatakan perasaan cintanya tiga bulan yang lalu..Malam itu....“Kenapa? Apa bedanya?” Tanyanya pada saat itu.Reynald lalu membalikkan tubuhnya, membuatnya menatap Reynald seketika. “Karena kamu.&rd
Sampai di rumah, Reynald segera masuk dan menuju ke dapur untuk membawa barang belanjaannya. Ternyata di sana sudah ada Sang Mama yang sibuk memberi interuksi pada menantunya.‘Ehhmmm..’ Suara deheman yang di buat Reynald membuat Clara dan sang Mama menoleh ke arahnya.“Ehh kamu sudah pulang Rey?” Sapa sang mama, sedangkan Clara membali mempalingkan wajahnya ke arah panci di hadapannya.Reynald mengerutkan keningnya tak suka dengan sikap cuek yang di tampilkan Clara. “Sedang buat apa Ma?”“Clara minta di ajarin masak, Saat ini kami sedang buat sayur asem, dia mau makan yang asem-asem katanya.” Kata Allea menjelaskan sedangkan Clara sendiri masih sibuk dengan panci di hadapannya dan tak menghiraukan semua orang yang sedang ada di dapur.Reynald hanya menatap punggung Clara dengan tatapan anehnya. Ada yang aneh dengan wanita di hadapannya itu. Clara seperti sedang menghindari kontak mata
Selalu gugup, gelisah, Deg degan, dan sedikit salah tingkah, itulah yang di rasakan Clara pada saat ini ketika duduk dan berusaha sesantai mungkin di sebelah Reynald. Ia tak mengerti apa yang terjadi tadi malam. Reynald mencumbunya sepanjang malam, Bibir lelaki itu tak berhenti mengucap kata sayang pada dirinya. Dan Clara benar-benar merasa di sayangi tadi malam.Tapi pagi ini lelaki itu kembali pada mode datarnya seperti tak terjadi apapun di antara mereka, meski tentu saja perhatian Reynald tak berkurang sedikitpun, Reynald kini bahkan mengemudikan mobilnya dengan hanya sebelah tangannya karena sebelahnya lagi sedang sibuk menggenggam jari jemari milik Clara.“Rey, aku mau ke apartemen.”Reynald sedikit terkejut. “Kenapa ke sana?”“Aku mau ketemu sama Mily.”“Nanti, kita pulang dulu. Kamu harus istirahat. Lagi pula kita harus memberitau kabar bahagia ini pada keluargaku.”Clara hanya menghela
Reynald masuk ke dalam kamar Clara dan mendapati wanita itu naik di atas kursi riasnya untuk meraih sesuatu yang berada di atas lemari pakaiannya.Seketika itu juga Reynald berlari menghampiri Clara sambil sedikit berteriak.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald memeluk kaki Clara, takut jika wanita di hadapannya itu terjatuh.“Aku mau mengambil kardus kecil itu.”“Cepat turun. Kamu harus menghilangkah kebiasaanmu yang ceroboh ini Cla..”“Ceroboh? Enak saja kamu bilang aku ceroboh.”“Sudah jangan banyak bicara, sekarang cepat turun, atau aku dengan paksa akan menurunkanmu.”“Okay, Mr. Protective.” Dengus Clara.Akhirnya Clarapun turun di bantu dengan Reynald. Lalu kini gantian Reynald yang menaiki kursi tersebut dan mengambil kardus yang di maksudkan Clara.“Memangnya apa isinya? Sampa-sampai kamu bela-belain naik kursi segala.&
Sungguh sangat menjengkelkan, setidaknya itu yang di rasakan Clara. Bagaimana tidak, semenjak keluar dari rumah sakit tadi, Reynald tak berhenti menggenggam tangannya, bahkan ketika mereka berjalan bersama, tangan Reynald tak berhenti melingkari pingggangnya.“Rey, kamu bisa lepasin nggak?” Tanya Clara sedikit kesal. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran. Tertu saja Reynald yang sejak tadi sibuk mengajak Clara ke sana, katanya Clara harus sering-sering makan mengingat porsi makan Clara yang tak bisa banyak.“Enggak.” Jawab Reynald dengan Cuek dan masih setia menggandeng pinggang Clara sambil berjalan menuju ke sebuah Private Room yang di sediakan restoran tersebut.Dengan kekesalan yang sudah mengakar di kepalanya Clara mengangkat sebelah kakinya dan menginjak keras-keras kaki milik Reynald.Reynald meringis kesakitan sambil sesekali terpincang-pincang.“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Reynald y
Clara masih tak ingin keluar dari dalam bathup kamar mandinya. Di dalam sana begitu segar, semua otot tegangnya seakan rileks kembali. Sikap kucing-kucingan Dina dan Reynald yang membuatnya ingin meledak-ledak seakan hilang begitu saja. Ahhh jika tahu begini sangat nyaman, ia akan berendam sepanjang malam di dalam kamar mandi.Saat matanya mulai sayu-sayu, Clara terkejut saat mendengar suara yang sangat nyaring dari arah pintu kamar mandinya.‘Bruaaaakkkk’Clara terbangun seketika sambil menutupi seluruh tubuh polosnya dengan kedua belah tangannya. Clara ingin berteriak tapi di urungkan niatnya saat melihat Reynald yang sudah terduduk di hadapannya dengan wajah khawatirnya.“Kamu nggak apa-apa kan? Kamu nggak apa-apa kan?” kata-kata itu terucap berkali-kali dari bibir Reynald tanpa menghilangkan ekspresi khawatir dari raut wajah lelaki tersebut.“Aku? Memangnya aku kenapa?” Tanya Clara dengan wajah bingu
Reynald menjalankan mobilnya sepelan mungkin. Ia takut jika Clara benar-benar hamil dan bayinya akan terganggu karena mendapatkan sedikit guncangan akibat mengendarai mobil yang melaju cukup cepat.Sesekali Reynald melirik ke arah perut Clara. Benarkah wanita di sebelahnya ini sedang hamil? Mengandung anaknya? Ahh Sial!! Ia benar-benar harus segera memastikannya.Lagi-lagi Reynald tak kuasa menahan diri untuk melirik kearah wanita di sebelahnya tersebut.“Kamu kenapa? Risih tau nggak.” ucap Clara yang memang sejak tadi merasa sedang di perhatikan oleh Reynald.“Enggak, Kupikir kamu kedinginan, bajumu terbuka.” Reynald mengelak dengan memberikan jawaban seadanya.“Ya, aku memang kedinginan.” Jawab Clara jujur. Sejak tadi Clara memang sedikit kedinginan. Tentu saja, Tadi Reynald menggendongnya begitu saja tanpa membiarkan Clara mengganti pakaiannya terlebih dahulu.Reynald lalu menepikan dan menghentik