Share

Bab 2

Author: Vhie Aveiro
last update Last Updated: 2021-11-11 22:03:48

Aku menelisik masuk ke kamar yang pintunya terbuka lebar. Aih, alangkah terkejutnya diriku mendapati Sita berada di sana. Ia tampak baru selesai keluar dari toilet yang ada di dalamnya.

"Hei, kamu! Masuk kamar orang tanpa ijin!" bentakku pada Sita yang berdiri di depan pintu toilet. Tampak ia sedang mengelap betisnya yang basah, tanpa rasa bersalah ia meringis padaku dengan wajah innocent-nya.

"Kamu habis ngapain itu, Sit? Kok, tahu kamar ini ada toiletnya?" imbuhku sambil berkacak pinggang. 

"Emm, itu aku nebak sendiri, sih. Karena aku sudah kebelet buang air kecil. Tanpa kusadari masuk dalam kamarmu yang tampak bagus ini. Lalu, aku lihat ada toilet di dalamnya, akhirnya masuk, deh."

"Ah, alasan aja kamu, Sit. Bilang aja kamu--."

Mas Tedy tiba-tiba terbangun. Ia tertegun melihatku bersama wanita super seksi itu. Lantas aku cepat-cepat menarik lengan Sita keluar kamar dan memberinya ancaman agar dia kapok dan sadar.

"Asal kamu tahu, Sit. Aku gak segan-segan bikin kamu malu di hadapan umum, kalo kamu berani macam-macam di rumah ini. Jadi, jagalah kesopananmu. Sebelum kebaikanku ini berubah jadi bencana buatmu. Ingat!"

Sita mengibaskan tanganku yang sengaja kulingkarkan di lehernya. Ya, perawakanku yang tinggi membuat Sita hanya setinggi pundakku saja.

"Oke-oke, maafin aku. Lagian aku ga ada niatan apa-apa, kok. Kak Della Sayang," 

Tiba-tiba ia memanggilku dengan sebutan 'Kak', sambil tersenyum dan mengedipkan mata. 

"Cuih! Ngapain kamu panggil aku 'Kak'?" 

Mata Sita lalu beredar pandang ke sudut-sudut ruangan rumah ini. Entah sepertinya ia belum pernah melihat rumah yang rapi atau bagaimana. Aku tak mengerti.

"Jadi, di manakah kamar itu, Kak Della? Di sebelah mana? Di sana, situ atau mana?" Ia mengalihkan pembicaraan, sambil menunjuk-nunjuk ke segala arah.

"Heh, denger! Plis, jangan sekali-kali panggil aku 'Kak'! Aku bukan kakakmu, tau!" 

"Kan supaya lebih akrab aja," timpalnya santai.

"No!" bentakku sambil melotot ke arah Sita.

Aku berlalu menuju kamar belakang, wanita itu mengikuti sambil menoleh kanan kiri mengamati tiap detil interior rumahku.

Sampailah di kamar belakang, jaraknya tak terlalu jauh dengan dapur. Maka tak jarang biasanya dipakai untuk tidur ART, ataupun hanya sekedar melepas lelah sambil melihat-lihat taman kecil yang berada di depan kamar. 

"Ingat, kamar ini tak ada kuncinya, jadi jangan sampai kamu bugil di dalam. Bisa saja suamiku atau anakku tak sengaja menemukanmu di sini."

Sita mengangguk tanda mengerti. Tapi aku tak yakin dia memahami segala perintah ataupun ancamanku itu. 

Melihat paras serta penampilannya saja, sudah tak meyakinkan. Mungkin bila seseorang pertama kali melihat Sita, pasti mereka beranggapan ia wanita murahan, persis seperti wanita yang berada di kelab ataupun karaoke.

*

Pagi menjelang. Sinar matahari dengan terangnya menembus tirai kamarku. Aku terbangun lalu menggeliat. Kulihat Mas Tedy sudah tak ada di sampingku. 

Kulirik jam menunjukkan pukul 06.00. Itu artinya aku sudah kesiangan. Ah, gara-gara perempuan sialan itu, batinku kesal.

Bau harum masakan tercium dan menyeruak dalam kamar. Siapa yang memasak? Apa Mas Tedy? Ah, aku harus mengeceknya.

Benar saja, hidangan nasi goreng beserta telur tersaji hangat di atas meja makan. Lalu di mana Mas Tedy dan Dio? Di dapur tak ada orang.

Terdengar sayup-sayup seseorang sedang bercengkrama di ruang tamu. Suara yang tak asing buatku. 

"Oh, asyik ya, mengobrol santai pagi-pagi sambil minum teh. Bagus!"

Ternyata Mas Tedy dan Sita sedang mengobrol asyik di sana.

Aku bertepuk tangan riuh. Mas Tedy dan Sita terperangah melihatku sudah berdiri menahan amarah yang tertutup dengan senyum kaku.

"Terusin aja, Pa. Awas kamu!" Aku berbalik badan dan menuju dapur. Berniat memporak-porandakan hidangan yang ada di meja makan. 

"Stop! Stop, Ma! Kenapa sih? Kita kan harus menyambut tamu dengan baik. Lagian yang masak ini semua Sita kok."

"Ooh, jadi kamu sudah tahu nama wanita gila itu, Pa?" teriakku sambil menunjuk-nunjuk ke arah Sita yang sedang duduk dengan santai sambil menyeruput secangkir teh.

"Dio! Cepat mandi sana!" seruku pada bocah enam tahun yang sedang mengucek-ucek matanya. Rupanya ia terbangun karena lengkinganku pagi-pagi begini. 

"Ayo mandi, Nak. Lalu cepat berangkat sekolah sana." Setelah memasukkan Dio dalam kamar mandi. Aku segera beranjak ke hadapan Sita. 

"Hei, kamu! Sebaiknya cepat-cepat keluar dari sini. Urusanmu sudah selesai 'kan?" 

Sita menarik napas dalam, lalu meletakkan cangkir teh di atas meja dengan pelan. Ia tampak tenang  melihatku yang sudah emosi seperti kesetanan.

"Oke, terimakasih tumpangan tidurnya, Kak Della. Dah, Mas Tedy." Sita melambai serta berkerling pada suamiku. Mas Tedy menimpali senyum pada wanita itu, seketika aku langsung melototinya. 

Perlahan-lahan kepala ini panas. Geram dan lelah menumpuk jadi satu. 

Ah, aku harus menenangkan diri. Mencoba sadar ini semua hanya ujian. 

"Tenangkan dirimu, Ma. Kamu agaknya terlalu berlebihan. Coba lebih kendalikan emosimu itu. Tak baik untuk kesehatan. Sana sarapan, aku mau mandi lalu berangkat kerja."

"Ih, gak nafsu makan makanan setan. Kamu aja yang makan, aku sih ogah. Hmph!" Aku membuang muka benci. Mas Tedy benar-benar keterlaluan. Bisa-bisanya dia malah membela perempuan aneh itu.

Selepas Mas Tedy dan Dio berangkat, tampak Sita sedang menyirami tanaman di depan rumahnya. Tengah beradu pandang, Sita melempar senyum picik padaku.

Seperti ada maksud yang tersembunyi di balik sosok wanita aneh itu. Jelas-jelas tadi aku sudah memarahinya habis-habisan, ia sama sekali tidak kapok.

Aku masuk ke dalam rumah, tak menggubris si tetangga gila itu.

Berbaring di sofa, dan merasakan kelelahan yang mendera. Rumah yang berantakan sudah menungguku untuk dibersihkan.

Aku mengambil peralatan untuk beres-beres rumah. Di awali dengan membersihkan kamar belakang yang telah di pakai tidur oleh Sita tadi malam.

Keadaan kamar sungguh berantakan, sprei yang terlepas dari kasur sampai bantal serta guling yang tak pada tempatnya.

Melepas sprei, mengangkat kasur yang berbahan busa agar bisa membersihkan kotoran yang berada di bawahnya.

What? Aku terbelalak melihat beberapa gumpalan tissue di bawah kasur itu.

Kenapa berada di situ? Bukankah Sita tak menderita flu atau pilek kemarin? Lalu?

Aku memikirkan suatu kemungkinan.

Jangan-jangan?

Related chapters

  • Tetangga Aneh!   Bab 3

    Tiga buah gumpalan tissue yang sudah gepeng tertindih kasur, akhirnya aku bersihkan dengan sapu.Beberapa diataranya terdapat noda di permukaan tissue itu. Saking jijiknya, sampai cepat-cepat kubuang dalam sampah.Nafasku tak karuan, keringat dingin mulai mengucur deras di tengkuk.Dalam benakku terpikir, bagaimana bisa gumpalan tissue itu bersembunyi di sana. Di tempat yang tak semestinya. Benar-benar di luar nalar.Seketika khayalanku menerawang jauh. Bisa saja tissue itu adalah milik Sita yang dibawanya dari rumah lalu disimpan dalam kantong celana hotpants-nya.Kemudian ia memakainya untuk mengelap anggota tubuhnya yang basah oleh keringat, mengingat kamar itu tak ber-AC. Hanya kipas kecil saja yang menempel di dinding.Atau kemungkinan lainnya yaitu ....&nbs

    Last Updated : 2021-11-11
  • Tetangga Aneh!   Bab 4

    Sampailah di rumah orang tuaku. Rumah masa kecilku dulu. Jarak dari rumahku ke sini tidaklah lebih dari lima kilometer, jadi bisa saja aku pulang sewaktu-waktu tanpa memberi tahu suamiku terlebih dahulu.Dio merasa bahagia bila menginap di sini. Karena ia sangat dimanja oleh kakek dan neneknya, begitupun sebaliknya. Orang tuaku selalu menanti-nanti kehadiran cucunya untuk menginap di sini."Della, Tedy mana? Kok nggak ikut?" tanya ibuku tiba-tiba mengagetkan lamunanku."Mm, anu Bu. Mas Tedy lagi nggak enak badan. Jadi tidak ikut," jawabku kikuk. Pikiranku buntuk tak bisa mencari alasan lain lagi."Lho, kok, ditinggal sendiri di rumah? Harusnya kamu ada di sana kalau si Tedy sakit, Del."Ibuku selalu mencemaskan menantunya itu, sedangkan aku sebagai anaknya hanya disuruh menurut kepada suami.

    Last Updated : 2021-11-11
  • Tetangga Aneh!   Bab 5

    Tak kusangka ....Ternyata keadaan kamar itu kosong! Tak ada seorang pun di sana.Aneh sekali!Suara yang ditimbulkan itu ternyata hanyalah dari sebuah ponsel yang sedang memutar video 'film biru', dengan volume yang keras.Apa maksud ini semua? Ada apa ini? Kenapa ada ponsel di kamar ini. Lalu ponsel siapa itu?Ponsel 'Apel koyak' itu tampak familiar. Ah, seperti milik Mas Tedy? Tipe dan warnanya sama, hanya softcase-nya saja yang berbeda.Kumatikan video, lalu mengambil ponsel itu dan menyimpannya dalam tas. Ini adalah salah satu barang bukti dari misteri yang akhir-akhir ini membuatku berpikir keras siapa dalang di balik ini semua.Aku menyelinap dan melanjutkan penyelidikanku. Kini aku menuju kamar pribadi

    Last Updated : 2021-11-11
  • Tetangga Aneh!   Bab 6

    ["Halo, halo!"] Suara Mas Tedy di sana. Aku terdiam tak menjawabnya.Lalu panggilan itu putus ditutupnya. Sial! Bagaimana ini? Aku harus bisa mengungkap ini semua.Semakin lama, aku semakin lemas, perutku lapar dan berbunyi keroncongan. Akhirnya, kuputuskan untuk makan dahulu dengan membuat mie instan dari dapur. Setelah kenyang, aku kembali berbaring di sofa untuk memikirkan rencana apa yang mau kuperbuat.Mengingat aku sudah berpamitan untuk menginap di rumah Ibu, jadi mau tak mau sebelum Mas Tedy pulang, aku harus segera pergi dari sini.Kulihat dari tirai, rumah Sita gelap gulita. Hanya lampu teras yang menyala. Kira-kira dia ada di rumah atau sedang keluar bersama Mas Tedy tadi nggak ya?Karena penasaran, akhirnya aku putuskan untuk mengintipnya. Karena jendela dapur belakang rumah Sita belum

    Last Updated : 2021-11-11
  • Tetangga Aneh!   Bab 7

    Lalu Mas Tedy tertawa. Seketika dari arah belakang, seseorang menyiramku air hingga basah kuyup."Aaarrgh!"Aku terkesiap. Netraku mengerjap cepat. Rupanya ini hanyalah mimpi. Sepertinya aku menyenggol laci hingga menumpahkan gelas plastik yang berisi air, hingga jatuh mengenai kepalaku.Huh, sungguh sial. Aku harus cepat-cepat bangun dan berganti pakaian.Ketika aku bangkit, Mas Tedy sedang tidur sambil mendengkur di atas ranjang. Dengkurannya sungguh keras, membuat kegaduhan kecil yang aku buat tak terdengar olehnya.Perlahan aku bergerak melewati tubuh Mas Tedy. Tiba-tiba, dia menggeliat dan mendapati diriku berada di atas tubuhnya. Ia langsung memelukku dengan mata masih terpejam. Aku masih terdiam, menunggu suamiku benar-benar terlelap kembali.Setelah beberapa menit, aku mencoba mengangkat pelan-pelan tangannya yang menindihku.

    Last Updated : 2021-11-12
  • Tetangga Aneh!   Bab 8

    Lampu rumah Sita yang terang benderang, mendadak hampir setengahnya dipadamkan. Padahal, pria itu masih bertamu di rumah Sita. Wah, benar-benar menyeramkan, apa sebenarnya yang terjadi di sana?"Kamu lagi ngapain? Kok sampe ngintip segala kayak gitu?" tanya Mas Tedy, kepalanya ikutan nongol di bibir pintu."Sudahlah, Mas. Nggak usah ikut-ikutan deh. Aku aja yang ngerti. Intinya sekarang kamu jelasin padaku, ponsel siapa itu dan mengapa bisa sampai di kamar belakang? Titik!"Aku mengotot sampai hampir tersengal. Setelah meneguk air putih, aku bernafas lega kembali.Pandanganku fokus terarah pada wajah Mas Tedy. Ia merunduk tatkala aku mulai melotot padanya."Maaass! Woii! Jangan diem aja dong!" teriakku.Mas Tedy menghela napasnya. Seakan mau bicara serius padaku."Begini, ini bukan seperti yang kamu bayangk

    Last Updated : 2022-01-03
  • Tetangga Aneh!   Bab 9

    🌱🌱🌱Sita membawa seorang pria yang tampak seumuran dengannya. Pria itu berpakaian rapi serta rambut yang klimis. Bau harum parfum keduanya menyeruak di penjuru ruangan."Kak Della, kenalin ini suamiku. Namanya Reino."Sita menyikut pria di sebelahnya, memberi isyarat agar berjabat tangan denganku. Aku masih tak percaya bila orang tersebut adalah benar suami Sita.Aku membalas jabatan si pria itu dengan senyum kaku. Agar si Sita menyadari bahwa kelakuannya masih salah di mataku."Sudah, tak usah berlama-lama. Mari kita langsung makan malam saja," tawar Mas Tedy.Anggukan serempak kedua tamuku itu sangat membuatku muak. Andai saja mereka tahu betapa menyebalkannya tetangga seperti dia, pasti mereka takkan berani menginjakkan kaki di sini."Ah, benar. Mari ke sebelah sini." Aku mempersilakan para tamuku menuju ke tempat

    Last Updated : 2022-01-05
  • Tetangga Aneh!   Bab 10

    Kenapa Mas Tedy malah minta Sita dan suaminya ikut liburan? Ada apa gerangan?"Mas, sadar gak sih, yang kamu katakan itu?" tanyaku. Mas Tedy terdiam tak menjawab.Aku merebahkan diri dalam ranjang empuk, Mas Tedy ternyata sudah lebih dulu tertidur ternyata, pantas saja aku ajak ngobrol tak menyahut.Suara ponsel bergetar membangunkanku yang baru saja terpejam. Aku raih ponselku yang tergeletak di atas laci, tapi tak ada satupun panggilan atau notifikasi masuk.Ponsel siapa ini yang bergetar? Ah, pasti milik Mas Tedy. Terpaksa aku menunda dulu tidur malam ini, dan mencari-cari barang yang bergetar sedari tadi.Ponsel Mas Tedy ternyata tertindih badannya, haruskah aku mengambilnya?Tak lama aku mematung, duduk di atas ranjang. Menunggu Mas Tedy menggeliat dan merubah posisi tidurnya.Getaran sudah

    Last Updated : 2022-01-08

Latest chapter

  • Tetangga Aneh!   Bab 10

    Kenapa Mas Tedy malah minta Sita dan suaminya ikut liburan? Ada apa gerangan?"Mas, sadar gak sih, yang kamu katakan itu?" tanyaku. Mas Tedy terdiam tak menjawab.Aku merebahkan diri dalam ranjang empuk, Mas Tedy ternyata sudah lebih dulu tertidur ternyata, pantas saja aku ajak ngobrol tak menyahut.Suara ponsel bergetar membangunkanku yang baru saja terpejam. Aku raih ponselku yang tergeletak di atas laci, tapi tak ada satupun panggilan atau notifikasi masuk.Ponsel siapa ini yang bergetar? Ah, pasti milik Mas Tedy. Terpaksa aku menunda dulu tidur malam ini, dan mencari-cari barang yang bergetar sedari tadi.Ponsel Mas Tedy ternyata tertindih badannya, haruskah aku mengambilnya?Tak lama aku mematung, duduk di atas ranjang. Menunggu Mas Tedy menggeliat dan merubah posisi tidurnya.Getaran sudah

  • Tetangga Aneh!   Bab 9

    🌱🌱🌱Sita membawa seorang pria yang tampak seumuran dengannya. Pria itu berpakaian rapi serta rambut yang klimis. Bau harum parfum keduanya menyeruak di penjuru ruangan."Kak Della, kenalin ini suamiku. Namanya Reino."Sita menyikut pria di sebelahnya, memberi isyarat agar berjabat tangan denganku. Aku masih tak percaya bila orang tersebut adalah benar suami Sita.Aku membalas jabatan si pria itu dengan senyum kaku. Agar si Sita menyadari bahwa kelakuannya masih salah di mataku."Sudah, tak usah berlama-lama. Mari kita langsung makan malam saja," tawar Mas Tedy.Anggukan serempak kedua tamuku itu sangat membuatku muak. Andai saja mereka tahu betapa menyebalkannya tetangga seperti dia, pasti mereka takkan berani menginjakkan kaki di sini."Ah, benar. Mari ke sebelah sini." Aku mempersilakan para tamuku menuju ke tempat

  • Tetangga Aneh!   Bab 8

    Lampu rumah Sita yang terang benderang, mendadak hampir setengahnya dipadamkan. Padahal, pria itu masih bertamu di rumah Sita. Wah, benar-benar menyeramkan, apa sebenarnya yang terjadi di sana?"Kamu lagi ngapain? Kok sampe ngintip segala kayak gitu?" tanya Mas Tedy, kepalanya ikutan nongol di bibir pintu."Sudahlah, Mas. Nggak usah ikut-ikutan deh. Aku aja yang ngerti. Intinya sekarang kamu jelasin padaku, ponsel siapa itu dan mengapa bisa sampai di kamar belakang? Titik!"Aku mengotot sampai hampir tersengal. Setelah meneguk air putih, aku bernafas lega kembali.Pandanganku fokus terarah pada wajah Mas Tedy. Ia merunduk tatkala aku mulai melotot padanya."Maaass! Woii! Jangan diem aja dong!" teriakku.Mas Tedy menghela napasnya. Seakan mau bicara serius padaku."Begini, ini bukan seperti yang kamu bayangk

  • Tetangga Aneh!   Bab 7

    Lalu Mas Tedy tertawa. Seketika dari arah belakang, seseorang menyiramku air hingga basah kuyup."Aaarrgh!"Aku terkesiap. Netraku mengerjap cepat. Rupanya ini hanyalah mimpi. Sepertinya aku menyenggol laci hingga menumpahkan gelas plastik yang berisi air, hingga jatuh mengenai kepalaku.Huh, sungguh sial. Aku harus cepat-cepat bangun dan berganti pakaian.Ketika aku bangkit, Mas Tedy sedang tidur sambil mendengkur di atas ranjang. Dengkurannya sungguh keras, membuat kegaduhan kecil yang aku buat tak terdengar olehnya.Perlahan aku bergerak melewati tubuh Mas Tedy. Tiba-tiba, dia menggeliat dan mendapati diriku berada di atas tubuhnya. Ia langsung memelukku dengan mata masih terpejam. Aku masih terdiam, menunggu suamiku benar-benar terlelap kembali.Setelah beberapa menit, aku mencoba mengangkat pelan-pelan tangannya yang menindihku.

  • Tetangga Aneh!   Bab 6

    ["Halo, halo!"] Suara Mas Tedy di sana. Aku terdiam tak menjawabnya.Lalu panggilan itu putus ditutupnya. Sial! Bagaimana ini? Aku harus bisa mengungkap ini semua.Semakin lama, aku semakin lemas, perutku lapar dan berbunyi keroncongan. Akhirnya, kuputuskan untuk makan dahulu dengan membuat mie instan dari dapur. Setelah kenyang, aku kembali berbaring di sofa untuk memikirkan rencana apa yang mau kuperbuat.Mengingat aku sudah berpamitan untuk menginap di rumah Ibu, jadi mau tak mau sebelum Mas Tedy pulang, aku harus segera pergi dari sini.Kulihat dari tirai, rumah Sita gelap gulita. Hanya lampu teras yang menyala. Kira-kira dia ada di rumah atau sedang keluar bersama Mas Tedy tadi nggak ya?Karena penasaran, akhirnya aku putuskan untuk mengintipnya. Karena jendela dapur belakang rumah Sita belum

  • Tetangga Aneh!   Bab 5

    Tak kusangka ....Ternyata keadaan kamar itu kosong! Tak ada seorang pun di sana.Aneh sekali!Suara yang ditimbulkan itu ternyata hanyalah dari sebuah ponsel yang sedang memutar video 'film biru', dengan volume yang keras.Apa maksud ini semua? Ada apa ini? Kenapa ada ponsel di kamar ini. Lalu ponsel siapa itu?Ponsel 'Apel koyak' itu tampak familiar. Ah, seperti milik Mas Tedy? Tipe dan warnanya sama, hanya softcase-nya saja yang berbeda.Kumatikan video, lalu mengambil ponsel itu dan menyimpannya dalam tas. Ini adalah salah satu barang bukti dari misteri yang akhir-akhir ini membuatku berpikir keras siapa dalang di balik ini semua.Aku menyelinap dan melanjutkan penyelidikanku. Kini aku menuju kamar pribadi

  • Tetangga Aneh!   Bab 4

    Sampailah di rumah orang tuaku. Rumah masa kecilku dulu. Jarak dari rumahku ke sini tidaklah lebih dari lima kilometer, jadi bisa saja aku pulang sewaktu-waktu tanpa memberi tahu suamiku terlebih dahulu.Dio merasa bahagia bila menginap di sini. Karena ia sangat dimanja oleh kakek dan neneknya, begitupun sebaliknya. Orang tuaku selalu menanti-nanti kehadiran cucunya untuk menginap di sini."Della, Tedy mana? Kok nggak ikut?" tanya ibuku tiba-tiba mengagetkan lamunanku."Mm, anu Bu. Mas Tedy lagi nggak enak badan. Jadi tidak ikut," jawabku kikuk. Pikiranku buntuk tak bisa mencari alasan lain lagi."Lho, kok, ditinggal sendiri di rumah? Harusnya kamu ada di sana kalau si Tedy sakit, Del."Ibuku selalu mencemaskan menantunya itu, sedangkan aku sebagai anaknya hanya disuruh menurut kepada suami.

  • Tetangga Aneh!   Bab 3

    Tiga buah gumpalan tissue yang sudah gepeng tertindih kasur, akhirnya aku bersihkan dengan sapu.Beberapa diataranya terdapat noda di permukaan tissue itu. Saking jijiknya, sampai cepat-cepat kubuang dalam sampah.Nafasku tak karuan, keringat dingin mulai mengucur deras di tengkuk.Dalam benakku terpikir, bagaimana bisa gumpalan tissue itu bersembunyi di sana. Di tempat yang tak semestinya. Benar-benar di luar nalar.Seketika khayalanku menerawang jauh. Bisa saja tissue itu adalah milik Sita yang dibawanya dari rumah lalu disimpan dalam kantong celana hotpants-nya.Kemudian ia memakainya untuk mengelap anggota tubuhnya yang basah oleh keringat, mengingat kamar itu tak ber-AC. Hanya kipas kecil saja yang menempel di dinding.Atau kemungkinan lainnya yaitu ....&nbs

  • Tetangga Aneh!   Bab 2

    Aku menelisik masuk ke kamar yang pintunya terbuka lebar. Aih, alangkah terkejutnya diriku mendapati Sita berada di sana. Ia tampak baru selesai keluar dari toilet yang ada di dalamnya."Hei, kamu! Masuk kamar orang tanpa ijin!" bentakku pada Sita yang berdiri di depan pintu toilet. Tampak ia sedang mengelap betisnya yang basah, tanpa rasa bersalah ia meringis padaku dengan wajah innocent-nya."Kamu habis ngapain itu, Sit? Kok, tahu kamar ini ada toiletnya?" imbuhku sambil berkacak pinggang."Emm, itu aku nebak sendiri, sih. Karena aku sudah kebelet buang air kecil. Tanpa kusadari masuk dalam kamarmu yang tampak bagus ini. Lalu, aku lihat ada toilet di dalamnya, akhirnya masuk, deh.""Ah, alasan aja kamu, Sit. Bilang aja kamu--."Mas Tedy tiba-tiba terbangun. Ia tertegun melihatku bersama wanita super sek

DMCA.com Protection Status