Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 13BBy : Leni Maryati#Niken dan mertuaKu gendong Chaca dan membawa belanjaan itu ke parkiran, kucantolkan dimotor. Chaca lalu kududukkan di jok motor. Siap pulang.Namun, Netra ini tak sengaja melihat Mbah Karni duduk di konter hape seorang diri. Konter itu terletak di sebelah minimarket ini. Aku menggendong Chaca kembali dan menuju ke tempat Mbah Karni duduk."Mbah... " sapaku menepuk pundak mbah Karni. "Eh... Alika," Mbah Karni menoleh.Kami akhirnya mengobrol sambil menunggu penjaga konter yang masih melayani pelanggan lain selesai. Aku duduk disampingnya. "Mbah Karni ngapain disini, mbah? Ada perlu apa?," tanyaku pelan. "Ini mau beli hape, nduk! Si Anton mogok ga mau sekolah kalau ga dibelikan hape," cerita Mbah Karni."Anton? Anton anaknya mas Basuki?" tanyaku memastikan."Iya, nduk. Sudah 3 hari ini Anton tidur di rumahnya mbah, Dia ga mau pulang ke rumahnya dan ga mau sekolah juga. Malu diledekin temannya ga punya Hape. Tiap ngerjain
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 14A#KeterlaluanBy : Leni Maryati"Mbah... Mbah Karni kenapa?" tanyaku pelan. Memegang kedua tangannya yang terasa masih bergetar. Mbah Karni bergeming. Ia tidak menjawab pertanyaanku namun Mbah Karni malah nangis tersedu-sedu dan memelukku. Aku lalu memapah Mbah Karni dan membawanya kedalam rumahku, ga enak kalau dilihat orang saat Mbah Karni menangis dijalan seperti ini. Apa yang terjadi dengan Mbah Karni sampai menangis tersedu-sedu, Apa yang telah diperbuat oleh Mbak Niken?*****Sekarang aku mengelus-elus pundak Mbah Karni yang naik turun terisak kecil. Kubiarkan Mbah Karni menumpahkan segalan beban di hatinya. Aku terdiam tak berani bertanya-tanya ke Mbah Karni. Kubiarkan beliau tenang terlebih dahulu. Mas Farrel sedang mandi untuk siap-siap ke Toko, Chaca sepertinya didepan tivi sedang mewarnai buku yang dibeli di Taman tadi. Aku meninggalkan Mbah Karni sejenak membuatkan teh hangat, agar perasaannya lebih baik.Lama menangis akhirn
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 14B#Ide baruBy : Leni Maryati*** Kulihat tetangga depan rumah pintunya masih tertutup. Apa mbak Niken Pergi keluar? Atau mungkin di dalam rumah tapi pintunya sengaja ditutup saja. Ah biarkan saja. Saat ini aku sebaiknya juga jaga jarak dengan Mbak Niken. Dia dengan mertua saja berani menjebleskan pintu didepan muka mertuanya. Benar-benar menantu tak ada akhlak. Walaupun mertua sebaiknya juga mengganggapnya seperti ibu kandungnya sendiri.Apa yang salah dengan Niken. Tak ada rasa benci tanpa adanya alasan. Jika ia mencintai Mas Basuki harusnya juga mencintai keluarganya juga.Jika mas Basuki tahu kelakuan Mbak Niken terhadap Ibunya, apalah Ia akan diam saja? Kurasa akan ada percekcokan diantara mereka. Tak mungkin seorang anak akan diam saja melihat ibunya diperlakukan seperti itu.Aku hanya bisa mendo'akan semoga kedepannya, hubungan Mbak Niken dengan Mbah Karni lebih baik, serta tak ada pecekcokan lagi baik dengan keluarga maupun tetangga.
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 15A#Usaha tak ModalBy : Leni Maryati"Gini hlu mbak, gimana kalau alat-alat Laundry yang nganggur itu aku pakai dulu untuk usaha. Nanti kalau untung kita bagi usaha. Aku 95 persen dan Mbak Alika 5 persen." jelasnya. "Hahaha...." Aku yang mendengar penjelasnnya hanya bisa ngakak. Bagi hasil apa itu 5%, seluruh alat-alatku yang dipake, sedang alat ada masa pemakaiannya, belum lagi perawatannya. Ada-ada saja idenya. Untung di dia, buntung di aku donk. "Kok tertawa?" Mbak Niken terlihat sewot."Mbak... Mbak... ga ada ide lain?" tanyaku sesantai mungkin. "Ide lain? Kamu jangan pelit-pelit sama tetangga, Lagian itu alat-alat cuman disimpan di gudang kan? Daripada dibiarkan saja rusak. Biasanya alat kalau ga pernah dipake malah rusak kok," ujarnya nyerocos. Aku hanya terdiam. Ini mau usaha kok ga modal banget. Kalau alat-alatku mau dibeli ga masalah, soalnya itu bukan alat-alat yang murah. Kalau rusak membutuhkan biaya yang tak sedikit. Kalau ga d
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 15B# Usaha Tak ModalBy Leni Maryati"Eh.. kalau gitu aku pulang dulu ya Mbak Alika, ini jus buat Dita aku bawa. Eh.. itu diplastik apa ya, kok baunya harum," Mbak Niken menghirup napas dalam-dalam. Menikmati aroma yang tak asing di hidungnya."Oh.. tadi beli sate, Mbak Niken mau?" tanya mas Farrel."Hehe.. Maulah mas.." sahutnya cepat. "Bun... Ambilkan 1 bungkus buat Mbak Niken ya,"Aku mengangguk. Aku membuka plastik itu, ternyata Mas Farrel hanya membeli 2 bungkus sate. Aku mengambil sebungkus sate dan memberikannya ke Mbak Niken."Ini, Mbak,""Iya, makasih. Pamit dulu ya Mbak Alika... Mas Farrel..." Huff... Akhirnya tetanggaku itu pulang juga. "Kenapa bun... hehe. Yang Ikhlas," ucap suamiku."Ikhlas kok yah..cuman sate sama jus aja. Cuman sebel aja tadi diajak diskusi hal ngawur," aku tak bisa menutupi kalau aku lagi sebel dengan tetangga depan rumahku itu."Ngawur?""Udah nanti aja aku ceritaan, nih diminum dulu jus mangga pesanan ayah,"
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 16#ParasitBy : Leni MaryatiDaripada aku tak bisa mengontrol emosiku mending aku pulang saja. Huff... benar-benar menguji kesabaranMalam harinya aku menceritakan semuanya ke mas Farrel. Dengan bercerita setidaknya emosiku bisa tersalurkan ga hanya dipendam dalam hati, nanti malah jadi penyakit. "Mas... kok Mbak Niken ga jujur aja dari awal kalau pinjam blender buat jualan jus sama pop ice," ujarku. Aku ingin tahu bagaimana reaksi dan pendapat suamiku itu."Kalau jujur mikirnya ga dibolehin bunda, kayak alat Laundry kemarin yang mau dipinjam," jawabnya."Ya kan aneh mau usaha Laundry pake alat-alat kita, bahkan nyuci dan ngeringin baju rencana di rumah kita, pakai listrik kita. Dia cuman nyetrika listrik di rumahnya. Itu ide sungguh-sungguh ngawur, ya langsung bunda tolak lah," "Untuk blender positif thinking aja bun, mungkin Mbak Niken baru iseng-iseng usaha, Misal beli blender langsung terus ga laku jualannya kan eman uangnya untuk beli ble
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 17 By : Leni Maryati#Sampah***Sore hari aku menyuapi makan Chacha seperti biasanya di halaman depan rumah sambil menghirup udara luar. Sepulangnya mbak Niken dari rumahku, ia tak lagi main-main ke rumah lagi. Mungkin masih marah. Ah... terserahlah tidak semua keinginannnya harus kuiyakan. Selama ini aku sudah cukup bersabar dengan segala sikap absurdnya. "Mbak Alika.... lagi nyuapi makan Chacha ya..."Teriak seseorang dari seberang halaman rumahku, lebih tepatnya dari teras rumahnya mbak Niken."Oh.. Budhe Nur... Iya Budhe." jawabku."Sini mb Alika... ngobrol-ngobrol kesini." ujar Budhe Nur seraya menepuk-nepuk kursi kosong disebelahnya. Aku menggedong Chacha dan berjalan ke arah teras rumahnya mbak Niken. Terlihat mbak Niken sedang sibuk merapikan barang dagangannya. "Hai mbak Niken..." sapaku ramah. Namun mbak Niken hanya melirikku sekilas dengan sinis dan diam saja acuh tak acuh seolah tak mendengar sapaanku. Tak terlalu kupikirkan, a
Tetanggaku Simbiosis Parasitisme Part 18By : Leni Maryati#Kosong***Hari minggu sore sesuai kesepakatan kita kumpul di rumah mbak Niken untuk berangkat ke kondangan bersama-sama. Hari minggu biasanya mas Farrel tidak ke toko jadi Chacha ku titipkan mas Farrel. Kami berempat---Aku, Mbak Niken, Budhe Nur dan Budhe Yati sudah duduk-duduk di teras rumah mbak Niken, tinggal menunggu kedatangan budhe Ratna. Tidak lama kemudian Budhe Ratna datang bersama mbak Erni yang rumahnya disebelah rumah budhe Ratna dan Budhe Sarni juga. Kami bertujuh berjalan kaki beriringan ketempat hajatan, walaupun beda desa namun hanya berbeda beberapa gang dengan rumah kami. Sampai ditempat acara kami langsung menyerahkan amplop kami satu persatu ke meja panitia penerima amplop untuk ditulis dibuku. Kami langsung duduk di kursi yang sudah tersedia minum teh manis dan beberapa snack di atas meja. "Eh.. mbak Niken kok tadi ga diserahin amplopnya?" tanya budhe Ratna tiba-tiba. Aku tidak tahu soal itu karen