"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" Elkan menghampiri dokter perempuan yang baru saja keluar dari kamar apartemennya."Tidak ada yang serius. Hanya saja Ibu Kalea kelelahan dan itu membuat kandungannya sempat keram. Untuk kedepannya tolong jangan terlalu kelelahan dan banyak pikiran. Apalagi usia kandungannya masih sangat muda.""Tapi calon anak saya juga baik-baik aja, kan?"Sang dokter mengangguk untuk kesekian kalinya. "Syukurlah keduanya baik-baik saja. Untuk obatnya sudah saya letakan di atas meja. Tolong dibantu untuk diminum secara teratur. Saya harus kembali ke rumah sakit karena ada pasien yang perlu ditangani.""Terimakasih. Kalau begitu mari saya antar ke depan."Elkan mengantarkan sang dokter sampai ke luar pintu apartemen. Memang sebelum ke sini Elkan sudah meminta agar seorang dokter datang ke alamat yang dikirimnya. Dia tidak ingin istri dan calon anaknya kenapa-napa.Mau tak mau Elkan dan Kalea memang harus pulang lebih awal dan meninggalkan pestanya. Ini karena perut
"Hoam..."Seorang pria terlihat menggeliat dari tidurnya. Ia meraba kasur di sampingnya namun hanya ada sebuah bantal. Sontak matanya langsung terbuka lebar dan merubah posisi menjadi duduk. Rasa kantuknya seketika hilang.Elkan, dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar. "Kalea!"Karena tak mendengar jawaban, pria itu segera bangkit dengan wajah bangun tidurnya. Ia berjalan menuju ke kamar mandi namun tak menemukan Kalea di sana. Hingga akhirnya Elkan memutuskan untuk mencari ke tempat lain.Masalahnya Kalea sedang sakit dan harus istirahat. Bagaimana jika Kalea pergi ke luar? Dengan cepat Elkan keluar dari kamar, namun aroma masakan dari dapur membuatnya berbelok. Terlihat sang istri yang tengah memunggunginya. Ternyata Kalea sedang memasak sesuatu. "Beb, kenapa gak bangunin aku?" kata Elkan terdengar manja, sambil memeluknya dari belakang."Ya ampun! Jangan ngagetin!""Kamu itu masih harus istirahat. Kenapa masak? Kita bisa delivery, atau kamu bisa minta aku yang masak.
'Ini lucu banget, ada bunga-bunga gitu.''Eh, tapi ini kayaknya lebih lucu. Gimana kalau ternyata bayinya cowok? Kayaknya kita harus cari warna biru.''El, bantu cari!'Elkan menggaruk kepalanya sesaat dan mengikuti sang istri yang kesana kemari menenteng baju bayi di tangannya. Ya, hari ini Elkan baru tau kalau wanita ini suka berbelanja. Setaunya Kalea tidak terlalu tertarik dengan hal seperti ini. Namun yang namanya perempuan, siapa yang tidak suka belanja? Eits... Bukan berarti Elkan melarang. Dia tidak masalah karena yang Kalea cari sejak tadi hanya perlengkapan calon anaknya. Lagipula dia bisa belanja sesuka hati selama tidak mencakup kata boros. Wanita itu bisa bersenang-senang dengan uangnya."Elkan! Dipanggil kenapa diem aja?"Pria itu seketika tersadar dari lamunannya. "Hah? Eh, ada apa, Beb?""Menurut kamu bagus yang mana? Pink atau biru?" tanya Kalea untuk kesekian kalinya."I think blue. Itu bisa dipakai boy or girl, jadi kamu gak usah khawatir. Atau kalau kamu mau kita
"Akhirnya kita bertemu lagi. Sekali lagi saya berterimakasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawa saya. Kalau kamu tidak ada saya mungkin sudah..."Kalea tersenyum kikuk menatap pria tua di hadapannya. "Sama-sama. Jangan dilebihkan, itu kebetulan karena saya ada di tempat kejadian. Yang penting kakek juga baik-baik saja. Sekarang kenapa Kakek ada di sini?""Saya baru saja memeriksa penyakit jantung saya. Kamu sendiri ada apa di rumah sakit?""Mau periksa kandungan. Suami saya masih di parkiran."Pria tua itu mengangguk kecil. "Ah, ternyata kamu sudah menikah."Tak lama mereka saling berbicara, pria tua itu harus pergi untuk mengambil obatnya. Jadi mereka berhenti mengobrol. "Semoga kita bisa bertemu lagi. Dan semoga bayi kamu baik-baik saja.""Terimakasih. Semoga Kakek juga sehat-sehat."Kalea tersenyum kecil menatap pria tua tadi yang pergi menuju ke tempat pengambilan obat. Beberapa saat kemudian Elkan menyusul Kalea sambil memasukan ponsel ke dalam kantongnya. Ya, dia sudah selesa
Saat ini keadaan menjadi sedikit canggung. Kalea menatap Elkan dan pria tua di hadapannya bergantian. Dia tidak menyangka jika orang itu adalah Kakeknya Elkan. Dan tentunya Kalea tau permasalah Elkan dengan keluarganya. Elkan bilang sang Kakek memang menentang pernikahannya, Kalea tau itu.Tau akan kebingungan Kalea, Elkan langsung memperjelas semua ini. Menatap Domini yang menampilkan wajah datar. "Ada apa Kakek di sini?""Jadi dia ini istri kamu?""Iya. Kalian sudah saling kenal?" Elkan mengangkat alisnya kemudian menatap Kalea. "Beb, kenapa kamu gak bilang kalau kamu kenal sama Kakek aku?""Aku mana tau kalau itu Kakek kamu."Domini menghela nafas kasar. "Saya tidak menyangka kalau kamu adalah perempuan yang Elkan nikahi. Siapa nama kamu? Kalea? Saya harap ini tidak jadi salah paham. Tapi alasan saya tidak merestui pernikahan Elkan karena saya tidak menerima orang sembarang, masuk ke dalam keluarga Cyrano."Kalea tertegun dan seketika menunduk. Orang sembarangan, kata itu melukai h
"Hoam..."Seorang wanita menyikap selimut yang menutupi tubuhnya. Ia melirik jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi. Kalea segera merubah posisinya menjadi duduk. Dia baru sadar jika Elkan sudah tidak ada di sampingnya.Namun detik itu juga pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Elkan yang baru saja keluar. Ia sudah mengenakan pakaian kerja namun kemejanya terlihat berantakan. Wajahnya juga terlihat lemas."Kamu udah bangun? Hari ini kamu kerja? Kenapa gak bangunin aku?" tanya Kalea bertubi-tubi. Ia turun dari tempat tidurnya dan menghampiri Elkan."Aku baru dapat telepon pagi tadi kalau ada hal penting di kantor. Aku gak bangunin kamu soalnya... Huek!" Elkan seketika kembali masuk ke kamar mandi.Kalea yang melihat itu langsung mengejarnya. Ia melihat sang suami yang berdiri di depan wastafel sambil mencuci mulutnya. "Kamu kenapa? Kamu sakit, El?""Kal, bisa tolong ambilin minum?""Aku ambil sebentar."Wanita itu segera pergi menuju dapur sementara Elkan juga kembali ke kamar. D
"Tumben banget bumil yang satu ini mau dandan. Ngomong-ngomong lo mau ke mana, sih?" tanya Adel yang duduk di samping Kalea, yang tengah berada di salon.Sudah sekitar tiga puluh menit mereka di sini. Biasanya sejak mengenal Kalea, Adel jarang melihat temannya itu pergi ke salon. Kecuali untuk datang ke acara yang memang benar-benar penting. Tapi acara apa? Bukankah Kalea dan Elkan juga sudah menikah?Kalea mengangkat kedua pundaknya acuh. "Cuma pengen saja, sih. Supaya Elkan gak cari cewe lain. Tau sendiri cewe di luar banyak yang cantik. Pokoknya gue gak boleh kalah.""Seriously? Lo cemburu karena itu? Kal, bukannya itu sama aja Lo gak percaya sama Elkan? Lagian kalau dia macem-macem, gue gak akan diem aja. Ya walaupun dia punya kuasa dan gue gak ada apa-apanya, tapi gue gak akan biarin sahabat gue disakitin.""Sebenernya gue percaya sama Elkan. Gue yakin dia bisa berubah. Tapi gue gak percaya sama cewek-cewek di luar sana," ucap Kalea sedikit ragu. Adel mengangguk paham. Menginga
Pagi ini cuaca di luar sana sedang cerah. Sepasang suami istri tengah menikmati sarapan mereka yang tersedia di atas meja. Nasi goreng dengan seafood di atasnya. Terlihat sederhana namun benar-benar dinikmati karena enak. Ini masakan Elkan.Ya, pria itu ingin dirinya yang memasak hari ini. Kalau hanya memasak nasi goreng itu dia juga bisa. Dan ngomong-ngomong Elkan juga sudah berkonsultasi ke dokter kemarin karena dirinya terus merasa mual. Ternyata memang dokter mengatakan jika Elkan mengalami morning sickness.Itu memang terdengar aneh baginya, tapi hal seperti itu memang ada. Entah beruntung atau tidak Elkan bisa merasakannya. Namun dia jadi tau bagaimana rasanya mengalami masa morning sickness, dan itu tidak mudah. "Kamu masih mual? Nanti sebelum ke kantor mampir ke apotek buat beli obat anti mual, ya. Aku juga siapin bekal roti buat kamu, dan minumnya kamu harus minum air hangat yang banyak nanti."Elkan tersenyum senang akan perhatian Kalea padanya. "Beb, aku gak apa-apa sekara
Huek...Kalea mengusap mulutnya dengan air mengalir dan menatapnya di depan cermin. Tiba-tiba saja ia merasa mual. Kalea sempat berpikir ke arah lain apalagi dia telat haid 2 Minggu."Masa udah hamil lagi, sih? Jangan dulu dong. Kenan masih kecil."Kalea memang selalu menjaga dirinya setiap berhubungan dengan Elkan. Dengan memiliki suami yang selalu berhasrat membuat Kalea takut kebobolan. Dia ingin memiliki anak kedua jika Kenan memang sudah berusia 5 tahun agar dia juga masih mendapat perhatian dengan cukup.Wanita itu pergi ke luar kamar mandi dan mencari Elkan dan Kenan. Ayah dan anak itu ternyata berada di luar rumah. Elkan tengah mencuci mobilnya sedangkan Kenan bermain busa dengan sebuah bebek mainan yang terapung."Kenan main apa?" tanya Kalea ikut berjongkok di samping anaknya."Bun..""Main sabun? Bajunya basah ini. Nanti masuk angin sayang. Ini pasti Papa yang ajarin, kan?"Kenan yang dibawa-bawa langsung berbalik. "Kenapa aku? Itu mau anak kamu kok.""Anak kamu juga ini. S
2 tahun kemudian.Waktu terasa begitu cepat bagi orang tua untuk melihat tumbuh kembang sang anak. Contohnya Elkan, apalagi semenjak memiliki anak dia banyak menghabiskan waktu di rumah dan bekerja dari rumah. Hal itu juga yang membuat Kalea senang karena Elkan bisa membagi waktunya dengan baik.Kenan, anak itu sudah berusia 2 tahun sekarang. Semakin lucu dan semakin terlihat tampan seperti ayahnya. Bukan hanya parasnya yang menarik perhatian, tapi juga kepintarannya karena dia sudah mulai belajar berbicara. Selama di tahun kedua itu juga Kalea dan Elkan sama-sama banyak belajar. Menjadi orang tua tidak semudah itu. Bahkan tak menampik jika terkadang mereka bertengkar kecil. Namun itu juga tak akan lama karena diantara mereka akan selalu ada yang mengalah. Mungkin bisa dikatakan Elkan lebih banyak mengalah."Elkan! Udah siap belum?" teriak Kalea dari lantai bawah. Tak lama kemudian datanglah Elkan dengan Kenan di gendongannya. Bocah dua tahun itu merentangkan tangannya saat melihat K
"El bangun," bisik Kalea menepuk pipi Elan dengan pelan. Dia tidak ingin sang anak yang tengah tertidur jadi ikut terbangun."Eum.. ada apa?" gumam Elkan membuka matanya perlahan. Ia menarik tangan Kalea agar kembali berbaring di atasnya. "Aku masih ngantuk, Beb.""Bangun! Ini udah jam tujuh, nanti kan mama sama Papa mau ke sini. Aku mau mandi, kamu jagain Kenan, ya."Pria itu menekuk wajahnya. "Gak bisa mandi bareng, dong?"Kalea terkekeh pelan dan mengecup suaminya lembut. Maklumi saja karena Elkan ini memang sedikit gila dan dia mesum. Tapi terhitung sudah 4 bulan mereka tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi sebagai pria Elkan sangat menginginkan hal itu. "Nanti tunggu Kenan besar.""Lama banget dong, Beb.""Aku mau mandi dulu, ya. Dah..." Wanita itu tertawa sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Elkan yang kini mendengus pelan.Tapi tidak apa-apa, dia juga hanya bercanda. Elkan tau Kalea masih baru beberapa hari ini melahirkan anaknya. Jadi Elkan hanya meng
Hari ini Kalea sudah bisa dibawa pulang bersama bayinya. Kalea menggendong bayinya dengan hati-hati dengan Elkan yang membawa tas, berjalan di belakangnya. Hari ini katanya khusus hari untuk Kalea dan Elkan bersama anaknya. Setelah ini barulah nanti orang-orang bisa bebas bermain dengan anak mereka.Untuk membiasakan diri sebagai orang tua baru. Kalea dan Elkan ingin mereka memiliki waktu bertiga terlebih dahulu. Dan dimulai sekarang Elkan akan menetapkan bahwa satu Minggu sekali dia ingin ada hari dimana mereka benar-benar bertiga."Selamat datang." Elkan membuka pintu apartemen lebar, membiarkan istri dan anaknya masuk lebih dulu."Makasih Papa," kata Kalea dengan suara anak kecil.""Sama-sama sayang."Elkan meletakan tas-tas berisi pakaian Kalea dan menghampiri istrinya tersebut. Setelah dipikir-pikir sepertinya Elkan berniat untuk pindah membeli rumah lagi. Jika tetap tinggal di apartemen pasti sulit juga, apalagi kini mereka sudah punya bayi. Sebenarnya Elkan juga belum menjual r
Setelah dua bulan perginya Belina ke Swiss, keluarga Cyrano mulai terbiasa. Mereka sering mendapat kabar dari Belina. Dan jika tidak ada kabar darinya maka Elkan akan meminta kabar dari Jonan. Pria itu cukup sering melihat Belina di asrama sekolah untuk memastikan keadaannya. Hal yang terdengar menenangkan adalah Belina kembali bisa bersosialisasi seperti biasa. Contohnya dengan Jonan, dia tidak takut seperti sebelumnya. Belina mulai terbiasa dan mulai melupakan masalahnya. Fokusnya hanya pada sekolah."Aw!" Kalea mendudukkan dirinya di kursi sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Kalea! Lo kenapa?" Adel bergegas menghampiri sahabatnya itu. Hari ini Kalea, Adel, dan Oliv berada di apartemen Kalea. Akhir-akhir ini mereka berdua memang sering menemui Kalea. Karena tengah hamil besar, tidak mungkin juga mereka membiarkan Kalea keluar rumah hanya untuk bertemu, jadi lebih aman jika Adel dan Oliv yang mendatanginya. Lagipula Elkan tidak mengizinkan istrinya itu keluar rumah tanpa
Belina berjalan masuk ke dalam rumah dan menatap Kakaknya yang tengah diobati oleh Kalea. Akibat kecelakaan tadi mereka langsung pulang. Kalea benar-benar khawatir meskipun Elkan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Memang tidak ada luka serius. Hanya telapak tangan yang berdarah dan celana bagian lutut yang sobek, namun tak ada luka parah di lututnya. Belina tak berani mendekat karena dia merasa bersalah. Dengan perlahan Jonan lagi-lagi mendekatinya. Namun kali ini Belina menghindar."Jangan deket-deket!"Pria itu tersenyum kecut. "Maaf." Ia sedikit menjauh dari perempuan di sampingnya. "Elkan itu gak sebrengsek yang kamu pikir. Dia cuma main-main sama ceweknya dulu. Gak ada paksaan sama sekali. Mungkin kamu jijik dengernya, tapi itu Elkan. Setelah Kalea datang, Kakak kamu itu gak pernah main cewek lagi. Dan ketakutan Elkan itu, adek ceweknya ketemu sama cowok yang gak bener. Karena dia gak mau kamu kenapa-napa.""Tetep aja ini karma." Belina menunduk memainkan ujung kaosnya."Jan
"Udah siap? Kita berangkat sekarang, yuk." Pagi ini Kalea dan Belina bersiap untuk jalan-jalan pagi ke luar. Bukan hanya mereka berdua, tapi ada Adel dan Oliv juga. Mereka mendukung Belina agar bisa berani ke luar rumah. Karena mereka juga tau kalau Belina tidak memiliki teman dekat di sekolahnya."Tapi, aku takut, Kak. Aku takut ketemu sama cowok," kata Belina memainkan jarinya."Gak semua laki-laki itu sama. Lagian ada aku, ada Adel, sama Oliv. Kita jagain kamu. Tapi kalau kamu gak mau gak apa-apa, deh. Padahal sebenernya aku lagi ngidam pengen makan bubur di taman sama kamu juga.""Kak..""Gak apa-apa kalau kamu mau ponakan ileran. Aku pergi sama temen-temen aku aja." Kalea mengusap perutnya dengan wajah memelas. Melihat itu Belina jadi tidak enak. Bagaimanapun juga ngidamnya ibu hamil kan harus dituruti. Diam-diam Kalea tersenyum senang saat adik iparnya itu mulai berpikir ulang. "Ya udah, kita berangkat sekarang."Adel membuka pintu kamar Belina lebar. "Ayo pergi sekarang."Kee
Sudah sekitar beberapa hari ini keadaan Belina semakin membaik. Dia tidak lagi berteriak saat melihat pria, namun untuk soal komunikasi memang masih sedikit sulit. Hari ini lagi-lagi Kalea mengantarkan makanan untuknya. Kali ini kesukaan Belina, yaitu sup Ayam.Ketika pintu kamar terbuka Kalea bisa melihat Belina yang sedang menyiapkan obat yang akan diminumnya. Namun bukan satu atau dua, tapi sekitar lima. Itu gila. Dengan cepat Kalea menghampirinya dan meletakan nampan di atas meja."Kamu ngapain?!" Kalea menepis tangan Belina hingga obat-obat itu berserakan. "Kamu mau overdosis?"Belina menatap obat miliknya yang jatuh. "Kenapa dibuang?" tanya Belina sambil mengepalkan tangannya."Kamu overdosis kalau minum obat sebanyak itu sekaligus. Obat apa itu?""Supaya aku gak hamil. Aku gak mau hamil."Kalea tertegun beberapa saat. Ternyata Belina beberapa hari ini mengkonsumsi obat anti hamil agar tidak ada janin yang tumbuh di rahimnya setelah kejadian itu. Namun jika meminum sebanyak itu
Hari ini adalah pemeriksaan Belina untuk kedua kalinya. Belum ada perubahan, dan dia terus melamun dan menyendiri. Untuk masalah makan, dia hanya makan sedikit itupun dengan susah payah dibujuk. Dan tau siapa yang berhasil membujuknya? Psikolog itu sendiri.Kalea turun dari tangga menuju ke ruang bawah menyusul Elkan yang menunggunya di mobil. Hari ini Elkan mau kembali bekerja seperti biasanya, dan Kalea akan pergi bertemu dengan Adel. Karena masalah yang menimpa Belina, mereka berdua memang sepakat untuk tinggal di rumah orang tuanya Elkan sampai Belina menjadi lebih baik."Kalea," panggil Domini yang baru saja keluar dari kamar Belina. Ya, pria tua itu datang pagi-pagi untuk melihat keadaan cucunya. Dia menghampiri Kalea yang menuju ke luar rumah. "Bisa bicara sebentar?""Oh, boleh."Kalea tersenyum canggung saat mereka kini berdiri berhadapan. Setelah mengetahui bahwa Kakek ini adalah Kakeknya Elkan, Kalea jadi sedikit sungkan. Sementara Domini terlihat biasa saja."Ada apa, Kek?