Setelah beberapa persiapan yang dilakukan secara singkat, Ini adalah hari dimana Elkan dan Kalea akan mengikat janji sebagai pasangan suami istri. Semuanya disiapkan oleh keluarga Elkan dari penyewaan gedung sampai hal sekecil apapun.Kini semua para tamu undangan sudah berkumpul dan duduk di kursi yang telah disediakan. Di depan sana Elkan tengah berdiri di altar menunggu Kalea yang masih berada di ruang rias. Acara sebentar lagi akan segera di mulai.Sebelum itu Deon dan Jonan sempat memberi semangat agar Elkan tidak gugup, namun tingkah keduanya justru membuat Elkan malu. Dengan adanya tamu sebanyak ini mereka justru menggoda Elkan dengan kata-kata yang menjengkelkan.Tak lama kemudian Kalea terlihat dituntun oleh sang Ayah, berjalan menuju karpet merah yang memanjang menuju altar. Semua pasang mata menatap ke arahnya, termasuk Elkan yang matanya tak berkedip sama sekali. Senyuman itu tak luntur sejak melihat Kalea berjalan semakin dekat ke arahnya.Sampai di depan sana Kalea menata
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" Elkan menghampiri dokter perempuan yang baru saja keluar dari kamar apartemennya."Tidak ada yang serius. Hanya saja Ibu Kalea kelelahan dan itu membuat kandungannya sempat keram. Untuk kedepannya tolong jangan terlalu kelelahan dan banyak pikiran. Apalagi usia kandungannya masih sangat muda.""Tapi calon anak saya juga baik-baik aja, kan?"Sang dokter mengangguk untuk kesekian kalinya. "Syukurlah keduanya baik-baik saja. Untuk obatnya sudah saya letakan di atas meja. Tolong dibantu untuk diminum secara teratur. Saya harus kembali ke rumah sakit karena ada pasien yang perlu ditangani.""Terimakasih. Kalau begitu mari saya antar ke depan."Elkan mengantarkan sang dokter sampai ke luar pintu apartemen. Memang sebelum ke sini Elkan sudah meminta agar seorang dokter datang ke alamat yang dikirimnya. Dia tidak ingin istri dan calon anaknya kenapa-napa.Mau tak mau Elkan dan Kalea memang harus pulang lebih awal dan meninggalkan pestanya. Ini karena perut
"Hoam..."Seorang pria terlihat menggeliat dari tidurnya. Ia meraba kasur di sampingnya namun hanya ada sebuah bantal. Sontak matanya langsung terbuka lebar dan merubah posisi menjadi duduk. Rasa kantuknya seketika hilang.Elkan, dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar. "Kalea!"Karena tak mendengar jawaban, pria itu segera bangkit dengan wajah bangun tidurnya. Ia berjalan menuju ke kamar mandi namun tak menemukan Kalea di sana. Hingga akhirnya Elkan memutuskan untuk mencari ke tempat lain.Masalahnya Kalea sedang sakit dan harus istirahat. Bagaimana jika Kalea pergi ke luar? Dengan cepat Elkan keluar dari kamar, namun aroma masakan dari dapur membuatnya berbelok. Terlihat sang istri yang tengah memunggunginya. Ternyata Kalea sedang memasak sesuatu. "Beb, kenapa gak bangunin aku?" kata Elkan terdengar manja, sambil memeluknya dari belakang."Ya ampun! Jangan ngagetin!""Kamu itu masih harus istirahat. Kenapa masak? Kita bisa delivery, atau kamu bisa minta aku yang masak.
'Ini lucu banget, ada bunga-bunga gitu.''Eh, tapi ini kayaknya lebih lucu. Gimana kalau ternyata bayinya cowok? Kayaknya kita harus cari warna biru.''El, bantu cari!'Elkan menggaruk kepalanya sesaat dan mengikuti sang istri yang kesana kemari menenteng baju bayi di tangannya. Ya, hari ini Elkan baru tau kalau wanita ini suka berbelanja. Setaunya Kalea tidak terlalu tertarik dengan hal seperti ini. Namun yang namanya perempuan, siapa yang tidak suka belanja? Eits... Bukan berarti Elkan melarang. Dia tidak masalah karena yang Kalea cari sejak tadi hanya perlengkapan calon anaknya. Lagipula dia bisa belanja sesuka hati selama tidak mencakup kata boros. Wanita itu bisa bersenang-senang dengan uangnya."Elkan! Dipanggil kenapa diem aja?"Pria itu seketika tersadar dari lamunannya. "Hah? Eh, ada apa, Beb?""Menurut kamu bagus yang mana? Pink atau biru?" tanya Kalea untuk kesekian kalinya."I think blue. Itu bisa dipakai boy or girl, jadi kamu gak usah khawatir. Atau kalau kamu mau kita
"Akhirnya kita bertemu lagi. Sekali lagi saya berterimakasih karena kamu sudah menyelamatkan nyawa saya. Kalau kamu tidak ada saya mungkin sudah..."Kalea tersenyum kikuk menatap pria tua di hadapannya. "Sama-sama. Jangan dilebihkan, itu kebetulan karena saya ada di tempat kejadian. Yang penting kakek juga baik-baik saja. Sekarang kenapa Kakek ada di sini?""Saya baru saja memeriksa penyakit jantung saya. Kamu sendiri ada apa di rumah sakit?""Mau periksa kandungan. Suami saya masih di parkiran."Pria tua itu mengangguk kecil. "Ah, ternyata kamu sudah menikah."Tak lama mereka saling berbicara, pria tua itu harus pergi untuk mengambil obatnya. Jadi mereka berhenti mengobrol. "Semoga kita bisa bertemu lagi. Dan semoga bayi kamu baik-baik saja.""Terimakasih. Semoga Kakek juga sehat-sehat."Kalea tersenyum kecil menatap pria tua tadi yang pergi menuju ke tempat pengambilan obat. Beberapa saat kemudian Elkan menyusul Kalea sambil memasukan ponsel ke dalam kantongnya. Ya, dia sudah selesa
Saat ini keadaan menjadi sedikit canggung. Kalea menatap Elkan dan pria tua di hadapannya bergantian. Dia tidak menyangka jika orang itu adalah Kakeknya Elkan. Dan tentunya Kalea tau permasalah Elkan dengan keluarganya. Elkan bilang sang Kakek memang menentang pernikahannya, Kalea tau itu.Tau akan kebingungan Kalea, Elkan langsung memperjelas semua ini. Menatap Domini yang menampilkan wajah datar. "Ada apa Kakek di sini?""Jadi dia ini istri kamu?""Iya. Kalian sudah saling kenal?" Elkan mengangkat alisnya kemudian menatap Kalea. "Beb, kenapa kamu gak bilang kalau kamu kenal sama Kakek aku?""Aku mana tau kalau itu Kakek kamu."Domini menghela nafas kasar. "Saya tidak menyangka kalau kamu adalah perempuan yang Elkan nikahi. Siapa nama kamu? Kalea? Saya harap ini tidak jadi salah paham. Tapi alasan saya tidak merestui pernikahan Elkan karena saya tidak menerima orang sembarang, masuk ke dalam keluarga Cyrano."Kalea tertegun dan seketika menunduk. Orang sembarangan, kata itu melukai h
"Hoam..."Seorang wanita menyikap selimut yang menutupi tubuhnya. Ia melirik jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi. Kalea segera merubah posisinya menjadi duduk. Dia baru sadar jika Elkan sudah tidak ada di sampingnya.Namun detik itu juga pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Elkan yang baru saja keluar. Ia sudah mengenakan pakaian kerja namun kemejanya terlihat berantakan. Wajahnya juga terlihat lemas."Kamu udah bangun? Hari ini kamu kerja? Kenapa gak bangunin aku?" tanya Kalea bertubi-tubi. Ia turun dari tempat tidurnya dan menghampiri Elkan."Aku baru dapat telepon pagi tadi kalau ada hal penting di kantor. Aku gak bangunin kamu soalnya... Huek!" Elkan seketika kembali masuk ke kamar mandi.Kalea yang melihat itu langsung mengejarnya. Ia melihat sang suami yang berdiri di depan wastafel sambil mencuci mulutnya. "Kamu kenapa? Kamu sakit, El?""Kal, bisa tolong ambilin minum?""Aku ambil sebentar."Wanita itu segera pergi menuju dapur sementara Elkan juga kembali ke kamar. D
"Tumben banget bumil yang satu ini mau dandan. Ngomong-ngomong lo mau ke mana, sih?" tanya Adel yang duduk di samping Kalea, yang tengah berada di salon.Sudah sekitar tiga puluh menit mereka di sini. Biasanya sejak mengenal Kalea, Adel jarang melihat temannya itu pergi ke salon. Kecuali untuk datang ke acara yang memang benar-benar penting. Tapi acara apa? Bukankah Kalea dan Elkan juga sudah menikah?Kalea mengangkat kedua pundaknya acuh. "Cuma pengen saja, sih. Supaya Elkan gak cari cewe lain. Tau sendiri cewe di luar banyak yang cantik. Pokoknya gue gak boleh kalah.""Seriously? Lo cemburu karena itu? Kal, bukannya itu sama aja Lo gak percaya sama Elkan? Lagian kalau dia macem-macem, gue gak akan diem aja. Ya walaupun dia punya kuasa dan gue gak ada apa-apanya, tapi gue gak akan biarin sahabat gue disakitin.""Sebenernya gue percaya sama Elkan. Gue yakin dia bisa berubah. Tapi gue gak percaya sama cewek-cewek di luar sana," ucap Kalea sedikit ragu. Adel mengangguk paham. Menginga