Clara melemparkan diri ke atas ranjang besar kamarnya. Ahh Akhirnya semua prosesi pernikahannya selesai juga, mulai dari Akad nikah, upacara Adat dan Resepsi yang membuat kakinya pegal. Bahkan tadi saat melepaskan gaun pengantinnya saja Clara benar-benar terlihat tak sabar. Ia hanya ingin cepat-cepat tidur karena terlalu lelah.
Belum lagi jantungnya yang tak berhenti berdebar-debar karena sosok yang seharian ini selalu di sebelahnya. Ya, siapa lagi jika bukan Reynald. Ahhh lelaki itu benar-benar membuatnya Gila.
Tak lama, Clara melihat pintu kamar mandinya terbuka. Dan tampaklah sosok Reynald dengan rambut basahnya, dada telanjangnya dan juga wajah tampannya yang terlihat lebih segar. Sial!!! Lelaki itu kembali membuat jantungnya berdebar tak menentu.
“Kamu nggak mandi?” tanya Reynald sambil menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk.
“Nggak, aku capek.” Clara menjawab dengan nada yang di buatnya ketus.
“
Di bandara...Reynald tak berhenti melingkarkan lengannya pada pinggang Clara. Ya bagaimna tidak, wanita di sebelahnya kini menjadi pusat perhartian karena pakaian yang di kenakannya seperti pakaian yang kekurangan bahan.“Lain kali buang bajumu yang seperti ini.” Desis Reynald dengan tajam.“Apa maksudmu?”“Kamu nggak tahu kalau sejak tadi kamu jadi pusat perhatian?”“Hello.. Aku ini Model papan atas, tentu saja mereka mengenalku, makanya aku jadi pusat perhatian.”“Kamu terlalu percaya diri, mereka hanya memperhatikan tubuhmu yang terekspos.”“Kamu terlalu kuno Rey, masih mending aku nggak pakai Bikini tadi.”“Sial!” Umpat Reynald pelan.***Jam Sebelas malam pun akhirnya tiba. Clara sudah bersiap-siap di dalam kamar hotel untuk menuju ke pesta yang di adakan oleh teman-teman Reynald. Sedangkan Reynald send
Andra masih terduduk dengan tatapan kosongnya, sedangkan Indri masih mengobati lebam-lebam di wajah kakak kembarnya tersebut karena pukulan keras dari Reynald. Sesekali Andra meringis saat dengan sengaja Indri menyentuh lukanya tersebut dengan sedikit lebih keras.“Gue bener-bener nggak habis pikir sama lo Bang, bisa-bisanya lo cium Istri orang sembarangan, kalau sampai karena ini Reynald nggak mau temenan sama gue lagi, gue nggak mau ngomong sama lo lagi.” Cerocos Indri pada Andra yang masih diam dengan tatapan kosongnya.“Apa tadi itu bener Rista Ndri? Clarista?”“Iya, memangnya kenapa? Jelas tertulis dalam undangan Akad nikahnya seperti itu.”“Dia Cantik.”“Sinting lo Bang. Ahh Gue malas kalo Lo bawa-bawa masa lalu nggak jelas.” Lagi-lagi Indri berbicara dengan nada kesalnya.Clarista... Sosok yang menyedihkan bagi Andra dan Indri, mereka mengenal Rista atau yang saat ini b
Andra masih saja mondar-mandi di depan pintu kamar Clara dan Reynald. Ia ingin meminta maaf, tapi jantungnya masih saja tak berhenti berdetak cepat. Entahlah, apa mungkin ia tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Clara malam ini? Astaga, yang benar saja. Ia tak mungkin jatuh cinta pada wanita yang baginya dulu menyedihkan, belum lagi status Clara yang saat ini sudah menjadi istri orang. Ahh sialan!! Andra merasakan perasaannya benar-benar kacau.Akhirnya dengan berani ia mengetuk pintu kamar Clara, sekali, dua kali, masih tak ada yang membukanya. Andra kembali mengetuknya sedikit lebih keras lagi, akhirnya ketukan ke Empat, Pintu kamar tersebut terbuka menampilkan sosok yang semakin membuat jantung Andra seakan melompat dari tempatnya.***Clara berdiri ternganga mendapati Andra di depan pintu kamarnya. Andra memang tampak berbeda dengan Andra yang di kenalnya dulu. Tentu saja, terakhir kali mereka bertemu adalah kelulusan SM
Hari-hari terakhir di Bali dilalui Clara dan Reynald tanpa gangguan apapun dari Andra. Karena setelah malam itu, esok paginya Andra dan Indri sudah kembali ke asalnya di Jogja. Sedikit tenang untuk Clara, tapi entah kenapa itu tak menghilangkan rasa posesif dari lelaki yang kini masih enggan menjauhkan lengannya dari pinggang Clara, Siapa lagi jika bukan Reynald.“Kamu apaan sih Rey, risih tau.”“Biar saja kenapa sih, mereka biar tahu kalo kita baru pulang bulan madu.”“Bulan madu apanya, cuma tiga hari aja, di Bali lagi, Model sekelas aku harusnya bulan madunya di Eropa, atau dimana gitu.” Gerutu Clara.“Ya, nanti kita bulan madu ke Eropa.” Ucap Reynald dengan nada datarnya.“Ehh ngapain kita pakek bulan madu, kita kan nggak nikah beneran.”Reynald memutar bola matanya jengah. Nggak nikah beneran apanya, kita kan sudah ngelakuin itu berkali-kali. Gerutu R
Boy berdiri seketika ketika melihat Clara berjalan ke arahnya. Wanita di hadapannya tersebut selalu tampak cantik dan mempesona untuknya. Secepat kilat Boy memeluk tubuh Clara ketika wanita di hadapannya tersebut sudah berada dekat dengannya.“Boy, kamu apaan sih.”“Astaga, aku kangen kamu, kamu kemana aja sih tiga hari ini?”Clara memutar bola matanya, “Aku ke Bali sama Reynald.”“Apa? Ngapain kamu kesana sama dia? Dia nggak ngapa-ngapain kamu kan??”“Tentu saja ngapa-ngapain lah, aku kan istrinya.”“Clara, aku nggak bercanda.” Boy mendesis tajam.“Hei, kamu pikir aku bercanda? Sudah deh, nggak usah bahas itu, aku cuma mau tahu kenapa kamu pengen ketemu, kamu tahu nggak, ponselku sampek eror karena terlalu banyak menerima pesan darimu.”“Aku kangen.”“Lebbay.”“Cla, kamu bisa nggak sih serius sedikit
Menjadi istri atau ibu rumah tangga yang baik bukanlah sesuatu yang pernah terpikirkan dalam benak Clara. Tentu saja, setelah ia mendapatkan tubuh proposialnya, ia lebih memilih menjadi Model profesional dengan tidak memikirkan hal-hal yang berbau rumah tangga. Tak ada lelaki atau cinta dalam hidupnya. Tak ada teman atau sesuatu yang berarti untuknya. Satu hal yang ia pikirkan hanyalah kesempurnaan yang membuatnya di puja banyak orang.Ya, beberapa tahun belakangan, Clara hanya hidup dengan membosankan seperti itu, seakan tak ada warna dalam hidupnya. Ia hanya mengejar kepopuleran yang semasa kecilnya tak pernah ia dapat. Sebisa mungkin ia menutup rapat masa lalunya dengan masa depan yang berbanding terbalik dengan masalalunya tersebut.Namun dalam waktu hampir hampir dua bulan terakhir ini semuanya berbeda, semuanya berubah. Ia memang belum menjadi istri yang baik untuk Reynald, suaminya kini. Tapi ada suatu kemauan untuk menjadi istri yang baik di hadapan lelaki ters
Cukup... Clara merasa sudah cukup dirinya terlena dengan segala yang ada pada diri Reynald.“Hentikan mobilnya.” Kata Clara tiba-tiba.“Kenapa?”“Aku bisa jalan kaki.”“Jalan kaki? Kenapa tiba-tiba ingin jalan kaki??”“Aparetmenku sudah dekat Rey, aku cuma ingin jalan kaki.”Dan Reynald tak dapat membantah lagi. Clara benar-benar menjadi sosok menyebalkan pagi ini. Sebenarnya ada apa dengan wanita itu? bukankah tadi malam mereka sudah bercinta dengan panas seperti biasanya? Lalu apa yang membuatnya berubah seperti itu?Reynald hanya mampu melihat Clara yang turun dari mobilnya dan berjalan di atas trotoar. Tanpa banyak bicara, Reynald mengikuti Clara yang berjalan di atas trotoar dengan menjalankan mobilnya pelan beriringan tepat di sebelah Clara.Clara tak menghiraukan apa yang di lakukan Reynald. Tapi ketika dia sudah berjalan sedikit jauh, Clara merasa r
Clara menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa dengan santainya seakan tak menghiraukan Mily yang menatapnya masih dengan ekspresi ternganga.“Jadi, kamu benar-benar sudah menyukainya?”“Sepertinya begitu.”“Lalu dia bagaimana?”“Ahh sudahlah, jangan bahas dia lagi, aku terlalu malas, aku kesini untuk menjauhinya Mil. Percuma saja kalau kamu selalu mengikatkanku dengannya.” Gerutu Clara.“Cla, ayolah, aku tahu kamu sedang ada masalah.”“Oke. Dia nggak menyukaiku. Apa kamu puas?”Kini wajah Mily nampak bingung. Apa mungkin seorang Reynald tak menyukai Clara sedangkan Mily tahu bagaimana perhatiannya seorang Reynald selama ini terhadap Clara. Reynald memang cenderung pendiam di mata Mily, tak pernah menampakan kemesraannya terhadap Clara, tapi siapapun rekan kerja Clara pasti tahu bagaimana perhatiannya sosok itu.Reynald selalu setia mengantar jemput Cla
-Reynald-Aku menatap wanita yang sedang duduk di pinggiran ranjang dan sedang sibuk melipati bajunya memasukkannya ke dalam sebuah tas yang sudah di siapkannya. Wajahnya menunduk, aku tak tahu ekspresi apa yang di tampakkannya.Dengan santai aku berjalan menuju ke arahnya, berjongkok tepat di hadapannya. Dan kini aku tau, ekspresi apa yang sedang terpampang pada wajah cantik istriku ini.“Hei, kamu kelihatan gelisah.” Kataku sambil mendongakkan wajahnya.“Ya tentu saja.” Hanya itu jawabannya.Sontak aku memeluk perut besarnya yang di dalam sana ada buah hati kami.“Tenanglah, tidak akan terjadi apapun.” Aku berusaha menenangkannya. Aku tahu dia gelisah, gugup dan takut dengan operasi yang akan di jalaninya besok pagi.“Aku takut Rey.”Aku tersenyum, masih dengan memeluk perutnya, selama aku mengenal Clara, baru sekarang aku malihatnya serapuh
Reynald terbangun saat cahaya mentari seakan menelusup ke dalam kelopak matanya. Ia Mengedip-ngedipkan matanya mencoba membiasakan diri dari sinar yang menerangi ruangan ini.Dilihatnya ranjang sebelahnya ternyata sudah kosong, Reynald tersenyum, tentu Clara sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuknya, bukankah wanita itu adalah wanita yang berbeda saat ini?Reynald melompat bangun, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan pergi ke dapur tempat yang di yakini ada Clara di sana.Saat kakinya sampai di area dapur, ia tercenung melihat seorang wanita yang tengah sibuk dengan berbagai macam peralatan dapurnya. Dulu, ia selalu membayangkan wanita itu adalah Dina, wanita yang akan selalu membangunkannya dari tidurnya, wanita yang akan selalu memakaikan dasi untuknya, wanita yang akan selalu memasak makanan enak untuknya, Tapi nyatanya Tuhan berkata lain.Secepat membalik telapak tangan takdirnya di tentukan. Hanya karena ingin menolong sang mama,
Clara membuka mata dan mendapati lengan seseorang melingkari tubuhnya. Telapak tangan besar itu tepat berada di atas perutnya yang kini sudah sedikit berbentuk. Selalu seperti ini yang terjadi selama tiga bulan terakhir ketika mereka pindah ke rumah baru yang di hadiahkan Reynald untuknya.Clara membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki di hadapannya ini tidur dengan sangat pulas. Ahh mungkin Reynald kecapekan. Beberapa hari ini Reynald memiliki proyek kerja di luar kota, tapi nyatanya Reynald selalu kembali ke jakarta malam harinya karena tak ingin berpisah dengan Clara. Sungguh, Lelaki ini sangat manis.Tiba-tiba Clara teringat pada malam itu, malam dimana Reynald menyatakan perasaan cintanya tiga bulan yang lalu..Malam itu....“Kenapa? Apa bedanya?” Tanyanya pada saat itu.Reynald lalu membalikkan tubuhnya, membuatnya menatap Reynald seketika. “Karena kamu.&rd
Sampai di rumah, Reynald segera masuk dan menuju ke dapur untuk membawa barang belanjaannya. Ternyata di sana sudah ada Sang Mama yang sibuk memberi interuksi pada menantunya.‘Ehhmmm..’ Suara deheman yang di buat Reynald membuat Clara dan sang Mama menoleh ke arahnya.“Ehh kamu sudah pulang Rey?” Sapa sang mama, sedangkan Clara membali mempalingkan wajahnya ke arah panci di hadapannya.Reynald mengerutkan keningnya tak suka dengan sikap cuek yang di tampilkan Clara. “Sedang buat apa Ma?”“Clara minta di ajarin masak, Saat ini kami sedang buat sayur asem, dia mau makan yang asem-asem katanya.” Kata Allea menjelaskan sedangkan Clara sendiri masih sibuk dengan panci di hadapannya dan tak menghiraukan semua orang yang sedang ada di dapur.Reynald hanya menatap punggung Clara dengan tatapan anehnya. Ada yang aneh dengan wanita di hadapannya itu. Clara seperti sedang menghindari kontak mata
Selalu gugup, gelisah, Deg degan, dan sedikit salah tingkah, itulah yang di rasakan Clara pada saat ini ketika duduk dan berusaha sesantai mungkin di sebelah Reynald. Ia tak mengerti apa yang terjadi tadi malam. Reynald mencumbunya sepanjang malam, Bibir lelaki itu tak berhenti mengucap kata sayang pada dirinya. Dan Clara benar-benar merasa di sayangi tadi malam.Tapi pagi ini lelaki itu kembali pada mode datarnya seperti tak terjadi apapun di antara mereka, meski tentu saja perhatian Reynald tak berkurang sedikitpun, Reynald kini bahkan mengemudikan mobilnya dengan hanya sebelah tangannya karena sebelahnya lagi sedang sibuk menggenggam jari jemari milik Clara.“Rey, aku mau ke apartemen.”Reynald sedikit terkejut. “Kenapa ke sana?”“Aku mau ketemu sama Mily.”“Nanti, kita pulang dulu. Kamu harus istirahat. Lagi pula kita harus memberitau kabar bahagia ini pada keluargaku.”Clara hanya menghela
Reynald masuk ke dalam kamar Clara dan mendapati wanita itu naik di atas kursi riasnya untuk meraih sesuatu yang berada di atas lemari pakaiannya.Seketika itu juga Reynald berlari menghampiri Clara sambil sedikit berteriak.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald memeluk kaki Clara, takut jika wanita di hadapannya itu terjatuh.“Aku mau mengambil kardus kecil itu.”“Cepat turun. Kamu harus menghilangkah kebiasaanmu yang ceroboh ini Cla..”“Ceroboh? Enak saja kamu bilang aku ceroboh.”“Sudah jangan banyak bicara, sekarang cepat turun, atau aku dengan paksa akan menurunkanmu.”“Okay, Mr. Protective.” Dengus Clara.Akhirnya Clarapun turun di bantu dengan Reynald. Lalu kini gantian Reynald yang menaiki kursi tersebut dan mengambil kardus yang di maksudkan Clara.“Memangnya apa isinya? Sampa-sampai kamu bela-belain naik kursi segala.&
Sungguh sangat menjengkelkan, setidaknya itu yang di rasakan Clara. Bagaimana tidak, semenjak keluar dari rumah sakit tadi, Reynald tak berhenti menggenggam tangannya, bahkan ketika mereka berjalan bersama, tangan Reynald tak berhenti melingkari pingggangnya.“Rey, kamu bisa lepasin nggak?” Tanya Clara sedikit kesal. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran. Tertu saja Reynald yang sejak tadi sibuk mengajak Clara ke sana, katanya Clara harus sering-sering makan mengingat porsi makan Clara yang tak bisa banyak.“Enggak.” Jawab Reynald dengan Cuek dan masih setia menggandeng pinggang Clara sambil berjalan menuju ke sebuah Private Room yang di sediakan restoran tersebut.Dengan kekesalan yang sudah mengakar di kepalanya Clara mengangkat sebelah kakinya dan menginjak keras-keras kaki milik Reynald.Reynald meringis kesakitan sambil sesekali terpincang-pincang.“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Reynald y
Clara masih tak ingin keluar dari dalam bathup kamar mandinya. Di dalam sana begitu segar, semua otot tegangnya seakan rileks kembali. Sikap kucing-kucingan Dina dan Reynald yang membuatnya ingin meledak-ledak seakan hilang begitu saja. Ahhh jika tahu begini sangat nyaman, ia akan berendam sepanjang malam di dalam kamar mandi.Saat matanya mulai sayu-sayu, Clara terkejut saat mendengar suara yang sangat nyaring dari arah pintu kamar mandinya.‘Bruaaaakkkk’Clara terbangun seketika sambil menutupi seluruh tubuh polosnya dengan kedua belah tangannya. Clara ingin berteriak tapi di urungkan niatnya saat melihat Reynald yang sudah terduduk di hadapannya dengan wajah khawatirnya.“Kamu nggak apa-apa kan? Kamu nggak apa-apa kan?” kata-kata itu terucap berkali-kali dari bibir Reynald tanpa menghilangkan ekspresi khawatir dari raut wajah lelaki tersebut.“Aku? Memangnya aku kenapa?” Tanya Clara dengan wajah bingu
Reynald menjalankan mobilnya sepelan mungkin. Ia takut jika Clara benar-benar hamil dan bayinya akan terganggu karena mendapatkan sedikit guncangan akibat mengendarai mobil yang melaju cukup cepat.Sesekali Reynald melirik ke arah perut Clara. Benarkah wanita di sebelahnya ini sedang hamil? Mengandung anaknya? Ahh Sial!! Ia benar-benar harus segera memastikannya.Lagi-lagi Reynald tak kuasa menahan diri untuk melirik kearah wanita di sebelahnya tersebut.“Kamu kenapa? Risih tau nggak.” ucap Clara yang memang sejak tadi merasa sedang di perhatikan oleh Reynald.“Enggak, Kupikir kamu kedinginan, bajumu terbuka.” Reynald mengelak dengan memberikan jawaban seadanya.“Ya, aku memang kedinginan.” Jawab Clara jujur. Sejak tadi Clara memang sedikit kedinginan. Tentu saja, Tadi Reynald menggendongnya begitu saja tanpa membiarkan Clara mengganti pakaiannya terlebih dahulu.Reynald lalu menepikan dan menghentik