Share

5. Fifty Fifty

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-15 00:23:46

Pagi ini tanggal 14 Februari, semua orang merasa senang pun dengan Risa. Dia melangkah dengan penuh semangat menuju ke pintu gerbang rumahnya. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya.

"Mbak Risa ...." teriak Asyila.

"Syila. Hai. Wah cantik benar kamu."

"Mbak Risa juga, ini Syila kasih cokelat. Selamat hari kasih sayang ya Mbak. Valentino itu ya namanya."

"Valentine Syila. Astaga." Kali ini Athaya datang menghampiri kembarannya.

"Kalau Valentino itu pacar kamu, eh dia ulang tahun berarti loh."

"Diem kamu Athaya, aku masih kecil."

"Masih kecil tapi niat ngasih cokelat sama Valentino wee ...."

"Kamu juga mau ngasih bunga sama Bu guru Vira. Weee .... "

"Biarin weee, aku kan sayang sama Bu Guru."

"Valen temen aku. Aku juga sayang wee ...."

Astaga kedua bocah umur tujuh tahun sudah bilang sayang-sayangan. Ckckckck. Apa kabar Risa dulu ya? Perasaan diumur segitu Risa tahunya main gundu. Gak ngerti kata i love you. Hihihi. Risa asik melihat perdebatan si kembar. Lucu sekali.

"Ekhem." Suara dingin menginterupsi keduanya. Pun Risa yang akhirnya memilih mengulas senyum paling manis yang ia miliki.

"Kalian itu ngapain? Berangkat sana!"

"Iya Mas," jawab si kembar kompak.

"Mbak Risa ... ini cokelat dari Syila. Takut Syila lupa." Risa menerima cokelat dari Syila. 

"Makasih ya Syila."

"Sama-sama Mbak."

"Mbak," kali ini Athaya yang maju.

"Nih buat Mbak Risa. Kemarin mamah beli tanaman hias banyak banget. Terus aku lihat kaktus ini cocok buat Mbak Risa yang pelupaan. Hehehe."

"Makasih ya Atha." Risa tertawa cekikikan. Ia paham maksud Athaya, ya Risa itu pelupa dan paling malas menyiram tanamannya. Selama ini tugas itu, Eyangnya yang mengerjakan.

"Makasih ya Atha. Mbak akan rawat sebaik mungkin."

"Harus tumbuh loh Mbak, kalau bisa harus tumbuh gede."

"Pasti," ucap Risa sok jumawa. 

"Kami berangkat Mbak, Mas. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Risa masih memandangi si kembar yang berjalan menuju ke sekolahnya. Sekolah mereka dekat paling lima menit jalan kaki sudah sampai.

"Kamu mau bengong disini atau mau berangkat?"

"Hah ... ber-berangkat kok Kak."

Risa segera menaruh kaktus di rak tanaman yang terletak di teras rumahnya lalu segera berjalan menuju jalan utama.

"Mana Juna?" tanya Abizar dengan suara dingin.

"Kak Juna ada urusan." Risa menjawab gugup.

"Hemmm ... ayuk."

"Hah."

"Kamu mau terlambat?"

"Oh ... enggak."

Akhirnya Risa dan Abizar berangkat bersama. Sepanjang jalan mereka hanya diam. Risa bersyukur tadi dia mengepang rambutnya sehingga tidak akan menghalangi pandangan Abizar. Daripada bingung, Risa memilih untuk mengamati jalanan yang mereka lewati. 

Hiasan bertema valentine terpasang di setiap sudut jalan. Hampir semua toko pun memasang pernak-pernik beraroma valentine, dari mulai hiasan pita, boneka, bunga, bentuk hati,  patung atau gambar cupid, cokelat dan warna dasar yang tercetak adalah warna pink. Pink itu memang identik dengan valentine day rupanya.

Risa sendiri bukan termasuk orang yang suka merayakan Valentine. Karena baginya kasih sayang ya harus diungkapkan setiap hati setiap waktu. Tak harus berpatokan pada hari dan tanggal tertentu. Kecuali tanggal kelahiran atau tanggal spesial tentu saja.

"Jangan senyam senyum."

Deg.

"Nanti dikira aku bawa orang gila."

Risa mengerucutkan bibirnya. Ya ampun dasar AC nyebelin.

*****

Risa mengernyit karena Abizar menurunkannya di jalan dekat gerbang belakang sekolah.

"Kok disini Kak?"

"Kamu tinggal jalan lewat gerbang belakang. Lebih deket juga. Lebih sepi. Daripada aku turunin di tempat biasa," jawab Abi cuek.

"Tapi kan?"

"Buruan masuk."

"Iya. Tapi kan? Eh ... Kak tunggu!"

Risa cuma bisa mendecih dan menahan kesal. Karena Abizar langsung melajukan motornya dan menuju ke gerbang depan.

Setelah Abizar menghilang dari pandangan mau tak mau Risa melangkah menuju gerbang belakang sekolah. Risa tersenyum ramah pada pak satpam. Suasana sekolah masih sepi. Maklum karena tanggal empat belas biasanya kegiatan belajar mengajar diliburkan. Paginya diganti dengan kegiatan kesenian dan olahraga. Sedangkan malamnya puncak acara valentine day. Itupun dibatasi hanya sampai jam sepuluh malam.

Saat tengah menyusuri koridor yang sepi dan melewati ruang latihan basket, Risa mendengar suara seseorang yang begitu familiar di telinganya. Mau tak mau Risa menghentikan langkahnya dan memutuskan menguping.

"Kamu jalan sama Risa?"

"Iya."

"Gila kamu! Kayak gak ada cewek yang lain aja."

"Risa itu aslinya cantik tahu."

"Cantik gimana? Udah item, dekil, tonggos, yah walau kuakui bentuk badannya proposional sama rambutnya itu hitam legam kayak penyanyi Raisa."

"Nah itu dia."

"Maksudnya?"

"Nah itu, aku lagi bikin dia kayak Raisa. Aku akan tunjukin ke kamu bagaimana Risa kalau udah dandan. Aku udah pernah liat, cantik tahu."

"Kamu lupa sama giginya?"

"Tenang. Aku udah minta dia pasang kawat gigi kok. Tinggal dipasang dua tahun aja pasti giginya rapi. Kamu bakalan gak ngenalin Risa lagi."

"Ck. Aku gak percaya."

"Terserah. Akan aku buktikan sama kamu."

"Eh ... Jun. Kamu itu nglakuin ini karena beneran suka sama Risa apa cuma karena merasa tertantang bikin Risa biar jadi cantik?"

"Kayaknya fifty fifty deh."

"Fifty fifty gimana?"

"Ya aku emang suka Risa tapi lebih seneng kalau dia jadi cantik sih."

"Dasar."

"Ini kok kamu gak jemput dia?"

"Oh ... aku tadi hubungi saudara aku, Sherin buat make over Risa. Dia menyanggupi dengan imbalan aku dianter ke sekolahnya. Jadi tadi aku nganterin dia."

"Ooo."

Mata Risa sudah berkaca-kaca, dia memilih pergi dan tak mau mengkonfirmasi kepada Arjuna. 

Seseorang menatap punggung Risa dengan tatapan tajamnya. Lama dia menatap Risa sampai sang gadis menghilang.

"Hei Bi, kamu lagi ngapain disitu? Kamu lihat setan apa kuntilanak?" tanya Rangga.

"Makhluk halus, kalian ngapain disini?" Abizar bertanya balik.

"Aku sama Rangga lagi ngobrol aja sama ngecek jumlah bola," sahut Arjuna.

"Oh, ya udah duluan." Abizar melangkah meninggalkan keduanya.

Setelah Abizar pergi Arjuna menghembuskan nafasnya.

"Abi denger kita ngomong tentang Risa gak ya? Soalnya mereka kan tetangga."

"Kamu yakin cowok kayak Abi suka sama Risa? Kamu aja masih fifty-fifty apalagi dia yang jauh lebih dari kamu. Segalanya."

"Sial kamu. Gantengan aku kali."

"Itu kan menurut kamu, faktanya para cewek lebih mengidolakan noh si AC yang cool abis."

"Sialan kamu. Untung Risa enggak."

"Yakin kamu?"

"Yakinlah. Buktinya mereka gak pernah boncengan bareng kan? Saling sapa juga jarang."

"Kamu kan gak tahu aja Jun. Rahasia hati seseorang itu kan gak ada yang tahu. Apalagi wanita. Wanita itu paling pintar menyembunyikan isi hatinya tahu."

"Halah."

"Ck. Gak percaya. Terserah kamu kalau gak percaya. Cuma ingat kata-kataku. Wanita itu makhluk paling membingungkan tahu."

"Sok tahu kamu. Pacar aja gak ada."

"Ntar juga ada."

"Kapan?"

"Kapan-kapan."

Arjuna menoyor kepala Rangga. Rangga hanya bisa bersungut marah tapi malas membalas. 

*****

Sejak tadi Risa hanya diam, meski dia sedang menonton pentas drama di ruang auditorium tapi pikirannya berkelana sejak tadi. Padahal separuh hatinya sudah mantap berlabuh pada Arjuna. Tinggal melabuhkan separuhnya lagi yang masih mentok di tempat yang tak seharusnya. Namun sekarang? Seperti rasa pada hatinya yang kini mulai terbagi pun dengan keputusannya nanti malam. Apakah tetap pergi dengan Arjuna atau menolak. Semuanya serba membingungkan. Fifty-Fifty.

"Ris."

"Ya."

"Kamu kenapa?"

"Kenapa emangnya?"

"Kamu banyak diem."

"Gak papa. Cuma kecapean aja."

"Yakin?"

"Iya Citra. Aku baik-baik aja." Risa berusaha memasang senyum manisnya. Citra dapat melihat kebohongan di mata sang sahabat.

"Risa."

Baik Risa dan Citra menoleh ke arah suara yang memanggil nama Risa. Arjuna. Arjuna menampilkan senyum manisnya.

"Aku nyariin kamu dari tadi. Nanti sore sepupu aku datang ke rumah kamu. Buat dandanin kamu. Jam 7 aku jemput. Acaranya jam 8 kan?"

"Iya," jawab Risa pendek.

"Ya udah, aku mau main basket dulu. Kelasku tanding sama kelas tetanggamu. Nanti nonton ya?"

"Pasti dong. Iya kan Ris?" kali ini Citra yang menjawab. Risa hanya diam saja.

"Oke, aku tunggu kalian ya? Dukung aku ya?"

"Oke Kak." 

Setelah Arjuna menghilang, Citra mengalihkan pandangannya ke arah sang sahabat.

"Kalian gak ada masalah kan? Sikap kamu ke Kak Juna kok jadi dingin."

"Gak papa."

"Tapi ...."

"Bisa kita ngobrol yang lain?"

Citra akhirnya tak mencecar Risa lagi. Dia yakin ada sesuatu dengan mereka. Sedangkan Risa sendiri sudah memutuskan akan menjalankan rencananya. Rencana yang akan membuat hatinya tidak lagi menjadi fifty-fifty namun seratus persen melepaskan atau bertahan.

Bab terkait

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   6. Valentine Terburuk

    Risa membuka pintu rumahnya, tampak remaja cantik seusianya berdiri di depan pintu."Hai, aku Sherin, sepupunya Arjuna.""Hai, aku Risa. Masuk yuk Kak.""Sherin aja atau kamu bisa panggil aku Ririn.""Oh, baiklah. Masuk Rin.""Oke."Risa mengajak Sherin masuk, rupanya Sherin gadis yang supel dan mudah bergaul. Dalam waktu singkat mereka sudah akrab."Aku langsung dandanin kamu aja ya?""Nunggu maghrib aja Rin, kan bentar lagi.""Okelah."Setelah melaksanakan sholat, Sherin langsung mendandani Risa. Sherin takjub, benar kata sepupunya kalau Risa itu cantik. Risa cuma butuh diperbaiki dandanannya, terutama bentuk giginya."Kamu cantik.""Tapi jelek karena bentuk gigiku kan?""Halah itu mah gampang, pakai behel aja.""Rin.""Iya.""Apa ukuran seorang cewek bagi cowok itu cantik fisik?""Ya iyalah Ris, hampir semua cowok kan lihat kita dari fisiknya dulu. Makanya cewek sekarang berlomba-lomba agar bisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   7. Rasa Yang Ditepis

    Risa dan Abizar sampai juga di gerbang rumah. Risa langsung berjalan lunglai menuju pagar rumahnya. Langkah Risa terhenti karena cekalan tangan Abizar. Risa menoleh ke arah Abizar."Kenapa harus dengan cara seperti ini Risa?"Risa diam, tak menjawab pertanyaan Abizar."Apa yang kamu dapat dengan melakukan hal ini hem?""Sebuah keputusan," jawab Risa singkat."Dan kamu yakin dengan keputusanmu?"Risa mengangguk dan tersenyum."Ayo." Abizar menarik tangan Risa lembut.Mereka bersama-sama mengetuk pintu rumah Risa.Ceklek.Risa dan Abizar tertegun karena mendapati seorang wanita yang membukakan pintu."Anda siapa?" tanya Risa."Risa," teriak seorang lelaki dari dalam rumah."Lik Hamdi?""Iya. Wah kamu udah besar ya. Kamu mirip Mas Handi. Kenalkan ini istri Lilik, Tina."Risa menyalami lilik dan istrinya. Abizar pun melakukan hal yang sama."Ris, sudah pulang?" Eyang Risa datang menghampiri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   8. Sakit Tapi Tak Berdarah

    Risa tengah menemui wali kelasnya untuk pengajuan kepindahan sekolah."Kamu yakin Ris? Gak nunggu setelah semesteran saja." Bu Heni wali kelasnya menasehati."Gak bisa Bu, kan Ibu tahu sendiri masalah saya.""Baiklah kalau begitu. Oh iya kamu sudah bilang sama Dito dan Citra?""Belum Bu. Saya mohon jangan sampai mereka tahu ya.""Apa tidak sebaiknya kamu kasih tahu mereka Ris?""Saya gak tega Bu. Mereka sahabat setia saya. Saya takut mereka sedih.""Ya sudah kalau begitu.""Saya pamit ya Bu.""Iya, hati-hati pulangnya.""Iya Bu, mari."Risa keluar dari ruang guru kemudian berjalan menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Sampai di dekat ruang perpustakaan dia berpapasan dengan Arjuna. Keduanya tampak canggung apalagi Arjuna tengah jalan dengan cewek cantik yang Risa tahu adalah teman seangkatannya dan memang dia sangat cantik sekaligus populer. Risa memilih berlalu pun Arjuna. Mereka sama-sama menganggap diri mereka tak saling

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   9. Gadis Cilik Berkucir Dua

    Abizar mengamati rumah Risa, dua hari ini rumah itu kelihatan sepi. Kemana semua orang? Sang mamah dari hari sabtu pun sudah sibuk wara wiri mengetuk rumah sebelah tapi nihil."Kamu kemana Ris?" lirih Abizar.Abizar pun memilih untuk menstarter motornya. Nanti dia akan membeli bubur ayam kesukaan Risa setelah selesai latihan basket. Abizar sudah memutuskan untuk lebih mengikuti kata hatinya.Pulang dari latihan, Abizar begitu terkejut mendapati rumah Risa sedang dikerumuni banyak orang. Disana juga terlihat alat berat yang tengah merobohkan rumah Risa.Abizar langsung berlari dan menuju halaman rumahnya. Terlihat mamahnya tengah menangis di bahu sang papah. Sementara kedua adiknya tengah duduk di teras dengan pandangan kosong. Abizar ikut duduk dan berada di tengah si kembar.Asyila menatap sang kakak dengan mata berkaca-kaca."Mbak Risa pergi Mas. Pergi jauh. Rupanya malam itu Mbak Risa beneran pamitan."Asyila langsung memeluk sang ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   10. Gadis Jawa

    Langkah kaki tegap seorang dokter berusia 27 tahun menggema. Tubuh tinggi atletis dengan kulit putih, alis tebal dengan bibir tipis serta wajah tampan nan rupawan membuat siapa saja yang melihatnya tak ingin berpaling. Termasuk Viona."Abizar." Viona melangkah mendekati Abizar yang masih tetap berjalan tanpa berhenti bahkan menengok ke arah Viona pun tidak."Makan yuk Bi, bentar lagi istirahat siang." Viona berusaha mengimbangi langkah kaki Abizar."Gak.""Ayolah Bi, udah lapar nih. Perut kita juga butuh dikasih makan tahu, jangan sampai kita sakit kalau kita sakit kasihan pasien-pasien kita. Ya kan Bi," ucap Viona dengan wajah sumringah.Sayang Abi hanya diam dan terus berjalan bahkan meninggalkan Viona tanpa membalas atau menolak ajakannya. Viona mendesah, dia berhenti mengikuti langkah Abi. Viona menatap punggung Abi dengan mata nanar."Masih belum menyerah rupanya."Viona menoleh ke sumber suara, dia kemudian tersenyum."Hai Arjuna."

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   11. We Meet Again

    Seorang bidan muda tengah berlari bersama seorang lelaki dan dua orang perawat yang tengah mendorong brankar berisi ibu hamil yang akan melahirkan. Sang ibu langsung dibawa ke ruang bersalin. Sedangkan sang bidan dan si suami pergi ke bagian administrasi terlebih dahulu."Sudah beres administrasinya, sekarang Bapak temani istrinya dulu ya. Prosedur sesar tinggal menunggu persiapan dari pihak rumah sakit.""Terima kasih Bu.""Sama-sama. Mohon maaf saya tidak bisa menemani. Saya harus kembali ke puskesmas.""Oh iya Bu.""Mari Pak.""Oh iya Bu, hati-hati."Bidan muda itu tersenyum dan segera menuju ke mobil ambulance. Saat akan mencapai pintu masuk Margono seseorang memanggilnya."Halo Cantik. Nganter pasien ya?""Eh ... Dokter Danu. Iya.""Kenapa pasiennya?""Sungsang Dokter Danu, padahal dua hari yang lalu saya cek sudah mapan.""Hem ... oke biar nanti disiapkan semuanya.""Makasih Dokter Danu. Mari saya duluan""S

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   12. Benci

    Risa tengah menengok kiri kanan. Sepi. Sepertinya semua anggota keluarga Rayyan dan Zio sudah berada di kamar masing-masing. Risa berjalan mengendap-endap menuju taman belakang. Seharian ini dia berusaha menghindar dari hadapan si AC. Untung saja ada si kembar jadi Risa punya alasan momong anaknya Mas Reihan.Mereka menginap di hotel milik rekan kerja ayahnya Zio. Hotel bintang lima, gratis pula."Huft. Akhirnya bisa keluar juga."Risa tengah berjalan-jalan menikmati taman yang sunyi dengan gemericik air kolam. Jujur seharian ini dia merasa bosan karena bersembunyi terus. Dia butuh udara segar untuk menghilangkan kegundahan hati."Hem ... nyamannya."Risa duduk-duduk di tepi kolam dengan mencelupkan tangan kirinya ke dalam air. Tak lupa pula dia bersenandung lagu-lagu kesukaannya. Ia tampak menikmati kesendirian di bawah lampu temaram taman.Hingga suara berisik di belakangnya mengganggu kesenangannya. Risa berbalik bersiap-siap

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Tetanggaku Bukan Mantanku   13. Dokter Baru

    Jarum jam menunjukkan pukul satu siang. Aktivitas di Puskesmas sudah mulai lengang. Pasien rawat jalan sudah tak ada. Yang ada para pasien bagian rawat inap. Risa tengah bersiap-siap kembali ke rumah dinasnya.Risa memutuskan untuk sholat dulu agar sampai di rumah bisa istirahat. Setelah sholat Risa memakai bedaknya lagi dan akan memoleskan lipstik warna nude pada bibirnya.Risa tertegun kemudian memegang bibirnya. Ingatannya tertuju pada adegan sebulan yang lalu saat Abizar mencium paksa bibirnya. Meski Risa marah tapi mau tak mau Risa menyukainya. Ciuman itu begitu lembut namun juga panas. Dan sungguh mati, Risa rasanya ingin menceburkan diri ke kali Serayu karena sungguh dia mendambakan ciuman itu lagi. Astaga.Risa menggeleng-gelengkan kepalanya dan segera memoles lipstik dan membenarkan kerudungnya."Ingat Risa, kamu sedang berusaha menjadi wanita muslimah sejati. Buang itu pikiran kotor."Risa mengangguk pada cermin besar dengan sangat opti

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15

Bab terbaru

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   9. Tamu

    Byan sampai rumah selepas isya. Dia baru saja melakukan pertemuan dengan pemilik rumah sakit Dadi Sehat Bergas. Byan diminta pemiliknya untuk ikut membantu di sana. Awalnya Byan belum ingin terikat dengan rumah sakit lain selain RSUD. Tapi sekarang dia sudah tak masalah. Malah semakin sibuk semakin senang dia. Bisa nambah penghasilan. Byan berencana menabung banyak uang mumpung masih muda. Usianya juga setahun lagi hampir tiga puluh. Sudah saatnya memikirkan mencari pendamping, jadi dia pun butuh modal. Dia ingin seperti sahabatnya, Andro. Punya banyak duit dan punya istri. Ya, Andro sudah menikah dan istrinya juga sedang hamil. Entah kenapa pernikahan Andro membuat Byan ngebet nyari tambahan uang demi melamar seorang wanita. Dan entah kenapa, satu wanita yang ada dalam pikiran Byan ya cuma si tetangga.Byan sudah sampai di halaman rumah, dia tidak langsung turun tapi secara refleks dia malah melirik ke rumah dinas di sebelahnya. Dan khusus hari ini ternyata sepi."Tumben gak rame," g

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   8. Sama-Sama Nyebelin

    "Ning, lihat. " Tata, salah satu rekan kerja Bening berbisik. Bening yang sedang menikmati semangkok bakso dan es dawet menatap pada sahabat sekaligus rekan kerjanya. "Apa?""Tuh, di belakangmu."Tata menunjuk ke seseorang di belakang Bening. Bening pun berbalik, dilihatnya sosok Byan sedang berjalan mengambil makanan bersama beberapa orang. Mungkin teman Byan. "Oh Tetangga, kirain Jungkook apa Taehyung. Atau melipir sedikit, Pangeran Arab atau Jutawan Dubai.""Hahaha, ups!" Tata menutup mulut. Takut tawanya yang kencang menarik perhatian orang lain. Bening sendiri melanjutkan makan. "Kalian gak bareng? Biasanya bareng.""Kan aku sama kamu, boncengan. Kalau aku sama tetangga berangkat bareng, kamu sama siapa? Katanya motormu dipakai adekmu.""Iya juga ya? Tapi kalau kamu bareng tetangga, aku ya ikut nebeng. Hihihi. Naik mobil bagus, pasti gak ada bau-bau aneh gara-gara emisi, mesin ngadat, aki soak dll, kan?""Ya sana nanti pulangnya nebeng, " tantang Bening. "Gak ah, aku gak pun

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   7. Dighibahin

    Olivia duduk termenung di dalam ruangannya. Jam sudah menunjuk jam satu siang. Pasiennya sudah tak ada. Hampir enam bulan lamanya, Olivia dan Abyan tak saling berkabar. Abyan benar-benar memutus komunikasi dengan memblokir nomernya. Kejam memang. Bahkan, kini setiap ada kesempatan ke Jakarta, hanya kedua orang tua Abyan dan adik-adiknya yang mampir, Abyan malah memilih mengunjungi Andromeda, sang sahabat daripada ikut mampir ke rumah. Jujur Olivia sangat merindukan Abyan, cinta pertamanya. Meski dia sudah menikah dengan Edo, tapi dia sama sekali tak bahagia. Edo hanya selingkuhan Olivia bukan pria yang dia cinta. "Melamun lagi." Sebuah suara mengagetkan Olivia. Dia menoleh ke arah pintu dan tampaklah sang suami dengan masih memakai jas putih dan sneli yang mengalung angkuh di leher. Edo berjalan mendekati sang istri, menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Olivia. Edo tersenyum sinis, "Masih belum melupakan mantan heh?" sinisnya. "Padahal setiap hari aku yang ada di sampingmu da

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   6. Bertemu Mantan Sahabat

    Bening berlari-lari dengan membawa dua tas besar milik pasiennya. Dia lalu segera masuk ke dalam ruang persalinan. Bu Fifi tersenyum pada bidan pribadinya."Makasih ya Bu Bening. Maaf, ngerepotin.""Gak papa Bu. Suaminya sudah saya telepon. Bapak sama ibunya Bu Fifi baik-baik saja di rumah.""Makasih." Mata Bu Fifi mulai berkaca."Jangan nangis Bu. Ibu yang kuat. Insya Allah Ibu sama dedek utun sehat."Bu Fifi mengangguk. Akhirnya pukul delapan, Bu Fifi dioperasi. Bening menunggui pasiennya sambil terus berdoa, kadang membuka ponsel, kadang melamun dan berakhir tidur. Jujur dia lelah sekali. Bening kaget ketika mendengar suara seseorang yang sedikit keras. Bening mengucek mata dan mengelap bibir secara refleks."Kenapa Dok?""Justru aku yang mau nanya. Kenapa kamu tidur di sini? Pindah kemana kek, malu dilihat banyak orang." Suara sang dokter terdengar ketus.Bening menatap sekelilingnya yang terlihat masih sepi. Dia menatap Abyan dengan sorot mata menahan kantuk. Tingkahnya terlihat

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   5. ACBC

    Bening baru saja membawa salah satu pasiennya ke RSUD. Dia lelah sehingga memutuskan ke warung makan sebentar untuk makan. Bening sengaja memesan Soto Sokaraja, teh hangat dan mendoan. Bening makan dengan lahap, sesekali melihat ke arah ponselnya. Kebetulan chat di grup puskesmas sedang heboh membahas episode terbaru drama rumah tangga yang lagi viral. Bening pun akhirnya ikut-ikutan nonton, lumayan untuk mengatasi kebosanan. Mana suasana sepi lagi, jam menunjukkan pukul dua pagi."Ckckck. Kenapa episodenya makin ke sini makin nyebelin, sih!" Bening masih sibuk dengan ponselnya, sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulut."Ada gak ya, satu cowok setia yang bisa kukekepin jadi suami. Duh, nonton ginian malah bikin takut salah pilih suami!" Bening masih saja berkomentar sambil sesekali menyuapkan makanan."Haduh! Kalau aku ngikutin drama ini terus, adanya aku jadi takut sendiri, lah kapan aku nikahnya?" gumam Bening tanpa sadar jika omongannya didengar oleh

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   4. Pertemuan Kedua

    Kelima anggota keluarga Abizar sedang menikmati sarapan pagi. Sesekali terdengar obrolan dari kelima anggota keluarga."Rumah dinas di samping mau ditinggalin siapa, Dek? Bidan baru?""Iya, masih CPNS.""Single?""Pasti.""Cantik gak?""Cantik, Mas. Risa udah ketemu kemarin. Anaknya menyenangkan juga.""Wah, bisa jadi kandidat calon mantu ini?" Abi melirik ke Abyan saat mengatakannya. Sedangkan yang dilirik terlihat cuek dan menikmati sarapannya."Asiiik, jadi punya temen dong akunya," seru Syila."Usianya berapa, Mah?" Kini Sauqi yang bertanya."Dua puluh lima.""Yah, kirain tujuh belas tahun. Mau Uki klaim jadi calon pacar."Pletak."Aduh! Sakit, Mas!" pekik Sauqi. Dia mengelus-elus dahinya yang terkena jitakan dari Byan."Belajar yang bener, capai dulu cita-cita. Baru mikir pacaran.""Yayaya, intinya ngalah sama yang tua dan pantas kawin duluan!"Ucapan Sauqi memb

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   3. Pertemuan Pertama

    Olivia menatap nanar lalu lalang orang di depannya. Sudah satu bulan dia putus dengan Abyan dan rasanya menyesakkan. Bukannya Via tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki semuanya. Dia sudah berkali-kali meminta maaf. Bahkan dengan mendatangi rumah Abyan, tetapi Abyan bergeming tidak mau kembali lagi kepadanya.Olivia terkekeh. Menertawai diri sendiri. Karena kekhilafannya, Via akhirnya berpisah dengan Abyan."Masih menyalahkan diri sendiri?"Olivia menatap Edo yang baru duduk di depannya. Ada tatapan kesedihan di mata Olivia dan Edo membencinya karena tatapan itu ditujukan kepada Abyan bukan dirinya."Aku loh yang selalu ada di samping kamu, Vi. Membantu kamu selama kamu menyelesaikan gelar doktermu, menyayangi kamu, dan jadi pelampiasan nafsu kamu. Kenapa aku harus mengalah sama Byan, hah?""Karena aku gak cinta sama kamu.""Gak cinta tapi kita udah lebih dari sekedar ciuman. Kalau aku bilang, semua bagian tubuhmu udah gak per

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   2. Move On

    Abyan sedang memukul samsak di depannya. Sejak dua jam yang lalu, samsak menjadi pelariannya. Dia marah itu jelas, terluka pasti. Mana ada cowok yang diselingkuhi akan tertawa. Apalagi jika wanita itu kamu sukai sejak masih kecil. Iya, Abyan menyukai Via sejak mereka bertemu pertama kali. Saat itu usia Abyan masih sebelas tahun sementara Olivia delapan tahun. Meski masih kecil, Olivia yang cantik menarik hati Abyan. Bahkan pertemuan keduanya terjadi setelah Byan lulus SMA dan Via baru saja lulus SMP. Abyan yang sejak kecil dididik secara ketat oleh kedua orang tuanya memilih mencintai Via dalam diam. Lagi pula untuk apa mengumbar kata cinta jika keduanya belum halal. Karena itu, Byan pura-pura cuek dengan perhatian bahkan ungkapan cinta Olivia. Abyan baru mau menerima Olivia setelah satu tahun menempuh pendidikan spesialis Mata di Inggris dan Olivia sudah memasuki tahun keempat di fakultas kedokteran. Mereka menjalani hubungan LDR hingga keduanya jarang bertemu. Saat bertemu pun lebih

  • Tetanggaku Bukan Mantanku   Sesion 2 : 1. Maaf, Kita Putus!

    Suara hentakan musik di sebuah club malam terdengar begitu nyaring. Setiap pengunjung baik laki-laki dan perempuan terlihat asik berjoget mengikuti suara alunan musik yang menggema. Bahkan tak jarang dari mereka yang berada dalam keadaan mabuk atau nge-fly akibat mengkonsumsi narkoba.Seorang lelaki dengan tinggi sekitar 185 cm dan sorot mata tajam sejak tadi mengawasi sekumpulan muda mudi yang asik berjoget di lantai dansa. Rahangnya sejak setengah jam yang lalu mengeras, tangannya mengepal, sorot kemarahan jelas tergambar di matanya."Hei, Via. Selamat ya atas gelar dokternya.""Makasih, Do. Selamat untukmu juga.""Pasti. Mau hadiah?""Apa?" tanya Via sambil terus joget-joget.Edo mendekat ke arah Via. Keduanya berjoget saling berhadapan. Entah siapa yang memulai kedua bibir mereka bertemu. Mereka asik adu bibir tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya."Lepas, Do. Ih, kebiasaan suka gigit.""Tapi kamu suka, 'kan?"

DMCA.com Protection Status