Risa membuka pintu rumahnya, tampak remaja cantik seusianya berdiri di depan pintu.
"Hai, aku Sherin, sepupunya Arjuna.""Hai, aku Risa. Masuk yuk Kak.""Sherin aja atau kamu bisa panggil aku Ririn.""Oh, baiklah. Masuk Rin.""Oke."Risa mengajak Sherin masuk, rupanya Sherin gadis yang supel dan mudah bergaul. Dalam waktu singkat mereka sudah akrab."Aku langsung dandanin kamu aja ya?""Nunggu maghrib aja Rin, kan bentar lagi.""Okelah."Setelah melaksanakan sholat, Sherin langsung mendandani Risa. Sherin takjub, benar kata sepupunya kalau Risa itu cantik. Risa cuma butuh diperbaiki dandanannya, terutama bentuk giginya."Kamu cantik.""Tapi jelek karena bentuk gigiku kan?""Halah itu mah gampang, pakai behel aja.""Rin.""Iya.""Apa ukuran seorang cewek bagi cowok itu cantik fisik?""Ya iyalah Ris, hampir semua cowok kan lihat kita dari fisiknya dulu. Makanya cewek sekarang berlomba-lomba agar bisa dandan. Dengan dandan kan kita bisa menyembunyikan kekurangan kita. Ya gak?"Risa hanya mengangguk dan menampilkan senyum walau sangat sulit."Nah, selesai. Lima belas menit lagi Juna datang. Aku udah bilang gak bisa lama-lama karena aku juga ada acara valentine day di sekolahku. Pamit ya Ris.""Iya, hati-hati."Risa mengantar Sherin hanya sampai pintu rumahnya. Sherin langsung masuk ke mobilnya. Risa menatap kepergian Sherin sampai mobil itu menghilang. Risa kembali ke kamarnya dan menatap cermin yang ada di kamarnya. Dia tersenyum dan kemudian menatap peralatan make up milik Tante Maira yang tadi siang dia pinjam. Sementara itu, Arjuna baru sampai di depan pagar rumah Risa. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang."Gimana Rin?""Beres, beneran cantik. Kamu suruh dia pake behel aja.""Gampang itu. Kamu kok tadi gak fotoin sih? Mau aku pajang di status sosmedku tahu.""Lupa Jun, sorry.""Ah, ya udah deh. Lagian ntar aku juga lihat sendiri.""Hahaha. Kamu bakalan jatuh cinta Jun. Percaya sama omonganku.""Kita lihat saja nanti."Arjuna memutuskan sambungannya dan mengetuk pintu rumah Risa.Tok ... tok ... tok.Ceklek.Arjuna akan menyapa Risa dengan senyum merekahnya, namun senyum itu mendadak berubah menjadi mimik muka melongo dan pucat karena kaget."Ri-risa." Arjuna sampai mengedipkan matanya berkali-kali. Dia sungguh tak percaya dengan apa yang dia lihat."Yuk Kak, kita berangkat.""Hah, a-a-aku ....""Ayuk."Risa langsung menggandeng tangan Arjuna menuju ke motor. Saat mencapai pintu gerbang rumah Risa, mereka mendengar suara gerbang tetangga sebelah terbuka. Mereka berdua menoleh pun Abizar. Abizar sedikit kaget namun mampu mengendalikan mimik mukanya menjadi seperti biasa. Datar.Risa tersenyum kepada Abizar dan langsung menarik lengan Juna. Mau tak mau Arjuna menjalankan motor dan membelah jalanan. Abizar masih diam tak percaya dengan apa yang terjadi. Astaga. Abizar langsung menaiki motornya dan menyusul Risa dan Arjuna.*****Semua mata menatap tak berkedip pada pasangan Risa dan Arjuna. Bahkan kebanyakan dari mereka berkasak-kusuk sambil terkikik. Citra dan Dito pun tak kalah terkejut melihat penampilan Risa yang .... jelek. Lipstik terlalu merah, eye shadow warna biru, pemulas pipi yang terlalu merah dan alis yang terlalu tebal. Risa santai saja, walaupun setiap orang berkasak-kusuk dan menunjuk-nunjuk dirinya bahkan menertawainya."Kamu itu udah gak waras ya Jun, ya ampun. Habis putus sama aku kamu galau banget ya? Sampai gak bisa mbedain mana cewek cantik mana ondel-ondel."Ghea dan Diana datang dan menghampiri Arjuna dan Risa."Ckckckck. Kayaknya si Risa pakai sesuatu mungkin. Sampai si Arjuna gak bisa lihat mana gadis cantik dan mana ondel-ondel.""Hahaha."Terdengar tawa Ghea dan Diana yang disusul oleh hampir semua orang di ruangan itu. Muka Arjuna sudah merah menahan kesal dan malu. Dia sungguh tak menyangka Sherin membohonginya. Mana yang cantik coba? Yang ada mirip ondel-ondel."Hei cewek bergigi tonggos, kamu tadi ngaca gak?" tanya Ghea."Ngaca Kak.""Kaca kamu kurang gede ya?" terdengar tawa lagi. Namun Risa kelihatan tetap tenang dan tak ada raut kesedihan atau pun kemarahan disana. Kondisi Risa membuat Citra dan Dito was-was. Pun dengan Abizar yang baru datang."Oh iya, nanti ada sesi pertunjukan buat yang mau ngisi. Kamu ikutan aja Ris, ngelawak," seru seorang cowok entah siapa. "Boleh," jawab Risa tenang. Astaga."Purwi, jangan lupa masukin Risa ya," perintah Diana. "Siap."Arjuna merasa kesal lalu meninggalkan Risa. Risa tampak tenang dan langsung menghampiri kedua temannya."Ris." Citra nampak khawatir pada sahabatnya."Cari makan yuk, Cit, Dit. Aku lapar."Risa mengajak kedua temannya untuk makan. Sekali lagi kedua sahabatnya nampak bingung dengan Risa yang nampak cuek dan tenang. Bahkan saat diolok-olok dengan berbagai cibiran, Risa tetap tenang dan kalem.Acara puncak perayaan valentine day pun berlangsung. Berbagai pertunjukan dipertontonkan lewat kreativitas para siswa siswi. Ghea, Diana dan gengnya mempertunjukkan dance cover lagu Black Pink yang mempesona. Membuat mereka dipuji dan dipuja. Arjuna dan kawan-kawan mempertunjukkan penampilan band-nya. Belum lagi yang lainnya, ada yang membacakan puisi, mempertunjukan tari tradisional, menyanyi, drama dan masih banyak lagi. Pokoknya acaranya menyenangkan. Selain itu penghargaan juga diberikan dalam berbagai kategori seperti konsum pria/wanita terbaik, pasangan terbaik, make up terbaik, kostum terunik, putrautri idola dan penampilan terabsurd jatuh pada Risa. Dengan pedenya Risa maju dan menerima slempang bertuliskan penampilan terabsurd.Acara terakhir dan paling ditunggu yaitu dansa dengan pasangan. Semua siswa beserta pasangannya mulai menata diri di lantai auditorium sekolah yang sudah disulap begitu indahnya. Para guru dan penjaga sekolah pun ikut berjaga dan mengawasi para siswanya. Karena bagaimanapun upaya pencegahan segala tindakan tak bermoral harus ditiadakan. Musik dimainkan, dan para siswa pun mulai berdansa. Jika ada anak yang kurang sopan langsung mendapat teguran dari guru. Arjuna entah kemana, dia sudah menghilang sejak tadi. Sedangkan Risa masih bersama kedua temannya."Dansa yuk Ris," ajak Jeremy salah satu kakak kelas Risa. "Boleh."Saat akan berjalan ke arena dansa, seseorang mencekal lengan Risa."Kak, tolong lepasin!""Kamu mau apa?""Dansa.""Gak usah aneh-aneh kamu.""Dansa kan gak aneh-aneh Kak.""Pulang!""Udah lah Kak Abi, kan aku mau seneng-seneng."Risa langsung melepaskan diri dari cekalan Abizar. Risa mengikuti Jeremy dan mereka mulai menari. Jeremy yang lucu sengaja bergerak tak karuan dan menimbulkan gelak tawa para penontonnya. Pun Risa, dia pun menggerakkan badannya dengan lucu dan kaku. Dito yang tidak tahan melihat sahabatnya seperti sengaja mempermalukan diri pun ikut-ikutan menari bersamanya. Citra memandang kedua sahabatnya lalu Arjuna yang sedang bersama cewek lain. Sepertinya anak kelas sepuluh juga. Dan dia sangat cantik. Lalu Citra mengikuti kedua sahabatnya. Mereka berempat menari dengan sangat semangat dan lucu. Gelak tawa memenuhi seluruh ruangan.Abizar hanya menatap mereka dengan tatapan yang sulit didefinisikan maksudnya."Bodoh kamu Ris," lirih Abizar.Kondisi yang berbeda dirasakan Arjuna. Dia yang begitu kesal dengan Risa sengaja menjauh dan bertemu dengan Kiara. Gadis cantik kelas sepuluh juga. Mereka akhirnya ngobrol dan berdansa bersama. Saat tengah menikmati acara dansa, Arjuna semakin merasa sebal dengan tingkah Risa.*****Risa keluar dari kamar kecil bersama Citra. Tiba-tiba tangannya dicekal oleh seseorang."Maksud kamu apa Ris? Kamu mau bikin aku malu hah?"Citra yang melihat muka Arjuna yang tampak marah sedikit ketakutan. Sementara Risa hanya tersenyum dan bersikap tenang."Kamu tahu gak sih, aku sengaja beli baju dan sepatu yang mahal biar apa? Biar kamu tampil cantik. Biar aku bangga ngajak kamu."Hening. Amarah Arjuna sudah menguasai dirinya. Terbukti dari nafasnya yang cepat dan muka yang merah menahan marah."Kenapa kamu diam? Ngomong!" bentak Arjuna. Risa masih diam, sehingga membuat Arjuna bertindak kasar dengan mendorong Risa dengan kuat. Risa jatuh hingga terduduk di lantai. "Ris," teriak Citra khawatir.Meski kaget dan merintih, Risa berusaha menahan tangisnya dan berdiri lalu menatap Arjuna."Jadi ini maksud Kak Juna. Sengaja bikin aku cantik biar Kakak merasa menang terhadap ego diri?""Maksud kamu?""Kata Kakak, Kak Juna tulus menjadi sahabat Risa, selalu menyemangati Risa agar bisa menjadi diri sendiri. Lalu ini apa?""Maksud kamu?""Terima kasih untuk beberapa waktu yang Kakak berikan untuk Risa, untuk perhatiannya dan untuk semuanya."Risa menoleh ke arah Citra, " Pulang yuk Cit?""Oh ayuk."Citra dan Risa berlalu begitu saja dari hadapan Arjuna. Arjuna tampak merenungi kata-kata Risa."Dia hanya ingin menguji ketulusanmu," ucap suara dingin. Membuat Arjuna menoleh kearahnya."Kamu memberi dia harapan terlalu besar, sehingga dia penasaran akan jenis perhatianmu. Apakah tulus apa adanya atau ada maksud yang lain. Sayang kamu salah perhitungan."Tanpa kata lagi, Abizar meninggalkan Arjuna yang masih nampak bengong. Arjuna meraup kasar mukanya. Astaga. Benar kata Rangga, dalamnya hati wanita sulit diketahui.*****"Ntar kita boncengan bertiga.""Gak usah pesenin aku gojeg aja ya? Aku bawa uang yang ada di celenganku kok.""Baiklah."Byur ....Risa kaget karena dia baru saja diguyur seember air bercampur tanah oleh Ghea CS."Hahaha. Nah, tambah cakep Ris. Rasakan! Itu akibat kamu berurusan sama aku. Kamu merebut perhatian Juna dari aku."Ghea Cs langsung meninggalkan Risa dan Citra."Ris ....""Gak papa.""Tapi Ris ….""Gak papa."Risa tersenyum dengan tubuh basah lalu mengajak Citra keluar melalui gerbang belakang. "Bentar lagi Dito datang, biar dia ngantar kamu. Aku yang naik gojeg.""Gak usah Cit, aku naik gojeg aja.""Gak pokoknya kamu dianterin Dito.""Gak usah." Terjadi perdebatan antara keduanya hingga sebuah jaket tersampir menutupi tubuh Risa yang basah."Ayuk pulang!" Abizar langsung menarik lengan Risa dan membawanya ke motornya."Kak Abi.""Pulang!"Risa hanya diam, lalu tangannya langsung diseret dan mau tak mau dia duduk di jok belakang motor."Kamu pulang sama Dito, Cit.""Siap Kak Abi."Abi langsung melajukan motornya. Sepanjang jalan Risa menangis tanpa suara. Air matanya mengalir deras. Sudah cukup, sekarang dia paham jangan terlalu berharap pada manusia. Jatuhnya akan sangat sakit. Tanpa sadar Risa menyandarkan kepalanya pada punggung Abizar dan tangannya melingkari perut Abizar. Abizar tersenyum tipis lalu tetap melajukan motornya dengan kecepatan sedangRisa dan Abizar sampai juga di gerbang rumah. Risa langsung berjalan lunglai menuju pagar rumahnya. Langkah Risa terhenti karena cekalan tangan Abizar. Risa menoleh ke arah Abizar."Kenapa harus dengan cara seperti ini Risa?"Risa diam, tak menjawab pertanyaan Abizar."Apa yang kamu dapat dengan melakukan hal ini hem?""Sebuah keputusan," jawab Risa singkat."Dan kamu yakin dengan keputusanmu?"Risa mengangguk dan tersenyum."Ayo." Abizar menarik tangan Risa lembut.Mereka bersama-sama mengetuk pintu rumah Risa.Ceklek.Risa dan Abizar tertegun karena mendapati seorang wanita yang membukakan pintu."Anda siapa?" tanya Risa."Risa," teriak seorang lelaki dari dalam rumah."Lik Hamdi?""Iya. Wah kamu udah besar ya. Kamu mirip Mas Handi. Kenalkan ini istri Lilik, Tina."Risa menyalami lilik dan istrinya. Abizar pun melakukan hal yang sama."Ris, sudah pulang?" Eyang Risa datang menghampiri.
Risa tengah menemui wali kelasnya untuk pengajuan kepindahan sekolah."Kamu yakin Ris? Gak nunggu setelah semesteran saja." Bu Heni wali kelasnya menasehati."Gak bisa Bu, kan Ibu tahu sendiri masalah saya.""Baiklah kalau begitu. Oh iya kamu sudah bilang sama Dito dan Citra?""Belum Bu. Saya mohon jangan sampai mereka tahu ya.""Apa tidak sebaiknya kamu kasih tahu mereka Ris?""Saya gak tega Bu. Mereka sahabat setia saya. Saya takut mereka sedih.""Ya sudah kalau begitu.""Saya pamit ya Bu.""Iya, hati-hati pulangnya.""Iya Bu, mari."Risa keluar dari ruang guru kemudian berjalan menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Sampai di dekat ruang perpustakaan dia berpapasan dengan Arjuna. Keduanya tampak canggung apalagi Arjuna tengah jalan dengan cewek cantik yang Risa tahu adalah teman seangkatannya dan memang dia sangat cantik sekaligus populer. Risa memilih berlalu pun Arjuna. Mereka sama-sama menganggap diri mereka tak saling
Abizar mengamati rumah Risa, dua hari ini rumah itu kelihatan sepi. Kemana semua orang? Sang mamah dari hari sabtu pun sudah sibuk wara wiri mengetuk rumah sebelah tapi nihil."Kamu kemana Ris?" lirih Abizar.Abizar pun memilih untuk menstarter motornya. Nanti dia akan membeli bubur ayam kesukaan Risa setelah selesai latihan basket. Abizar sudah memutuskan untuk lebih mengikuti kata hatinya.Pulang dari latihan, Abizar begitu terkejut mendapati rumah Risa sedang dikerumuni banyak orang. Disana juga terlihat alat berat yang tengah merobohkan rumah Risa.Abizar langsung berlari dan menuju halaman rumahnya. Terlihat mamahnya tengah menangis di bahu sang papah. Sementara kedua adiknya tengah duduk di teras dengan pandangan kosong. Abizar ikut duduk dan berada di tengah si kembar.Asyila menatap sang kakak dengan mata berkaca-kaca."Mbak Risa pergi Mas. Pergi jauh. Rupanya malam itu Mbak Risa beneran pamitan."Asyila langsung memeluk sang ka
Langkah kaki tegap seorang dokter berusia 27 tahun menggema. Tubuh tinggi atletis dengan kulit putih, alis tebal dengan bibir tipis serta wajah tampan nan rupawan membuat siapa saja yang melihatnya tak ingin berpaling. Termasuk Viona."Abizar." Viona melangkah mendekati Abizar yang masih tetap berjalan tanpa berhenti bahkan menengok ke arah Viona pun tidak."Makan yuk Bi, bentar lagi istirahat siang." Viona berusaha mengimbangi langkah kaki Abizar."Gak.""Ayolah Bi, udah lapar nih. Perut kita juga butuh dikasih makan tahu, jangan sampai kita sakit kalau kita sakit kasihan pasien-pasien kita. Ya kan Bi," ucap Viona dengan wajah sumringah.Sayang Abi hanya diam dan terus berjalan bahkan meninggalkan Viona tanpa membalas atau menolak ajakannya. Viona mendesah, dia berhenti mengikuti langkah Abi. Viona menatap punggung Abi dengan mata nanar."Masih belum menyerah rupanya."Viona menoleh ke sumber suara, dia kemudian tersenyum."Hai Arjuna."
Seorang bidan muda tengah berlari bersama seorang lelaki dan dua orang perawat yang tengah mendorong brankar berisi ibu hamil yang akan melahirkan. Sang ibu langsung dibawa ke ruang bersalin. Sedangkan sang bidan dan si suami pergi ke bagian administrasi terlebih dahulu."Sudah beres administrasinya, sekarang Bapak temani istrinya dulu ya. Prosedur sesar tinggal menunggu persiapan dari pihak rumah sakit.""Terima kasih Bu.""Sama-sama. Mohon maaf saya tidak bisa menemani. Saya harus kembali ke puskesmas.""Oh iya Bu.""Mari Pak.""Oh iya Bu, hati-hati."Bidan muda itu tersenyum dan segera menuju ke mobil ambulance. Saat akan mencapai pintu masuk Margono seseorang memanggilnya."Halo Cantik. Nganter pasien ya?""Eh ... Dokter Danu. Iya.""Kenapa pasiennya?""Sungsang Dokter Danu, padahal dua hari yang lalu saya cek sudah mapan.""Hem ... oke biar nanti disiapkan semuanya.""Makasih Dokter Danu. Mari saya duluan""S
Risa tengah menengok kiri kanan. Sepi. Sepertinya semua anggota keluarga Rayyan dan Zio sudah berada di kamar masing-masing. Risa berjalan mengendap-endap menuju taman belakang. Seharian ini dia berusaha menghindar dari hadapan si AC. Untung saja ada si kembar jadi Risa punya alasan momong anaknya Mas Reihan.Mereka menginap di hotel milik rekan kerja ayahnya Zio. Hotel bintang lima, gratis pula."Huft. Akhirnya bisa keluar juga."Risa tengah berjalan-jalan menikmati taman yang sunyi dengan gemericik air kolam. Jujur seharian ini dia merasa bosan karena bersembunyi terus. Dia butuh udara segar untuk menghilangkan kegundahan hati."Hem ... nyamannya."Risa duduk-duduk di tepi kolam dengan mencelupkan tangan kirinya ke dalam air. Tak lupa pula dia bersenandung lagu-lagu kesukaannya. Ia tampak menikmati kesendirian di bawah lampu temaram taman.Hingga suara berisik di belakangnya mengganggu kesenangannya. Risa berbalik bersiap-siap
Jarum jam menunjukkan pukul satu siang. Aktivitas di Puskesmas sudah mulai lengang. Pasien rawat jalan sudah tak ada. Yang ada para pasien bagian rawat inap. Risa tengah bersiap-siap kembali ke rumah dinasnya.Risa memutuskan untuk sholat dulu agar sampai di rumah bisa istirahat. Setelah sholat Risa memakai bedaknya lagi dan akan memoleskan lipstik warna nude pada bibirnya.Risa tertegun kemudian memegang bibirnya. Ingatannya tertuju pada adegan sebulan yang lalu saat Abizar mencium paksa bibirnya. Meski Risa marah tapi mau tak mau Risa menyukainya. Ciuman itu begitu lembut namun juga panas. Dan sungguh mati, Risa rasanya ingin menceburkan diri ke kali Serayu karena sungguh dia mendambakan ciuman itu lagi. Astaga.Risa menggeleng-gelengkan kepalanya dan segera memoles lipstik dan membenarkan kerudungnya."Ingat Risa, kamu sedang berusaha menjadi wanita muslimah sejati. Buang itu pikiran kotor."Risa mengangguk pada cermin besar dengan sangat opti
Risa memarkirkan motornya di garasi, hari ini lelah sekali rasanya. Tak sengaja Risa menatap halaman rumah sebelah. Kebetulan tembok di rumah sebelah hanya setinggi satu meter sehingga semua aktivitas di halaman rumah besar itu terlihat. Seperti sekarang, ada dua mobil terparkir disana. Mobil Fortuner yang tadi pagi ia lihat dan mobil Honda Jazz warna merah yang dia lihat di Puskesmas. Kenapa Risa tahu? Karena dia sempat membaca plat nomernya tadi. Eh tunggu, kalau itu mobil yang dilihat Risa di halaman Puskesmas berarti ...."Bu Risa."Risa menoleh ke arah Bu Ginah."Sini, kenalan dulu yuk sama tetangga barumu.""Hah ... ehm ... saya .... ""Cepetan!""Tapi?""Cepetan jangan lama-lama."Mau tak mau Risa melangkah menuju rumah tetangga barunya walau aslinya enggan."Ayo." Bu Ginah menarik lengan Risa dan langsung membawa Risa masuk ke dalam rumah.Dalam ruang tamu terdapat sebuah keluarga dengan lima anggota keluarga rupanya, s
Byan sampai rumah selepas isya. Dia baru saja melakukan pertemuan dengan pemilik rumah sakit Dadi Sehat Bergas. Byan diminta pemiliknya untuk ikut membantu di sana. Awalnya Byan belum ingin terikat dengan rumah sakit lain selain RSUD. Tapi sekarang dia sudah tak masalah. Malah semakin sibuk semakin senang dia. Bisa nambah penghasilan. Byan berencana menabung banyak uang mumpung masih muda. Usianya juga setahun lagi hampir tiga puluh. Sudah saatnya memikirkan mencari pendamping, jadi dia pun butuh modal. Dia ingin seperti sahabatnya, Andro. Punya banyak duit dan punya istri. Ya, Andro sudah menikah dan istrinya juga sedang hamil. Entah kenapa pernikahan Andro membuat Byan ngebet nyari tambahan uang demi melamar seorang wanita. Dan entah kenapa, satu wanita yang ada dalam pikiran Byan ya cuma si tetangga.Byan sudah sampai di halaman rumah, dia tidak langsung turun tapi secara refleks dia malah melirik ke rumah dinas di sebelahnya. Dan khusus hari ini ternyata sepi."Tumben gak rame," g
"Ning, lihat. " Tata, salah satu rekan kerja Bening berbisik. Bening yang sedang menikmati semangkok bakso dan es dawet menatap pada sahabat sekaligus rekan kerjanya. "Apa?""Tuh, di belakangmu."Tata menunjuk ke seseorang di belakang Bening. Bening pun berbalik, dilihatnya sosok Byan sedang berjalan mengambil makanan bersama beberapa orang. Mungkin teman Byan. "Oh Tetangga, kirain Jungkook apa Taehyung. Atau melipir sedikit, Pangeran Arab atau Jutawan Dubai.""Hahaha, ups!" Tata menutup mulut. Takut tawanya yang kencang menarik perhatian orang lain. Bening sendiri melanjutkan makan. "Kalian gak bareng? Biasanya bareng.""Kan aku sama kamu, boncengan. Kalau aku sama tetangga berangkat bareng, kamu sama siapa? Katanya motormu dipakai adekmu.""Iya juga ya? Tapi kalau kamu bareng tetangga, aku ya ikut nebeng. Hihihi. Naik mobil bagus, pasti gak ada bau-bau aneh gara-gara emisi, mesin ngadat, aki soak dll, kan?""Ya sana nanti pulangnya nebeng, " tantang Bening. "Gak ah, aku gak pun
Olivia duduk termenung di dalam ruangannya. Jam sudah menunjuk jam satu siang. Pasiennya sudah tak ada. Hampir enam bulan lamanya, Olivia dan Abyan tak saling berkabar. Abyan benar-benar memutus komunikasi dengan memblokir nomernya. Kejam memang. Bahkan, kini setiap ada kesempatan ke Jakarta, hanya kedua orang tua Abyan dan adik-adiknya yang mampir, Abyan malah memilih mengunjungi Andromeda, sang sahabat daripada ikut mampir ke rumah. Jujur Olivia sangat merindukan Abyan, cinta pertamanya. Meski dia sudah menikah dengan Edo, tapi dia sama sekali tak bahagia. Edo hanya selingkuhan Olivia bukan pria yang dia cinta. "Melamun lagi." Sebuah suara mengagetkan Olivia. Dia menoleh ke arah pintu dan tampaklah sang suami dengan masih memakai jas putih dan sneli yang mengalung angkuh di leher. Edo berjalan mendekati sang istri, menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Olivia. Edo tersenyum sinis, "Masih belum melupakan mantan heh?" sinisnya. "Padahal setiap hari aku yang ada di sampingmu da
Bening berlari-lari dengan membawa dua tas besar milik pasiennya. Dia lalu segera masuk ke dalam ruang persalinan. Bu Fifi tersenyum pada bidan pribadinya."Makasih ya Bu Bening. Maaf, ngerepotin.""Gak papa Bu. Suaminya sudah saya telepon. Bapak sama ibunya Bu Fifi baik-baik saja di rumah.""Makasih." Mata Bu Fifi mulai berkaca."Jangan nangis Bu. Ibu yang kuat. Insya Allah Ibu sama dedek utun sehat."Bu Fifi mengangguk. Akhirnya pukul delapan, Bu Fifi dioperasi. Bening menunggui pasiennya sambil terus berdoa, kadang membuka ponsel, kadang melamun dan berakhir tidur. Jujur dia lelah sekali. Bening kaget ketika mendengar suara seseorang yang sedikit keras. Bening mengucek mata dan mengelap bibir secara refleks."Kenapa Dok?""Justru aku yang mau nanya. Kenapa kamu tidur di sini? Pindah kemana kek, malu dilihat banyak orang." Suara sang dokter terdengar ketus.Bening menatap sekelilingnya yang terlihat masih sepi. Dia menatap Abyan dengan sorot mata menahan kantuk. Tingkahnya terlihat
Bening baru saja membawa salah satu pasiennya ke RSUD. Dia lelah sehingga memutuskan ke warung makan sebentar untuk makan. Bening sengaja memesan Soto Sokaraja, teh hangat dan mendoan. Bening makan dengan lahap, sesekali melihat ke arah ponselnya. Kebetulan chat di grup puskesmas sedang heboh membahas episode terbaru drama rumah tangga yang lagi viral. Bening pun akhirnya ikut-ikutan nonton, lumayan untuk mengatasi kebosanan. Mana suasana sepi lagi, jam menunjukkan pukul dua pagi."Ckckck. Kenapa episodenya makin ke sini makin nyebelin, sih!" Bening masih sibuk dengan ponselnya, sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulut."Ada gak ya, satu cowok setia yang bisa kukekepin jadi suami. Duh, nonton ginian malah bikin takut salah pilih suami!" Bening masih saja berkomentar sambil sesekali menyuapkan makanan."Haduh! Kalau aku ngikutin drama ini terus, adanya aku jadi takut sendiri, lah kapan aku nikahnya?" gumam Bening tanpa sadar jika omongannya didengar oleh
Kelima anggota keluarga Abizar sedang menikmati sarapan pagi. Sesekali terdengar obrolan dari kelima anggota keluarga."Rumah dinas di samping mau ditinggalin siapa, Dek? Bidan baru?""Iya, masih CPNS.""Single?""Pasti.""Cantik gak?""Cantik, Mas. Risa udah ketemu kemarin. Anaknya menyenangkan juga.""Wah, bisa jadi kandidat calon mantu ini?" Abi melirik ke Abyan saat mengatakannya. Sedangkan yang dilirik terlihat cuek dan menikmati sarapannya."Asiiik, jadi punya temen dong akunya," seru Syila."Usianya berapa, Mah?" Kini Sauqi yang bertanya."Dua puluh lima.""Yah, kirain tujuh belas tahun. Mau Uki klaim jadi calon pacar."Pletak."Aduh! Sakit, Mas!" pekik Sauqi. Dia mengelus-elus dahinya yang terkena jitakan dari Byan."Belajar yang bener, capai dulu cita-cita. Baru mikir pacaran.""Yayaya, intinya ngalah sama yang tua dan pantas kawin duluan!"Ucapan Sauqi memb
Olivia menatap nanar lalu lalang orang di depannya. Sudah satu bulan dia putus dengan Abyan dan rasanya menyesakkan. Bukannya Via tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki semuanya. Dia sudah berkali-kali meminta maaf. Bahkan dengan mendatangi rumah Abyan, tetapi Abyan bergeming tidak mau kembali lagi kepadanya.Olivia terkekeh. Menertawai diri sendiri. Karena kekhilafannya, Via akhirnya berpisah dengan Abyan."Masih menyalahkan diri sendiri?"Olivia menatap Edo yang baru duduk di depannya. Ada tatapan kesedihan di mata Olivia dan Edo membencinya karena tatapan itu ditujukan kepada Abyan bukan dirinya."Aku loh yang selalu ada di samping kamu, Vi. Membantu kamu selama kamu menyelesaikan gelar doktermu, menyayangi kamu, dan jadi pelampiasan nafsu kamu. Kenapa aku harus mengalah sama Byan, hah?""Karena aku gak cinta sama kamu.""Gak cinta tapi kita udah lebih dari sekedar ciuman. Kalau aku bilang, semua bagian tubuhmu udah gak per
Abyan sedang memukul samsak di depannya. Sejak dua jam yang lalu, samsak menjadi pelariannya. Dia marah itu jelas, terluka pasti. Mana ada cowok yang diselingkuhi akan tertawa. Apalagi jika wanita itu kamu sukai sejak masih kecil. Iya, Abyan menyukai Via sejak mereka bertemu pertama kali. Saat itu usia Abyan masih sebelas tahun sementara Olivia delapan tahun. Meski masih kecil, Olivia yang cantik menarik hati Abyan. Bahkan pertemuan keduanya terjadi setelah Byan lulus SMA dan Via baru saja lulus SMP. Abyan yang sejak kecil dididik secara ketat oleh kedua orang tuanya memilih mencintai Via dalam diam. Lagi pula untuk apa mengumbar kata cinta jika keduanya belum halal. Karena itu, Byan pura-pura cuek dengan perhatian bahkan ungkapan cinta Olivia. Abyan baru mau menerima Olivia setelah satu tahun menempuh pendidikan spesialis Mata di Inggris dan Olivia sudah memasuki tahun keempat di fakultas kedokteran. Mereka menjalani hubungan LDR hingga keduanya jarang bertemu. Saat bertemu pun lebih
Suara hentakan musik di sebuah club malam terdengar begitu nyaring. Setiap pengunjung baik laki-laki dan perempuan terlihat asik berjoget mengikuti suara alunan musik yang menggema. Bahkan tak jarang dari mereka yang berada dalam keadaan mabuk atau nge-fly akibat mengkonsumsi narkoba.Seorang lelaki dengan tinggi sekitar 185 cm dan sorot mata tajam sejak tadi mengawasi sekumpulan muda mudi yang asik berjoget di lantai dansa. Rahangnya sejak setengah jam yang lalu mengeras, tangannya mengepal, sorot kemarahan jelas tergambar di matanya."Hei, Via. Selamat ya atas gelar dokternya.""Makasih, Do. Selamat untukmu juga.""Pasti. Mau hadiah?""Apa?" tanya Via sambil terus joget-joget.Edo mendekat ke arah Via. Keduanya berjoget saling berhadapan. Entah siapa yang memulai kedua bibir mereka bertemu. Mereka asik adu bibir tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya."Lepas, Do. Ih, kebiasaan suka gigit.""Tapi kamu suka, 'kan?"