Share

28. Pencapaian

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2024-05-27 16:01:11

Ashe Li meraih sebotol ramuan yang diberikan oleh Qu Cing dan segera meminumnya. Qu Cing melompat dengan menjadikan meja sebagai tumpuan, dan mendarat di belakang Ashe Li.

"Bersiaplah!" Anak itu menggenggam kedua telinga Ashe Li, dan cahaya hijau masuk menjelajah melewati lubang telinga hingga ke syaraf otot-ototnya.

Qu Cing memposisikan jari telunjuk dan ibu jari melingkar di belakang daun telinga Ashe Li, lalu bergerak memutar.

Ashe Li memejamkan mata merasakan sensasi hangat yang menggumpal di dalam telinga. Kemudian, Qu Cing memasukan jari kelingking ke lubang telinga gadis itu.

Setelah beberapa saat, dengan perlahan anak itu menarik jari kelingnya dan berkata kepada Ashe Li, "Apa kau sudah bisa mendengarku, sekarang?"

Spontan, gadis itu memeluk Qu Cing. "Terima kasih!" ucapnya. Kemudian, dia tersenyum dan berkata kepada teman-temannya.

"Mulai sekarang, jangan biarkan siapapun menindas kita lagi. Mari berjuang bersama untuk ujian kenaikan kelas!" Gadis itu mengacungkan kepalan tan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   29. Tiang kristal penguji

    Kesokan harinya di pagi hari, atas perintah sang wakil kepala perguruan, beberapa pengurus telah menyiapkan tiang kristal penguji untuk menguji ranah spiritual seluruh murid Perguruan Long Ji.Tujuannya yaitu untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan yang telah dicapai oleh setiap murid. Untuk kelas 1, murid yang berhasil mencapai ranah spiritual tingkat pertama tahap keenam atau lebih, akan naik ke kelas 2 dan berhak mengikuti ajang uji bakat. Yaitu berkesempatan menantang satu lawan satu, bebas memilih lawan yang diinginkan."Seluruh murid, diharap untuk berkumpul di halaman pelatihan untuk melaksanakan ujian!" ucap seorang pengurus terdengar dari suara gelombang batu spiritual yang terpasang di dinding pojok kelas.Semua murid pun berbondong-bondong ke halaman pelatihan dan berbaris sesuai dengan kelas masing-masing. Suara gemuruh mereka saling berbincang."Qu Cing, bagaimana dengan latihanmu?" tanya An Cang tampak khawatir teman satu kelasnya ini tidak bisa mencapai titik tahap keen

    Last Updated : 2024-05-28
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   30. Bau taik kucing

    Qu Cing menyunggingkan senyum. Dia sudah biasa mendapat hinaan itu dan terus melenggang maju tanpa memperdulikan ocehan Han Thu. Anak itu segera meletakan telapak tangan kanannya di tiang kristal penguji. Teman-teman sekelasnya, sangat menantikan hasil dari kristal penguji, termasuk Nie Lee yang saat ini masih mengawasi mereka dari atap perpustakaan.Whuuuuuuuuush!Kekuatan spiritual cahaya Qu Cing menggerakkan jarum pada tiang kristal penguji terus naik hingga ke titik ranah spiritual tingkat pertama tahap keenam. Pada titik itu, Qu Cing merasakan sesuatu yang aneh. Kekuatannya seperti ditahan oleh sesuatu, sehingga ia tidak bisa menaikan jarum pada tiang kristal penguji lebih tinggi."Ada apa ini?" Qu Cing terheran-heran.Talapak tangan kanan anak itu, tiba-tiba mengeluarkan suatu gumpalan asap berwarna coklat. Gumpalan itu berbau busuk seperti taik kucing."Cukup, Tuanku. Jangan memaksakan diri! Tarik kembali tanganmu atau bau busuk itu akan menyebar dan menghebohkan tempat ini!" k

    Last Updated : 2024-05-29
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   31. Unjuk bakat

    Dalam Kitab Sang Raja Kera dia pernah mempelajari bahwa kekuatan spiritual dapat dipatahkan hanya dengan menggunakan tenaga dalam. Hal ini berlaku hanya untuk orang-orang yang memiliki tenaga dalam yang kuat. Tak sia-sia berhari-hari Qu Cing berlatih di Hutan Lembah Siluman Kera.Sejak pertarungan dimulai, Qu Cing sudah terbayang-bayang segala gerakan lawan. "Sangat lemah!" gumamnya. Ia mendapati intensitas tenaga dalam kekuatan spiritualnya sangat sedikit. "Cukup hanya dengan satu ujung jari telunjuk!"Pyaaaar!Bola spiritual air terpecah menghilang tak bersisa.Mata Qu Cing menyipit. Ia bergerak satu langkah maju sembari melayangkan kakinya. "Sekarang, giliranku!" Anak itu memusatkan tenaga dalam pada tendangannya. Lalu menendang dada anak dari kelas 1D itu dengan kuat.Bugh!Anak kelas 1D itu terhempas hingga keluar ring. Tidak hanya itu, ia merasakan rongga dadanya sesak hingga pingsan."Oh, apakah aku menendangnya terlalu keras?" Qu Cing berlari menghampiri anak itu untuk melihat

    Last Updated : 2024-05-30
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   32. Melawan Du Bai

    Masih terlihat lemah! Batin Qu Cing saat melihat serangan lesatan beberapa bola api yang terbang melesat ke arahnya. Kekuatan spiritualnya sama sekali tidak berbobot."Kau seharusnya berlatih beberapa teknik untuk memperkuat tenaga dalam terlebih dahulu!" ujar Qu Cing saat berada di hadapan Ji Thu sembari melayangkan sebuah tinju.Buak!"Ugh, sial! Bagaimana dia bisa sekuat itu?!" gerutu Ji Thu tersangkut di atas pohon. Dia merasa sangat malu telah dikalahkan oleh bocah itu, sehingga lebih memilih pura-pura pingsan di atas pohon.Kekuatan spiritual tanpa tenaga dalam diumpamakan seperti daging tanpa tulang. Tulang yang kuat, akan membentuk otot-otot pada daging membentuk suatu daya tahan dan kekuatan yang besar.Ji Thu ataupun anak dari kelas 1D yang Qu Cing hadapi, adalah anak-anak yang terlalu fokus berlatih kekuatan spiritual. Mereka melupakan dasar yang lebih penting, sehingga dapat dengan mudah dikalahkan."Luar Biasa!" gumam Du Bai. "Dia berkembang cepat dengan memahami dasar ke

    Last Updated : 2024-05-31
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   33. Mengaku kalah

    "Suara ini ...!" Du Bai berbalik sembari menghempaskan lengan ke belakang. Kekuatan tenaga dalamnya cukup berbobot. Meskipun ia mengenali suara itu, ia tak ragu menyerang. "Aku tidak akan mengaku kalah tanpa mencoba beberapa serangan!" ucapnya.Hap!Qu Cing menangkis lengan Du Bai dengan punggung tangan, lalu menghempaskan lutut ke depan mengenai perutnya. Setelah Du Bai membungkuk kesakitan memegang perut, Qu Cing menggerakkan siku dari atas ke bawah mengenai punggung anak itu.Buak!Du Bai tertohok memuntahkan darah. Hampir saja ia terjatuh, tangan kirinya menahan ke lantai. Kepalanya mendongak menatap Qu Cing. "Hebat! Benar-benar hebat!" ucapnya menyunggingkan senyum menampakkan giginya yang penuh darah. Kemudian, anak itu berguling mundur menjaga jarak dengan Qu Cing dan bangkit seraya berkata, "sekarang, coba hentikan ini!" Dia mengeluarkan seratus bola cahaya. Bola-bola itu melayang tinggi, lalu melesat cepat secara berbondong-bondong menghujani Qu Cing.Di samping itu, Qu Cing

    Last Updated : 2024-06-08
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   34. Melawan Dewi Chin

    Tubuh Bau Ba Chin terdorong hingga keluar ring pertempuran dan menghancurkan pedang api milik Chin Cong di luar ring. Dia pun berkata kepada gadis itu sembari tersenyum tipis, "selamat, kau mengalahkanku!""Apa-apaan ini?" Dahi Chin Cong berkerut. Ia merasa tidak terima menang dengan cara wseperti itu. "Apa kau sedang mempermainkanku?" gertaknya mengepal kedua tangan."Mempermainkanmu? Aku sama sekali tidak ada maksud seperti itu," sahut Bau Ba Chin."Cih!" Chin Cong mengeluarkan sebuah pedang api yang lebih besar dari sebelumnya. Ia menggenggam erat pedang itu dan mengarahkannya ke leher Bau Ba Chin yang berada di luar ring. "Bertarunglah dengan benar!"Bau Ba Chin pun menatap gadis itu tanpa rasa takut. "Bintang panggung unjuk bakat kali ini adalah saudaraku, Qu Cing. Kau seharusnya menantangnya bertarung, bukan menantangku!""Qu Cing? Haha!" ejek Chin Cong tertawa. "Apa yang bisa dia lakukan? hanya sebuah trik murahan! Ckck.""Trik murahan?" Gigi Bau Ba Chin menggertak kesal dengan

    Last Updated : 2024-06-14
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   35. Kekalahan Dewi Chin

    Baam! Baam! Baam!Seribu bola api menyerbu tak henti. Qu Cing masih di tempat tak goyah sedikitpun. Lapisan bola cahaya menahan serangan itu dengan kokoh. Sampai lesatan terakhir, Chin Cong mengejutkan Qu Cing dengan serangan pedang api membara.Whuuuuuush!Tiba-tiba, dalam benak Qu Cing terbayang-bayang sebuah tulisan yang menerangkan tentang teknik pelindung. Tentu saja tulisan itu berasal dari Kitab Sang Raja Kera yang telah diserapnya.Menambah lapisan elemen spiritual dapat memperkuat pertahanan. Namun, Qu Cing menemukan sesuatu yang lebih menarik, yaitu memantulkan serangan. Dia bisa memantulkan serangan dengan teknik pelindung dengan sedikit gerakan dari dalam. Yakni, gerakan yang berbobot dan mampu menekan serangan tersebut dengan tenaga dalam."Bola cahaya seratus lapis!"Pelindung bola cahaya, menebal semakin kokoh. Kepalan kedua tangan Qu Cing yang menyatu, merenggang dan dia menyatukannya kembali dengan posisi telapak tangan seperti bertapa. Kemudian, anak itu melangkahkan

    Last Updated : 2024-06-22
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   36. Kemunculan Nie Lee

    "Ka-kau!" Mata Ben Cong melotot. Tubuhnya sedikit gemetar melihat sosok lelaki itu. "Nie Lee!"Padahal, dia telah menghancurkan tubuh dan wajahnya agar tidak ada siapapun yang bisa mengenalinya. Bagaimana bisa wajah dan postur tubuhnya kembali seperti sedia kala? Pikir Ben Cong."Siapa pria itu?" tanya Chin Cong kepada Qu Cing."Dia adalah guruku, Kepala Perguruan Lee," jawab Qu Cing meringis.Tak lama kemudian, Gu Wang datang mengekor Nie Lee. "Aku tidak boleh melewatkan pertunjukan menarik," gumamnya tersenyum simpul.Untuk memastikan bahwa itu benar-benar Nie Lee, Ben Cong beranjak mendekati lelaki itu. Lalu, ia menyerangnya dengan serangan kejutan.Whuuuuuush!Seratus ekor burung api, terbang cepat mengepakan sayap ke arah Nie Lee. Setiap satu kepakan sayap, mengeluarkan satu ring api yang akan langsung melesat ke arah target.Syuuut syuuut syuuut!Mata Nie Lee menyipit. Ia bersiap dengan posisi kuda-kuda. Menggerakkan salah satu tangannya ke depan. Kelima jari saling berhimpitan

    Last Updated : 2024-06-26

Latest chapter

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   82. Pusaran tornado

    Di garis depan, Qu Cing berlari dengan langkah cahaya, bergerak seperti kilat di antara musuh. Ia mememukul dan menusuk, meninggalkan jejak kekacauan. Matanya bersinar menembus kelemahan musuh. Tongkat saktinya berputar di tangannya, memancarkan energi yang membelah udara.Sementara Bau Ba Chin, tak jauh dari Qu Cing, bergerak sejajar dengan langkah bayangan. Mereka berlari beriringan menembus pasukan dengan cepat hingga ke barisan belakang."Aku akan membantu An Cang menghadapi Jendral Tao Cang. Kau, siapkanlah serangan kejutan untuk melemahkannya!" ucap Bau Ba Chin kepada Qu Cing.Qu Cing mengangguk. "Cepatlah! An Cang dalam bahaya!" Matanya melihat gadis itu tengah kesulitan menggerakan tubuhnya.Bau Ba Chin pun melangkah lebih dulu menghampiri An Cang. Tepat waktu dia berdiri di depan gadis itu sebelum pedang mencapainya.“Tangan raja kegelapan!” Bau Ba Chin menahan ujung pedang dengan telapak tangan kosong. Perlahan, angin yang menyelimuti pedang, meraung pergi, terkikis digantik

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   81. Ikatan angin

    Mata Tao Cang menyipit curiga. "Tidak datang sendiri katamu?" Ia melirik ke belakang dan terkejut melihat Qu Cing, Bau Ba Chin, Du Bai, We Ling, Shaka, dan Ashe Li berdiri dengan sikap siaga.“Ck ck," geram Tao Cang, amarahnya membuncah. Ia mengenali para murid dari Perguruan Long Ji, namun kehadirannya di sini, membela Klan Hawa, sungguh tak terduga.Shaka maju selangkah, menatap lurus ke arah Tao Cang. "Jendral, kau telah dibutakan oleh ambisi. Kekejamanmu tidak bisa dibenarkan. Kami di sini untuk menghentikanmu." Dia memandang sang jendral dengan tatapan muak. Tutur kata yang biasanya memanggil dengan sebutan ‘kakak', kini enggan terucap. Tak ada lagi rasa hormat pada dirinya terhadap Tao Cang.Tao Cang tertawa sinis. "Menghentikanku? Kalian anak-anak ingusan ini? Jangan bercanda. Ha ha ha! Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan!"Saat itulah Shaka membuat pengungkapan yang mengejutkan. "Jendral, gadis yang berdiri di hadapanmu adalah anak perempuan yang telah kau buang, A

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   80. Keadaan Klan Hawa

    “Apa yang kau pikirkan? Pemimpin klan tidak akan menyalahkan kita karena telah membunuh Bell Lee Yong,” tegas Nie Lee. “Bergabunglah dengan mereka, dan tunjukan bahwa anak-anak dari perguruan ini memiliki masa depan yang cemerlang!”“Tentu saja, Guru.” Qu Cing pun bergegas pergi bersama Bau Ba Chin menyusul yang lain.Sementara itu, di kediaman Klan Hawa, debu mengepul memenuhi angkasa, bercampur asap dari bangunan yang terbakar, melukiskan neraka di Kediaman Klan Hawa. Pekik kesakitan dan raungan amarah berbaur menjadi simfoni kematian yang memekakkan telinga.Di tengah kekacauan itu, Jenderal Tao Cang berdiri tegak, matanya menyala-nyala dengan ambisi yang membara. Pedangnya berlumuran darah, senyum sinis tersungging di bibirnya saat ia menyaksikan pasukannya merangsek maju, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka.Dinding-dinding kediaman, yang dulunya megah dan kokoh, kini penuh dengan retakan dan lubang menganga akibat hantaman kekuatan spiritual dan senjata. Mayat-maya

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   79. Kabar serangan Tao Cang

    Seketika We Ling merasa risih. “Pergilah ke kamarmu sendiri!” ucap gadis itu berpaling pergi.Sementara Du Bai masih berdiri di sana hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Terukir senyum di wajahnya, ia pun kembali ke tempat peristirahatan.Setelah mendapat izin dari kepala perguruan, Shaka menginap bermalam di kamar asrama Qu Cing. Bocah itu mempersilakannya untuk tidur di dipan, akan tetapi Shaka menolak.“Tidurlah! Aku akan tidur di tikar,” ujarnya. Tubuh lelaki itu dipenuhi luka. Dia terlelap sangat cepat, mungkin kelelahan. Tanpa sepengetahuannya, Qu Cing menyembuhkan seluruh luka yang diderita.Keesokan harinya, mereka terbangun dalam keadaan bugar dan sehat.“Apa yang terjadi pada tubuhku semalam?” ujar Shaka mendapati seluruh luka di tubuhnya menghilang. Matanya beralih menatap sebuah dipan tempat tidur Qu Cing yang telah kosong. Di mana anak itu? Pikirnya.Shaka bangun dan keluar dari kamar. Tampak seorang bocah sedang berlatih di halaman. Kilatan-kilatan, jejak bayangan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   78. Teknik Shi Lau

    Beberapa saat sebelumnya."Kak Shaka?"Saat Tao Cang mengayunkan pedangnya ke arah Shaka, Qu Cing segera memerintahkan sang tongkat sakti."Patahkan!" seru anak itu penuh amarah.Tongkat sakti pun melayang ke udara, membesar seperti batang pohon yang kokoh dan menjulang tinggi."Aku adalah sang raja tongkat. Benda pusaka legendaris tiada tanding!" Sang tongkat menghempas cepat menghantam pedang yang di genggam Tao Cang hingga terjatuh dan patah."Du Bai, tangkap ini!" Qu Cing melemparkan We Ling ke arah Du Bai yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan kekuatan sang tongkat."Hah? Apa?" jawab Du Bai linglung. Ia mendapati We Ling menjerit dan jatuh ke tanah dengan wajah melompong. "Ups, maaf. Aku tak fokus." Du Bai pun turun untuk membantu gadis itu.Di sisi lain, Qu Cing mengejar sang tongkat sembari menarik kainnya untuk menutupi wajah. Ia berdiri di ujung tongkat dengan gagah berani menatap tajam Tao Cang.“Si-siapa kau?” suara Tao Cang menggema, diwarnai kebingungan dan kemarahan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   77. Tongkat raksasa

    Sebuah pedang perak berkilau putih dikendalikan oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan baju zirah. Pedang perak itu melayang di atas dengan arah mata pedang tertuju ke arah tubuh We Ling, menampakkan raungan jiwa-jiwa yang telah banyak menelan korban.“Tieng An, kupersembahkan darah gadis muda ini kepadamu!” ucap si pria menyebut nama pedang itu.‘Pedang Tieng An?’ We Ling terbangun setengah sadar mendengar ucapan itu. Ia mengetahui, bahwa satu-satunya pemilik pedang perak bernama Tieng An adalah Jendral Tao Cang.We Ling terbaring tak berdaya di altar, rasa putus asa menyelubungi dirinya saat pedang perak meluncur dengan kecepatan yang mengguncang jiwanya. Ingin ia berteriak mengeluarkan seluruh kekuatannya, tapi suaranya tercegat. Tenggorokannya seperti tercekik terengah-engah dengan napas yang tak beraturan.Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti kesadarannya, We Ling merasakan kehadiran sesuatu yang lain, seolah ada cahaya yang ingin mengusir bayang-bayang gelap itu.Qu

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   76. Tumbal

    Beberapa saat sebelumnya, di kamar asrama putri, seseorang pria dengan pakaian hitam tertutup menyelinap masuk ke kamar We Ling.Gadis itu yang sedang tertidur lelap, dikagetkan oleh suara gesekan pintu yang terbuka. We Ling terbangun dalam keadaan bingung, otaknya masih berusaha menggapai kenyataan di sekelilingnya. Saat We Ling merasakan kekuatan tangan asing membungkam mulutnya, ketakutan meluap dalam dirinya. Dia berusaha melawan, tetapi pria berpakaian hitam itu terlalu kuat. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya menjadi gelap seiring dengan kesadarannya yang memudar.Saat We Ling terbangun kembali, dia mendapati dirinya berada di sekitar asrama putra. Angin malam berhembus kencang, dan suara deru dari jauh seolah mengiringi ketegangan di dalam dirinya. Dia merasa lemah, tetapi instingnya memberitahu bahwa dia harus bertindak cepat. Saat pria itu kembali berusaha membungkamnya, We Ling mengambil kesempatan. Dengan segenap tenaga, dia menghembuskan napasnya, mencoba mengeluarkan

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   75. Bersatu dengan raja kegelapan

    'Tanda itu ...' Mata sang raja kegelapan membulat. Seketika, firasat buruk yang terus menghantuinya sejak melihat tanda itu semakin kuat. Sebuah simbol misterius yang bisa melahap cahaya dan melenyapkan kegelapan."Tunggu!" kata raja kegelapan, membuat Qu Cing teralihkan."Bau Ba Chin benar-benar berteman baik dengan orang yang tepat. Aku berubah pikiran. Singkirkan tanganmu sekarang! Sesuai keinginan kalian, aku akan menyatukan diri dengan Bau Ba Chin," ujar sang raja kegelapan.Namun, saat dia berbicara, dia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menguasainya. Simbol matahari yang bersinar terang di telapak tangan kanan Qu Cing memancarkan kehangatan dan kekuatan yang tidak asing bagi sang raja kegelapan. Rasanya seperti cahaya matahari menusuk jiwanya, membuatnya rentan dan terpapar.'Bagaimana mungkin seorang bocah 9 tahun memiliki kekuatan seperti itu?' Pikirannya merinding. Dia bisa merasakan bayangan di sekelilingnya bergetar, seolah-olah bahkan mereka pun takut akan cahaya y

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   74. Menundukkan raja kegelapan

    Beberapa saat sebelumnya di alam bawah sadar Bau Ba Chin. Anak itu sedang berjuang keras untuk menaklukkan sang raja kegelapan.Namun, rupanya itu sangat sulit. Raja kegelapan sangat berambisi untuk menguasai tubuhnya. Beberapa kali Bau Ba Chin hendak melawan, itu justru berakibat melukai dirinya sendiri."Bagaimana mungkin? Aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya." Bau Ba Chin tertunduk merenung, wajahnya pucat dan nafasnya tersenggal-senggal. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya karena terkena serangannya sendiri."Ha ha ha. Dasar bodoh! Kekuatanmu belum cukup untuk bisa menghadapiku, Bocah! Ragamu ini juga masih terlalu lemah untuk menampung kekuatanku," kata sang raja kegelapan."Tunggu beberapa tahun lagi, ketikan tubuhmu sudah benar-benar matang, aku akan mengambil alih dan membalaskan dendam kepada seluruh Klan Dhulam. Aku akan menjadikan tanah kediaman mereka sebagai kuburan! Ha ha ha!" imbuh sang raja kegelapan.Kebangkitan sang raja kegelapan adalah malapetaka bagi Klan D

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status