Share

3. Perhatian

Author: Bai_Nara
last update Last Updated: 2021-09-22 23:10:20

Suara deru motor memenuhi telinga Risa yang sedang memakai sepatunya. Risa mengamati seseorang yang tengah melepas helmnya. Risa segera menghampiri Arjuna dan menyapanya.

"Hai Kak, ada apa kesini?"

"Beli soto Banyumas?"

"Hah?" Risa melongo.

"Ck. Jemput kamulah, ayuk naik."

Risa masih melongo tak percaya.

"Buruan ayo."

Arjuna menarik tangan Risa menuju ke motornya.

"Aku belum pamitan."

"Oh ... pamitan sana!"

"Eyang Risa berangkat. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," teriak Eyang Risa dari dalam rumah.

Risa segera bersiap-siap duduk di jok belakang. Sebelum menstarter motornya perhatian Arjuna dan Risa teralihkan pada seseorang yang tengah menstarter motornya juga dari halaman rumah.

"Baru berangkat, Bi?" tanya Arjuna.

"Hem."

Tanpa banyak kata Abizar langsung menjalankan motornya membelah jalanan.

"Ck. Tetangga kamu itu."

"Emang dia tetanggaku bukan mantanku," sahut Risa cuek.

"Hahaha. Iya ya. Semoga jangan jadi mantan ya?"

"Berarti bisa jadi pacar atau suami gitu?"

"Maksudnya?"

"Katanya jangan jadi mantan, ya jadi pasangan," gurau Risa.

"Jangan. Kalian jadi tetangga aja. Udah ah, ayuk berangkat." Risa tertawa melihat muka Arjuna yang memerah menahan kesal. Arjuna langsung menjalankan motornya, selama perjalanan mereka ngobrol bahkan terkadang tertawa. 

*****

"Cieee ... yang tadi pagi bareng sama Kak Juna."

"Apa sih Cit? Cuma kebetulan aja."

"Eh, tapi beneran. So sweet banget kalau kalian jadian."

"Gak usah ngayal lah Cit. Aku sadar diri kok, kita berdua bagaikan angsa sama itik buruk rupa. Gak cocok."

"Ish ... gak percaya kamu. Aku tuh yakin Kak Juna suka sama kamu tahu. Bahkan sejak masih pacaran sama Kak Ghea."

"Udah deh, gak usah bahas Kak Juna. Jangan bikin aku ngarep, aku takut jatuhnya sakit."

"Ah kamu. Selalu saja minder. PD dong?"

"Emangnya aku harus PD gimana? Uang gak punya, wajah biasa aja. Aku nyadar diri. Tenang aja."

"Ah ... kamu. Eh Ris, seminggu lagi kan Valentine Day. Sekolah ngadain perayaan pas malemnya. Wajib ikut dan wajib bawa gandengan. Kamu minta diajak Kak Juna aja."

"Enggak ah, aku nanti sama Dito aja."

"Kok Dito sih?"

"Emangnya kenapa sama aku?" Seorang lelaki bertubuh tinggi kurus dan berkacamata menghampiri Risa dan Citra.

"Hai Dit, ini aku mau ngajak kamu jadi pasangan aku pas malam Valentine. Mau ya?"

"Siap pokoknya. Dengan senang hati aku jadi partner kamu."

"Makasih ya Dit," ucap Risa.

"Sama-sama. Eh kamu jadi sama gebetan kamu Cit?" tanya Dito.

"Hiks ... hiks ... enggak. Kemarin sore dia katanya baru jadian. Huhuhu."

Risa dan Dito yang sudah kebal dengan aksi drama Citra hanya mendengarkan tanpa berusaha menenangkan. Karena besoknya Citra pasti akan kembali ceria dengan menyebut nama cowok gebetan yang baru. Sekarang ini yang bisa Risa dan Dito lakukan hanyalah menjadi pendengar yang baik. 

*****

Brukkk.

"Kalau jalan itu matanya jangan nunduk!"

"Maaf Kak."

Risa langsung mengambil tumbukan buku paket yang terjatuh. Seseorang yang ditubruknya hanya diam memperhatikan.

"Loh Ris. Astaga sini aku bantu." 

Arjuna membantu mengambilkan buku paket Matematika yang terjatuh di lantai.

"Nah sudah, mau dibawa kemana?" tanya Arjuna.

"Sini Kak, taruh diatas. Mau tak taruh di perpus," jawab Risa.

"Oh ... ayuk."

"Tapi Kak .... "

Arjuna tetap melangkah menuju ke arah perpus dengan membawa tumbukan buku paket yang lebih banyak dari yang ada di tangan Risa. Risa tersenyum manis.

"Buruan. Bentar lagi ganti jam pelajaran."

"Eh ... iya Kak. Duluan Kak Abi."

Risa langsung berlari mengikuti Arjuna sedangkan Abizar menatap kepergian mereka lalu memilih menuju ke kelasnya kembali.

Setelah mengembalikan buku paket Matematika ke perpus, Risa dan Juna kembali ke kelas dengan berjalan bersama.

"Makasih ya Kak."

"Sama-sama."

"Kak Juna gak ada jam?"

"Ada. Tadi aku ijin ke kamar mandi."

"Wah, ke kamar mandinya kelamaan ini."

"Gak papa. Yang penting bisa ketemu kamu."

"Maksudnya?"

Arjuna hanya tersenyum tanpa berkomentar. Akhirnya Risa memilih diam, selain malu bertanya duluan juga karena Risa hampir sampai di depan kelasnya.

"Duluan Kak."

"Iya."

Risa langsung masuk ke kelas dan selanjutnya duduk kembali di kursinya.

"Tumben, kok lama Ris?"

Risa hanya tersenyum menanggapi pertanyaan sahabatnya itu. Lalu memilih mengambil buku Fisika karena sebentar lagi jam akan berganti.

*****

Risa turun dari boncengan motor. Sudah seminggu ini Arjuna menjemput dan mengantarnya pulang.

"Masuk yuk Kak."

"Oke."

"Assalamu'alaikum."

"Kan gak ada orang Ris, kok kamu ngucap salam."

"Ya tetap lah Kak, siapa tahu ada penghuni tak kasat mata. Kalau dia Jin muslim pasti jawab salam kita, kalau Jin kafir pasti pada kabur. Hehehe."

"Hahaha. Kamu ada-ada aja Ris."

Mereka memasuki rumah sederhana milik Eyang Risa. Arjuna duduk di ruang tamu dimana kursi dan mejanya sudah nampak reot dan dimakan rayap.

"Rumah kamu adem ya Ris."

"Adem gimana? Panas gini kok, Kak. Gak ada kipas angin apalagi AC tapi kalau tetangga sebelah sih punya kan udah nempel kemana-mana AC-nya."

"Hahaha. Aku tuh seneng lihat kamu yang ceria dan suka ngelawak kayak gini tahu. Di sekolah kamu pendiem banget. Susah diajak bercanda."

Risa hanya tersenyum,"Aku bikinin teh manis ya Kak."

"Boleh."

Risa menaruh tasnya di kamar lalu kembali ke ruang tengah dan membuatkan teh manis untuk Juna dan dirinya sendiri.

"Diminum Kak."

"Iya, makasih. Ini apa Ris?"

"Ini timus Kak, dibuat dari ubi yang direbus, kemudian dihaluskan dan ditambah terigu, gula sama sedikit garam kalau suka. Terus digoreng."

"Kamu yang bikin?"

"Iya. Dicoba Kak."

"Okeh, aku coba ya."

Juna langsung mencoba timus buatan Risa. Mata Juna membulat.

"Ehm ... enak. Kamu pinter masak rupanya."

Juna memakan satu piring timus yang disajikan dengan lahap. Dalam hati Juna semakin kagum dengan Risa. Ah, andai kulit Risa putih dan bentuk giginya rata. Juna menggelengkan kepalanya.

"Kenapa Kak?"

"Eh ... enggak."

"Kakak Pusing?" tanya Risa khawatir.

"Enggak, cuma agak pegel aja. Hehehe." Arjuna merutuki diri sendiri. Tiba-tiba Arjuna mempunyai ide.

"Ris."

"Iya."

"Kenapa kamu gak ke dokter gigi?"

Risa diam, dia memang agak sensitif jika ada yang mengajaknya ngobrol mengenai bentuk giginya. 

"Kenapa memangnya Kak?" Risa berusaha menahan suaranya yang nampak bergetar.

"Kamu harus ke dokter gigi, biar bentuk giginya rata. Bukan biar cantik tapi untuk kesehatan. Lagian biar kamu lebih PD. Aku cuma kasihan lihat kamu yang selalu di bully sama anak-anak. Gini aja, ntar kamu pakai tabungan aku dulu. Kamu bayarnya kapan-kapan."

Risa diam, dia bingung harus menjawab atau merespon apa.

"Kamu gak usah langsung kasih keputusan. Pelan-pelan aja. Pikirkan kata-kataku. Sekali lagi jangan berpikir untuk cantik tapi untuk kesehatan dan menambah rasa percaya diri."

Mau tak mau Risa mengakui jika omongan Juna benar. Risa tersenyum dan mengangguk. Selanjutnya mereka bercerita banyak hal. 

Setelah bertamu selama dua puluh menit, Juna pamit.

"Aku pulang ya Ris. Bye."

"Bye. Hati-hati Kak."

Tin. Arjuna mengklakson Risa sebelum melaju menembus angin dengan kecepatan sedang.

Risa masih memandang ke arah perginya Juna. Saat berbalik betapa terkejutnya Risa menatap sorot mata si AC yang menakutkan dan dingin. Seperti ingin menerkam saja. Iiihhh ... Risa begidig ngeri.

"Kak Abi."

"Udah mau maghrib ngapain di luar?"

"Oh ... nganter Kak Juna bentar. Gak ngapa-ngapain kok Kak."

"Ck. Masuk. Jangan jadi cewek yang suka klayaban sama pacaran."

"Siapa yang pacaran?" Suara Risa meninggi dan sedikit kesal.

Abizar menatap Risa dengan tatapan tajam. Risa yang awalnya berani menjadi mengerut kembali.

"Masuk!"

"Iya Kak."

Risa masuk ke dalam rumahnya. Dia menggerutu dalam hati.

"Dia itu siapa sih? Cuma tetangga doang. Ngapain sok jadi kayak abang atau pun pacar."

Dengan masih menggerutu Risa masuk ke kamar untuk mengambil baju ganti dan handuknya. Dia mau mandi dan mendinginkan suhu panas dalam dadanya. Saat mandi pun Risa masih ngomel-ngomel.

"Dasar AC aneh, ngapain juga dia nyuruh-nyuruh aku, dia bukan abangku, bukan pula pacarku. Cuma tetangga ... tetangga. Ugh ... sebel."

Selesai mandi Risa segera menghangatkan lauk untuk makan malam. Saat tengah menata makanan di meja makan. Pintu rumahnya diketuk dari luar.

"Iya sebentar."

Ceklek.

Astaga. Dia lagi. Risa mencoba memasang wajah ramah dan senyum manis.

"Ini. Kata Mamah buat kamu sama Eyang."

Abizar langsung pergi setelah menyerahkan lauk berupa sate ayam dua porsi kepada Risa. Risa cuma melongo kemudian menggelengkan kepala. Dasar AC.

Related chapters

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   4. Ajakan

    Brukkk.Risa kaget dan langsung menatap siapa yang menabraknya."Hei ... cewek kuper bin tonggos. Kamu harusnya ngaca. Muka jelek kayak gini aja sok-sokan mau jadi pacar Arjuna. Gak level tahu."Byurrr.Risa kaget karena Ghea menyiram bajunya dengan segelas minuman berwarna cokelat."Jauhi Arjuna!Awas kamu!"Ghea dan kawan-kawan meninggalkan Risa yang masih bertahan di toilet. Risa menangis, ah ingin rasanya melawan tapi percuma. Ghea CS terlalu superior untuknya. Risa memilih kembali ke kamar mandi dan membersihkan bajunya yang kotor. Sesekali Risa mengelap air matanya. Risa sudah tak tahan hidup di Jakarta. Disini siapa yang kuat, siapa yang cantik, siapa yang berkuasa bisa bertahan. Sedangkan dia? Risa kembali ke kelas dengan mendapatkan tatapan heran dari teman-teman sekelasnya terutama Citra."Kok basah?""Iya. Tadi kaget ada cicak nemplok di bahuku aku jerit-jerit gak karuan. Malah kena keran air, ya udah basah.""Ooooo.""Cit.

    Last Updated : 2021-09-22
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   5. Fifty Fifty

    Pagi ini tanggal 14 Februari, semua orang merasa senang pun dengan Risa. Dia melangkah dengan penuh semangat menuju ke pintu gerbang rumahnya. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya."Mbak Risa ...." teriak Asyila."Syila. Hai. Wah cantik benar kamu.""Mbak Risa juga, ini Syila kasih cokelat. Selamat hari kasih sayang ya Mbak. Valentino itu ya namanya.""Valentine Syila. Astaga." Kali ini Athaya datang menghampiri kembarannya."Kalau Valentino itu pacar kamu, eh dia ulang tahun berarti loh.""Diem kamu Athaya, aku masih kecil.""Masih kecil tapi niat ngasih cokelat sama Valentino wee ....""Kamu juga mau ngasih bunga sama Bu guru Vira. Weee .... ""Biarin weee, aku kan sayang sama Bu Guru.""Valen temen aku. Aku juga sayang wee ...."Astaga kedua bocah umur tujuh tahun sudah bilang sayang-sayangan. Ckckckck. Apa kabar Risa dulu ya? Perasaan diumur segitu Risa tahunya main gundu. Gak ngerti kata i love you. Hihihi. Risa asik melih

    Last Updated : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   6. Valentine Terburuk

    Risa membuka pintu rumahnya, tampak remaja cantik seusianya berdiri di depan pintu."Hai, aku Sherin, sepupunya Arjuna.""Hai, aku Risa. Masuk yuk Kak.""Sherin aja atau kamu bisa panggil aku Ririn.""Oh, baiklah. Masuk Rin.""Oke."Risa mengajak Sherin masuk, rupanya Sherin gadis yang supel dan mudah bergaul. Dalam waktu singkat mereka sudah akrab."Aku langsung dandanin kamu aja ya?""Nunggu maghrib aja Rin, kan bentar lagi.""Okelah."Setelah melaksanakan sholat, Sherin langsung mendandani Risa. Sherin takjub, benar kata sepupunya kalau Risa itu cantik. Risa cuma butuh diperbaiki dandanannya, terutama bentuk giginya."Kamu cantik.""Tapi jelek karena bentuk gigiku kan?""Halah itu mah gampang, pakai behel aja.""Rin.""Iya.""Apa ukuran seorang cewek bagi cowok itu cantik fisik?""Ya iyalah Ris, hampir semua cowok kan lihat kita dari fisiknya dulu. Makanya cewek sekarang berlomba-lomba agar bisa

    Last Updated : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   7. Rasa Yang Ditepis

    Risa dan Abizar sampai juga di gerbang rumah. Risa langsung berjalan lunglai menuju pagar rumahnya. Langkah Risa terhenti karena cekalan tangan Abizar. Risa menoleh ke arah Abizar."Kenapa harus dengan cara seperti ini Risa?"Risa diam, tak menjawab pertanyaan Abizar."Apa yang kamu dapat dengan melakukan hal ini hem?""Sebuah keputusan," jawab Risa singkat."Dan kamu yakin dengan keputusanmu?"Risa mengangguk dan tersenyum."Ayo." Abizar menarik tangan Risa lembut.Mereka bersama-sama mengetuk pintu rumah Risa.Ceklek.Risa dan Abizar tertegun karena mendapati seorang wanita yang membukakan pintu."Anda siapa?" tanya Risa."Risa," teriak seorang lelaki dari dalam rumah."Lik Hamdi?""Iya. Wah kamu udah besar ya. Kamu mirip Mas Handi. Kenalkan ini istri Lilik, Tina."Risa menyalami lilik dan istrinya. Abizar pun melakukan hal yang sama."Ris, sudah pulang?" Eyang Risa datang menghampiri.

    Last Updated : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   8. Sakit Tapi Tak Berdarah

    Risa tengah menemui wali kelasnya untuk pengajuan kepindahan sekolah."Kamu yakin Ris? Gak nunggu setelah semesteran saja." Bu Heni wali kelasnya menasehati."Gak bisa Bu, kan Ibu tahu sendiri masalah saya.""Baiklah kalau begitu. Oh iya kamu sudah bilang sama Dito dan Citra?""Belum Bu. Saya mohon jangan sampai mereka tahu ya.""Apa tidak sebaiknya kamu kasih tahu mereka Ris?""Saya gak tega Bu. Mereka sahabat setia saya. Saya takut mereka sedih.""Ya sudah kalau begitu.""Saya pamit ya Bu.""Iya, hati-hati pulangnya.""Iya Bu, mari."Risa keluar dari ruang guru kemudian berjalan menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Sampai di dekat ruang perpustakaan dia berpapasan dengan Arjuna. Keduanya tampak canggung apalagi Arjuna tengah jalan dengan cewek cantik yang Risa tahu adalah teman seangkatannya dan memang dia sangat cantik sekaligus populer. Risa memilih berlalu pun Arjuna. Mereka sama-sama menganggap diri mereka tak saling

    Last Updated : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   9. Gadis Cilik Berkucir Dua

    Abizar mengamati rumah Risa, dua hari ini rumah itu kelihatan sepi. Kemana semua orang? Sang mamah dari hari sabtu pun sudah sibuk wara wiri mengetuk rumah sebelah tapi nihil."Kamu kemana Ris?" lirih Abizar.Abizar pun memilih untuk menstarter motornya. Nanti dia akan membeli bubur ayam kesukaan Risa setelah selesai latihan basket. Abizar sudah memutuskan untuk lebih mengikuti kata hatinya.Pulang dari latihan, Abizar begitu terkejut mendapati rumah Risa sedang dikerumuni banyak orang. Disana juga terlihat alat berat yang tengah merobohkan rumah Risa.Abizar langsung berlari dan menuju halaman rumahnya. Terlihat mamahnya tengah menangis di bahu sang papah. Sementara kedua adiknya tengah duduk di teras dengan pandangan kosong. Abizar ikut duduk dan berada di tengah si kembar.Asyila menatap sang kakak dengan mata berkaca-kaca."Mbak Risa pergi Mas. Pergi jauh. Rupanya malam itu Mbak Risa beneran pamitan."Asyila langsung memeluk sang ka

    Last Updated : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   10. Gadis Jawa

    Langkah kaki tegap seorang dokter berusia 27 tahun menggema. Tubuh tinggi atletis dengan kulit putih, alis tebal dengan bibir tipis serta wajah tampan nan rupawan membuat siapa saja yang melihatnya tak ingin berpaling. Termasuk Viona."Abizar." Viona melangkah mendekati Abizar yang masih tetap berjalan tanpa berhenti bahkan menengok ke arah Viona pun tidak."Makan yuk Bi, bentar lagi istirahat siang." Viona berusaha mengimbangi langkah kaki Abizar."Gak.""Ayolah Bi, udah lapar nih. Perut kita juga butuh dikasih makan tahu, jangan sampai kita sakit kalau kita sakit kasihan pasien-pasien kita. Ya kan Bi," ucap Viona dengan wajah sumringah.Sayang Abi hanya diam dan terus berjalan bahkan meninggalkan Viona tanpa membalas atau menolak ajakannya. Viona mendesah, dia berhenti mengikuti langkah Abi. Viona menatap punggung Abi dengan mata nanar."Masih belum menyerah rupanya."Viona menoleh ke sumber suara, dia kemudian tersenyum."Hai Arjuna."

    Last Updated : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   11. We Meet Again

    Seorang bidan muda tengah berlari bersama seorang lelaki dan dua orang perawat yang tengah mendorong brankar berisi ibu hamil yang akan melahirkan. Sang ibu langsung dibawa ke ruang bersalin. Sedangkan sang bidan dan si suami pergi ke bagian administrasi terlebih dahulu."Sudah beres administrasinya, sekarang Bapak temani istrinya dulu ya. Prosedur sesar tinggal menunggu persiapan dari pihak rumah sakit.""Terima kasih Bu.""Sama-sama. Mohon maaf saya tidak bisa menemani. Saya harus kembali ke puskesmas.""Oh iya Bu.""Mari Pak.""Oh iya Bu, hati-hati."Bidan muda itu tersenyum dan segera menuju ke mobil ambulance. Saat akan mencapai pintu masuk Margono seseorang memanggilnya."Halo Cantik. Nganter pasien ya?""Eh ... Dokter Danu. Iya.""Kenapa pasiennya?""Sungsang Dokter Danu, padahal dua hari yang lalu saya cek sudah mapan.""Hem ... oke biar nanti disiapkan semuanya.""Makasih Dokter Danu. Mari saya duluan""S

    Last Updated : 2021-10-15

Latest chapter

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   9. Tamu

    Byan sampai rumah selepas isya. Dia baru saja melakukan pertemuan dengan pemilik rumah sakit Dadi Sehat Bergas. Byan diminta pemiliknya untuk ikut membantu di sana. Awalnya Byan belum ingin terikat dengan rumah sakit lain selain RSUD. Tapi sekarang dia sudah tak masalah. Malah semakin sibuk semakin senang dia. Bisa nambah penghasilan. Byan berencana menabung banyak uang mumpung masih muda. Usianya juga setahun lagi hampir tiga puluh. Sudah saatnya memikirkan mencari pendamping, jadi dia pun butuh modal. Dia ingin seperti sahabatnya, Andro. Punya banyak duit dan punya istri. Ya, Andro sudah menikah dan istrinya juga sedang hamil. Entah kenapa pernikahan Andro membuat Byan ngebet nyari tambahan uang demi melamar seorang wanita. Dan entah kenapa, satu wanita yang ada dalam pikiran Byan ya cuma si tetangga.Byan sudah sampai di halaman rumah, dia tidak langsung turun tapi secara refleks dia malah melirik ke rumah dinas di sebelahnya. Dan khusus hari ini ternyata sepi."Tumben gak rame," g

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   8. Sama-Sama Nyebelin

    "Ning, lihat. " Tata, salah satu rekan kerja Bening berbisik. Bening yang sedang menikmati semangkok bakso dan es dawet menatap pada sahabat sekaligus rekan kerjanya. "Apa?""Tuh, di belakangmu."Tata menunjuk ke seseorang di belakang Bening. Bening pun berbalik, dilihatnya sosok Byan sedang berjalan mengambil makanan bersama beberapa orang. Mungkin teman Byan. "Oh Tetangga, kirain Jungkook apa Taehyung. Atau melipir sedikit, Pangeran Arab atau Jutawan Dubai.""Hahaha, ups!" Tata menutup mulut. Takut tawanya yang kencang menarik perhatian orang lain. Bening sendiri melanjutkan makan. "Kalian gak bareng? Biasanya bareng.""Kan aku sama kamu, boncengan. Kalau aku sama tetangga berangkat bareng, kamu sama siapa? Katanya motormu dipakai adekmu.""Iya juga ya? Tapi kalau kamu bareng tetangga, aku ya ikut nebeng. Hihihi. Naik mobil bagus, pasti gak ada bau-bau aneh gara-gara emisi, mesin ngadat, aki soak dll, kan?""Ya sana nanti pulangnya nebeng, " tantang Bening. "Gak ah, aku gak pun

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   7. Dighibahin

    Olivia duduk termenung di dalam ruangannya. Jam sudah menunjuk jam satu siang. Pasiennya sudah tak ada. Hampir enam bulan lamanya, Olivia dan Abyan tak saling berkabar. Abyan benar-benar memutus komunikasi dengan memblokir nomernya. Kejam memang. Bahkan, kini setiap ada kesempatan ke Jakarta, hanya kedua orang tua Abyan dan adik-adiknya yang mampir, Abyan malah memilih mengunjungi Andromeda, sang sahabat daripada ikut mampir ke rumah. Jujur Olivia sangat merindukan Abyan, cinta pertamanya. Meski dia sudah menikah dengan Edo, tapi dia sama sekali tak bahagia. Edo hanya selingkuhan Olivia bukan pria yang dia cinta. "Melamun lagi." Sebuah suara mengagetkan Olivia. Dia menoleh ke arah pintu dan tampaklah sang suami dengan masih memakai jas putih dan sneli yang mengalung angkuh di leher. Edo berjalan mendekati sang istri, menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Olivia. Edo tersenyum sinis, "Masih belum melupakan mantan heh?" sinisnya. "Padahal setiap hari aku yang ada di sampingmu da

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   6. Bertemu Mantan Sahabat

    Bening berlari-lari dengan membawa dua tas besar milik pasiennya. Dia lalu segera masuk ke dalam ruang persalinan. Bu Fifi tersenyum pada bidan pribadinya."Makasih ya Bu Bening. Maaf, ngerepotin.""Gak papa Bu. Suaminya sudah saya telepon. Bapak sama ibunya Bu Fifi baik-baik saja di rumah.""Makasih." Mata Bu Fifi mulai berkaca."Jangan nangis Bu. Ibu yang kuat. Insya Allah Ibu sama dedek utun sehat."Bu Fifi mengangguk. Akhirnya pukul delapan, Bu Fifi dioperasi. Bening menunggui pasiennya sambil terus berdoa, kadang membuka ponsel, kadang melamun dan berakhir tidur. Jujur dia lelah sekali. Bening kaget ketika mendengar suara seseorang yang sedikit keras. Bening mengucek mata dan mengelap bibir secara refleks."Kenapa Dok?""Justru aku yang mau nanya. Kenapa kamu tidur di sini? Pindah kemana kek, malu dilihat banyak orang." Suara sang dokter terdengar ketus.Bening menatap sekelilingnya yang terlihat masih sepi. Dia menatap Abyan dengan sorot mata menahan kantuk. Tingkahnya terlihat

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   5. ACBC

    Bening baru saja membawa salah satu pasiennya ke RSUD. Dia lelah sehingga memutuskan ke warung makan sebentar untuk makan. Bening sengaja memesan Soto Sokaraja, teh hangat dan mendoan. Bening makan dengan lahap, sesekali melihat ke arah ponselnya. Kebetulan chat di grup puskesmas sedang heboh membahas episode terbaru drama rumah tangga yang lagi viral. Bening pun akhirnya ikut-ikutan nonton, lumayan untuk mengatasi kebosanan. Mana suasana sepi lagi, jam menunjukkan pukul dua pagi."Ckckck. Kenapa episodenya makin ke sini makin nyebelin, sih!" Bening masih sibuk dengan ponselnya, sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulut."Ada gak ya, satu cowok setia yang bisa kukekepin jadi suami. Duh, nonton ginian malah bikin takut salah pilih suami!" Bening masih saja berkomentar sambil sesekali menyuapkan makanan."Haduh! Kalau aku ngikutin drama ini terus, adanya aku jadi takut sendiri, lah kapan aku nikahnya?" gumam Bening tanpa sadar jika omongannya didengar oleh

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   4. Pertemuan Kedua

    Kelima anggota keluarga Abizar sedang menikmati sarapan pagi. Sesekali terdengar obrolan dari kelima anggota keluarga."Rumah dinas di samping mau ditinggalin siapa, Dek? Bidan baru?""Iya, masih CPNS.""Single?""Pasti.""Cantik gak?""Cantik, Mas. Risa udah ketemu kemarin. Anaknya menyenangkan juga.""Wah, bisa jadi kandidat calon mantu ini?" Abi melirik ke Abyan saat mengatakannya. Sedangkan yang dilirik terlihat cuek dan menikmati sarapannya."Asiiik, jadi punya temen dong akunya," seru Syila."Usianya berapa, Mah?" Kini Sauqi yang bertanya."Dua puluh lima.""Yah, kirain tujuh belas tahun. Mau Uki klaim jadi calon pacar."Pletak."Aduh! Sakit, Mas!" pekik Sauqi. Dia mengelus-elus dahinya yang terkena jitakan dari Byan."Belajar yang bener, capai dulu cita-cita. Baru mikir pacaran.""Yayaya, intinya ngalah sama yang tua dan pantas kawin duluan!"Ucapan Sauqi memb

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   3. Pertemuan Pertama

    Olivia menatap nanar lalu lalang orang di depannya. Sudah satu bulan dia putus dengan Abyan dan rasanya menyesakkan. Bukannya Via tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki semuanya. Dia sudah berkali-kali meminta maaf. Bahkan dengan mendatangi rumah Abyan, tetapi Abyan bergeming tidak mau kembali lagi kepadanya.Olivia terkekeh. Menertawai diri sendiri. Karena kekhilafannya, Via akhirnya berpisah dengan Abyan."Masih menyalahkan diri sendiri?"Olivia menatap Edo yang baru duduk di depannya. Ada tatapan kesedihan di mata Olivia dan Edo membencinya karena tatapan itu ditujukan kepada Abyan bukan dirinya."Aku loh yang selalu ada di samping kamu, Vi. Membantu kamu selama kamu menyelesaikan gelar doktermu, menyayangi kamu, dan jadi pelampiasan nafsu kamu. Kenapa aku harus mengalah sama Byan, hah?""Karena aku gak cinta sama kamu.""Gak cinta tapi kita udah lebih dari sekedar ciuman. Kalau aku bilang, semua bagian tubuhmu udah gak per

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   2. Move On

    Abyan sedang memukul samsak di depannya. Sejak dua jam yang lalu, samsak menjadi pelariannya. Dia marah itu jelas, terluka pasti. Mana ada cowok yang diselingkuhi akan tertawa. Apalagi jika wanita itu kamu sukai sejak masih kecil. Iya, Abyan menyukai Via sejak mereka bertemu pertama kali. Saat itu usia Abyan masih sebelas tahun sementara Olivia delapan tahun. Meski masih kecil, Olivia yang cantik menarik hati Abyan. Bahkan pertemuan keduanya terjadi setelah Byan lulus SMA dan Via baru saja lulus SMP. Abyan yang sejak kecil dididik secara ketat oleh kedua orang tuanya memilih mencintai Via dalam diam. Lagi pula untuk apa mengumbar kata cinta jika keduanya belum halal. Karena itu, Byan pura-pura cuek dengan perhatian bahkan ungkapan cinta Olivia. Abyan baru mau menerima Olivia setelah satu tahun menempuh pendidikan spesialis Mata di Inggris dan Olivia sudah memasuki tahun keempat di fakultas kedokteran. Mereka menjalani hubungan LDR hingga keduanya jarang bertemu. Saat bertemu pun lebih

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   Sesion 2 : 1. Maaf, Kita Putus!

    Suara hentakan musik di sebuah club malam terdengar begitu nyaring. Setiap pengunjung baik laki-laki dan perempuan terlihat asik berjoget mengikuti suara alunan musik yang menggema. Bahkan tak jarang dari mereka yang berada dalam keadaan mabuk atau nge-fly akibat mengkonsumsi narkoba.Seorang lelaki dengan tinggi sekitar 185 cm dan sorot mata tajam sejak tadi mengawasi sekumpulan muda mudi yang asik berjoget di lantai dansa. Rahangnya sejak setengah jam yang lalu mengeras, tangannya mengepal, sorot kemarahan jelas tergambar di matanya."Hei, Via. Selamat ya atas gelar dokternya.""Makasih, Do. Selamat untukmu juga.""Pasti. Mau hadiah?""Apa?" tanya Via sambil terus joget-joget.Edo mendekat ke arah Via. Keduanya berjoget saling berhadapan. Entah siapa yang memulai kedua bibir mereka bertemu. Mereka asik adu bibir tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya."Lepas, Do. Ih, kebiasaan suka gigit.""Tapi kamu suka, 'kan?"

DMCA.com Protection Status