Share

Bab 8

Author: Bun say
last update Last Updated: 2022-06-03 06:52:33

Bab 8

Pagi ini aku sudah bersiap bersama Mas Agung untuk menemui Zahra. Setelah semalam menyuruhnya menunggu sampai esok hari, lelaki itu menurut juga, meski tak dapat disembunyikan jika dia terlihat gelisah dan cemas.

"Kamu sudah siap, Indi?" Mas Agung memindai penampilanku saat aku baru saja keluar dari kamar lengkap dengan tunik, kerudung dan tas warna senada. Kurasa penampilanku tidak buruk. Usiaku juga belum terlalu tua-tua amat untuk usia tiga puluh dua tahun, Mas Agungnya saja yang kegatelan hingga dia sibuk mencari wanita lain.

"Iya, Mas." Aku sedikit risih kala dia terus menatap dalam ke arahku hingga beberapa saat.

"Ayo kita pergi," ajaknya sambil menggenggam tanganku, erat. Perhatian yang sudah beberapa waktu tak kudapatkan darinya.

Sepanjang perjalanan yang kami tempuh, Mas Agung tak banyak bicara, hingga kami sampai ke tempat yang dituju. Ternyata bukan rumah ibu yang dituju, melainkan ke sebuah  klinik terkenal di kota ini. Entah kenapa lelaki itu membawaku ke tempat seperti ini. 

"Kenapa kita ke tempat ini, Mas?" Aku melirik Mas Agung yang tengah mencari tempat parkir.

"Kita akan menjenguk Zahra." Mas Agung menjawab singkat.

"Zahra?" Aku menatapnya tak mengerti. "Kenapa wanita itu ada disini, coba jelaskan, Mas."

Mas Agung menghela nafas panjang, seakan ragu untuk keluar. Lalu menghadapkan wajahnya padaku.

"Indi, nanti disana kamu tidak usah banyak bicara, ya," pinta mas Agung sambil menggenggam tanganku erat.

Aku semakin bingung saat pandangan wajahnya terlihat sayu. Entahlah aku tidak bisa menebak apapun saat ini.

"Tapi kenapa, Mas? Dan apa maksudnya ini?" Aku bertanya heran. Saat kedua manik matanya itu bergerak gusar.

"Pokoknya kamu turuti saja apa yang Mas katakan, Ok. Ini demi kebaikanmu sendiri, Indira." Aku mengangkat bahu, cuek. Aku tak ingin menuruti keinginannya, takut nanti ada hal tak terduga. Aku tak akan diam saja. 

"Indi?"

"Apa, Mas?" Kulirik sekilas, rampak lelaki itu berusaha menormalkan nada suaranya.

"Kami dengar, ya. Sebaiknya kamu turuti apa kataku, demi kebaikanmu sendiri, atau kita tidak jadi masuk ke dalam."

"Semuanya tergantung situasi, Mas" jawabku sejelas mungkin. Kulihat Mas Agung menghela nafas berat. Aku tak perduli. Jika ada hal yang terjadi di dalam, masa aku diam saja, kan nggak mungkin.

Aku terlebih dulu membuka pintu mobil disusul Mas Agung setelahnya. Kemudian berjalan beriringan menuju ke bagian informasi.

"Ruang Zahra ada di lantai dua. Ayo!" Aku mengangguk mengekor di belakang Mas Agung. Sesekali lelaki itu menoleh ke arahku, entah apa maksudnya. Aku sengaja tak menghiraukannya dan mengalihkan pandangan  melihat kanan-kiri ruangan yang dipenuhi oleh pasien dan orang-orang yang menunggu.

Pintu kamar tempat Zahra dirawat terbuka lebar. Ada yang sedang berbincang di dalam, seperti sepasang suami istri. Entah siapa mereka. Mungkin saja itu orang tua Zahra, Aku tak tahu pasti.

Mas Agung mengucap salam pada kedua orang yang tengah berbincang itu yang seketika menoleh. Di atas ranjang, ada Zahra yang tertidur berselimutkan warna putih.

"Apa kabar, Bu, Pak." Mas Agung menyapa sekilas lalu mengenalkanku pada mereka. 

"Ini, Indira, istriku." Ada raut tak suka di wajah mereka, apalagi saat pandangan mata itu mengarah padaku, seperti nampak sekali kebencian dimata mereka. Dan aku masih tak mengerti ada apa sebenarnya. Padahal bukankah harusnya aku yang marah pada mereka dan anaknya, karena telah merebut suamiku. Aneh.

"Pak, Bu. Bagaimana keadaan Zahra?" Mas Agung bertanya setelah mencium tangan mereka, lalu di kursi samping Zahra yang terlelap.

"Zahra baik, Nak," jawab wanita paruh baya itu, terlihat halus saat menjawab menantunya. Sedangkan padaku, malah membuang muka. Wanita aneh.

"Syukurlah …!" Mas Agung mendekati Zahra dan mencium dahinya membuatku sedikit terganggu. 

"Mas, kamu datang." Zahra membuka matanya perlahan.

"Iya, Sayang. Kamu cepat sembuh, ya." Zahra mengangguk sambil tersenyum dan menautkan tangannya ke jari-jari suamiku.

Diam-diam kutahan rasa sesak yang kini hinggap di dadaku. Aku ada disini, Mas. Kenapa kamu sama sekali tidak menghargaiku sama sekali.

"Apanya yang baik, bukankah Ibu lihat keadaan anak kita yang lemah tak berdaya. Semua karena kelakuan istrimu ini yang jahat ini kan, Agung?" Lelaki paruh baya dengan perut sedikit itu menunjuk wajahku.

Deg. Benar dugaanku. Mereka semua termakan kebohongan anaknya kukira. Sungguh fitnah yang keji. Aku menarik nafas panjang, mencoba menetralkan keadaan dada yang mendadak sesak. Mungkin inilah maksud pertengkaran Doni dan Mas Agung semalam. Dan kini orang tuanya juga bersikap demikian. Menyalahkanku.

"Pak, sudah tenang. Malu sama orang." Wanita paruh baya itu menarik tangan suaminya.

"Memangnya apa yang aku lakukan, Pak, Bu?  Seenaknya saja Anda menuduh saya tanpa bukti." Sebisa mungkin aku bertanya dengan nada wajar. Jangan sampai terpancing amarah. Tuduhan itu sama sekali tak mendasar. Zahra mungkin telah berbohong pada mereka dengan tujuan yang belum aku ketahui.

"Bukti? Buktinya, anakku sakit setelah pulang dari rumah kamu. Bukankah kamu yang mendorongnya?" Lelaki paruh baya yang disebut 'bapak' oleh Mas Agung berkata dengan nada tinggi, seakan tak terima dengan ucapanku. Aku menunjuk wajahku dengan heran.

"Aku mendorongnya. Yang benar saja. Saya tidak melakukan apapun padanya. Jadi jangan seenaknya saja menuduh begitu!" kilahku tak mau kalah. Memangnya siapa dia, berani sekali dia menuduh tanpa bukti. Semua ini gara-gara si Zahra. Dasar ular tak tahu malu.

"Kamu … jadi begini sikapmu, ya. Pantas saja kalau Agung--" Ucapannya terhenti kala Mas Agung dan istrinya mendekat. Kenapa lelaki yang bergelar suamiku itu tak membelaku.

"Mas Agung apa, Pak. Teruskan!"

"Sudah, Pak, sudah. Saya mohon jangan diteruskan." Mas Agung menyela perdebatan kami. Lalu menarikku ke luar ruangan.

"Aku kan sudah bilang, Ndi. Ga usah banyak bicara. Kamu denger nggak sih?" Mas Agung berbisik ditelingaku. Namun masih jelas kudengar. Giginya terdengar gemeretak seperti menahan kekesalan.

"Apaan sih, Mas. Kalau aku dituduh yang tidak-tidak, ya tentu saja aku harus melawan dong. Apa kamu nggak dengar tadi dia bilang apa. Dia bilang aku mendorong anaknya. Dan itu nggak benar, Mas. " Kuhempaskan tangannya yang memegangi tanganku kuat. 

"Iya, tapi bukan disini. Ingat yang Mas omongin tadi. Diam lebih baik." 

"Aku tidak mau dan tidak akan diam saja!" Kutatap wajahnya dengan pandangan hang melotot tajam agar dia tahu bahwa aku tidak salah dan tak seharusnya mengalah. Lelaki langsung mengacak rambutnya kasar.

"Indi … sejak kapan kamu jadi keras kepala begini dan tak menurut pada suami, hah?"

"Sejak kamu menjadikan dia istrimu!" jawabku sambil menatapnya tajam. Beberapa orang yang berlalu-lalang di koridor, langsung menatap heran. Aku tak peduli, meski ucapanku di dengar mereka.

"Itu lagi yang kamu permasalahkan?" Mas Agung bertanya dengan raut wajah marah. Aku mengangguk cepat.

"Ya. Jangan kamu pikir aku akan diam saja Mas, karena aku sudah muak dengan semua ini!"

"Indira? Indira?"

Aku melangkah cepat meninggalkan Mas Agung yang berteriak memanggil. Percuma juga aku disini, tidak ada manfaatnya sama sekali. Lebih baik aku segera mencari informasi yang banyak tentang kelakuan Mas Agung di belakangku. Agar aku semakin yakin jika suatu saat nanti harus berpisah dengannya.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
indira kayak njing g jelas maunya. kebanyakan menggonggong g berarti.
goodnovel comment avatar
Widia Wati
knp agung nggak mau ceraiin indira
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
waaahhhhh penasaran jadinya.....lanjuutt thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 9

    Bab 9Di pinggir jalan, aku berdiri sambil terus berpikir dan mencari ide. Bagaimana caranya agar aku tahu apa saja yang dilakukan oleh Mas Agung di belakangku yang tidak kutahu. Ucapan Bu Dewi dan Bu Yeti waktu itu membuatku penasaran. Apa sebenarnya yang tidak kuketahui tentang Mas Agung, suamiku. Setelah bolak-balik berpikir aku mendapatkan sebuah ide, yang kurasa itu adalah pilihan tepat.Bukankah memang tepat jika aku mengulik kembali dari Bu Dewi saat ini. Ya, penyelidikan akan kumulai dari sana. Semoga saja wanita mau memberikan informasinya padaku. Agar aku tidak seperti orang bodoh yang dikelabui terus-menerus.Tak lama setelah aku memesan ojek online, akhirnya aku sampai di tempat yang kutuju. Rumah Bu Dewi. Aku berjalan dengan cepat agar saat melewati rumah mertua, tidak ketahuan. Bagai pencuri aku berjalan terburu-buru dan memasuki rumah Bu Dewi, tetangga dari ibu mertuaku. Untunglah pintu rumah mertua tertutup, jadi tidak terlalu khawatir."Jadi benar kamu ingin mencar

    Last Updated : 2022-06-03
  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 10

    Bab 10Aku kembali ke rumah dengan perasaan kecewa karena tak berhasil membuntuti kepergian Mas Agung. Suasana rumah pun nampak sepi karena tadi Adi kusuruh untuk berdiam dulu di rumah Bu Dian. Tapi dia mengatakan akan menginap.Kubaringkan tubuhku di tempat tidur berharap rasa kantuk segera datang menghampiri. Tapi, entah kenapa aku sama sekali tak bisa memejamkan mataku dan pikiranku teringat dengan Mas Agung dan perbuatannya di belakangku. Padahal biasanya tidak seperti ini. Berhari-hari Mas Agung tidak pulang pun, aku tak pernah segelisah ini.Lama aku terdiam hingga saat terdengar suara ponsel bergetar. Aku meraihnya, lalu memeriksa siapa yang mengirim pesan yang ternyata dari Yuda. Kebetulan sebelum berpisah tadi, Yuda sempat meminta nomorku. [Mbak.][Ya, ada apa, Yud?] send Yuda.Hingga beberapa saat lamanya, Yuda tidak membalas lagi. Mungkin Yuda hanya memastikan nomorku, itu yang kupikir. Namun beberapa saat kemudian Yuda mengirim pesan kembali. Sebuah foto klub malam di daer

    Last Updated : 2022-06-03
  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 11

    Bab 11Setengah satu siang, aku sampai di cafe tempat untuk janjian bertemu dengan Yuda. Tentu saja alasannya agar tidak ada orang yang curiga dengan pertemuan ini. Jika sampai ketahuan oleh Mas Agung aku bertemu dengan lawan jenis, sudah pasti dia akan marah besar padaku. Dan aku tak mau hal itu terjadi."Atas nama Ibu Indira, ya?" Pelayan cafe bertanya memastikan, setelah kusebut ada janji dengan orang yang bernama Yuda disini."Iya benar, Mbak." Aku tersenyum menatap wanita dengan name tag 'Diana' tersebut."Mari ikut saya." Aku mengangguk sambil mengikuti langkahnya dan masuk ke ruang yang ditunjuk. Di dalam, Yuda sudah menunggu dengan minuman yang tinggal separuh. Lelaki itu asik menatap layar yang menyala saat kuhampiri."Mbak Indira," sapanya hangat, membuatku mengulas sebuah senyum padanya. Lalu duduk setelah dipersilahkan."Gimana, Yud. Mbak sudah nggak sabar ingin tahu yang kamu lihat semalam," kataku to the point. Risih rasanya jika harus duduk lama-lama bareng Yuda, apalag

    Last Updated : 2022-06-04
  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 12

    Bab 12"Indira, tunggu!" Mas Agung terus mengejar sampai depan rumah Yuni, tapi tak kupedulikan. Dengan hanya memakai celana pendek dia menahan dan menarik tanganku. Jijik."Lepaskan tanganku, Mas." Sekuat tenaga kutarik tanganku, tapi tak berhasil. Tenaga lelaki pasti jauh lebih besar dibanding dengan tenagaku yang lemah ini."Indira, dengar dulu penjelasanku!" Mas Agung terlihat emosi, dan dadanya naik turun melihatku. "Jangan ganggu Indira lagi, lelaki breng*ek sepertimu tak pantas untuknya menyentuhnya!" Yuda yang berdiri di atas motornya menatap nyalang pada Mas Agung. Aku tidak menduga sama sekali bahwa dia akan ikut membelaku."Siapa kamu berani menghalangi! Indira kenapa kamu bisa jalan sama laki-laki baji*gan ini!" Mas Agung menatap tajam padaku dan Yuda bergantian."Jika kamu bisa bergonta-ganti pasangan, kenapa aku tak boleh jalan sama Yuda? Egois kamu Mas."Kutinggalkan lelaki yang telah memberiku satu anak itu, lalu menaiki motor bersama Yuda dan pergi jauh meninggalka

    Last Updated : 2022-06-04
  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 13

    Bab 13Suara Mas Agung tak terdengar lagi di luar, mungkin lelaki itu sudah pulang ke rumah Ibu Mertua. Aku tak masalah malah patut bersyukur karena segalanya perlahan terbongkar. Percuma saja meneruskan pernikahan dengan lelaki yang banyak main di belakang, berkhianat, tak jujur, tukang selingkuh, dan berperilaku tidak baik, bahkan berzina. Sungguh mengerikan jika hubungan ini terus berlanjut, maka aku akan terus digerogoti oleh rasa benci dan sakit hati yang berkepanjangan. Dan akan berdampak buruk pada masa depan Adi kedepannya. Apalagi dia sudah tahu bagaimana kelakuan buruk Ayahnya di belakangnya, yang justru baru kuketahui saat ini.Cukup, aku menyerah kali ini!Sekali lagi bertanya lebih dulu pada Adi, bahwa apa yang akan aku lakukan ini takkan membuatnya berkecil hati atau menjadi anak broken home nantinya. Jujur aku takut jika masalah ini akan berdampak buruk pada masa depannya nanti. Apalagi Adi anakku satu-satunya dan aku tak tega melihatnya menderita seperti ini. Bagiku k

    Last Updated : 2022-06-04
  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 14

    Bab 14Suara Ayah Mertua yang meninggi membuatnya terbatuk-batuk. Mungkin karena usianya yang sudah tak muda lagi dan sering sakit-sakitan, membuat penyakitnya gampang kambuh. Apalagi ayah mertua juga punya penyakit asma dan beberapa kali di rawat di rumah sakit.Aku bergerak ke dapur dan kembali dengan segelas air minum yang langsung di raih ayah mertua."Makasih, Indi." Aku mengangguk singkat.Kulihat Zahra dan Mas Agung saling berpandangan. Tangan wanita itu bahkan melingkar di lengan Mas Agung yang besar seperti tidak mau lepas. Seakan menunjukkan bahwa lelaki itu miliknya sendiri."Ayo, masuk, Sayang." Lelaki itu membawa Zahra masuk dan melewati kami begitu saja, lalu duduk di sofa dan mengusap lembut perutnya yang katanya lagi hamil muda, hingga tak memperdulikanku dan ayah mertua yang masih menatapnya geram. Sayang katanya, ck, hebat sekali panggilannya. Semudah itu Mas Agung melontarkan kata-kata manis di depanku tanpa malu sama sekali. Setelah Zahra, Yuni, lalu siapa lagi wa

    Last Updated : 2022-06-04
  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 15

    Bab 15Dengan segera, kubuka pintu kamar saat orang yang terus mengetuk pintu itu seperti tidak sabar, dan terkejut saat melihat siapa yang melakukannya. Zahra.Wanita itu berdiri di sana dengan berkacak pinggang seolah-olah dialah majikan di rumahku sendiri membuatku muak melihatnya. Dasar tidak tahu diri. Apa maksud semuanya ini."Dasar tidak sopan, untuk apa malam-malam menggedor pintu kamar orang? Apa kamu tidak dididik sopan santun?" tanyaku geram. "Sudah numpang berlagak seperti nyonya lagi!""Aku tidak perlu sopan santun pada kamu, Mbak, karena sebentar lagi aku akan menguasai rumah ini," katanya sambil tersenyum sinis. Mimpi!Keningku berkerut dan menatap sebal pada wajahnya yang sok cantik itu. Padahal di trimester pertama kehamilannya ini, terlihat sekali wajahnya yang menghitam di beberapa sudut bagian dengan jerawat yang mulai tumbuh dan memerah di wajah dan hidungnya. Jika dibandingkan Yuni, tentu saja kalah jauh. Zahra tak ubahnya abg labil yang baru beranjak dewasa, me

    Last Updated : 2022-06-05
  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 16

    Bab 16Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah depan, tepat ketika aku dan Adi tengah sarapan di dalam kamar. Sepertinya itu suara Mas Agung dan Zahra. Mungkin mereka juga baru pulang setelah mencari sarapan. Aku tak peduli.Tampak Mas Agung dan Zahra berdiri di depan pintu kamarku dengan wajah terlihat marah. Aku lupa tak mengunci lagi pintunya.Untuk apa dia berdiri di sana. Apakah akan memarahiku karena semalam tidak mau mau membukakan pintu untuk mereka. Dasar.Mas Agung mendekat dan berdiri tepat di samping ranjangku sambil menatap kami secara bergantian."Kenapa kamu nggak sekolah, Adi?" tanya Mas Agung tanpa mengalihkan pandangannya dariku, sedangkan Zahra kulihat masih berdiri di depan pintu kamar dengan wajah kusut. "Ini kan hari sabtu, jadi aku libur, Yah," kata Adi tanpa repot-repot melirik kepada ayahnya."Terus kamu kenapa masih di tempat tidur,Indira? Kenapa kamu tidak beraktivitas pagi-pagi seperti biasanya. Dasar pemalas!" kata Mas Agung sambil ber

    Last Updated : 2022-06-05

Latest chapter

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 101

    Bab 101Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, keadaanku mulai sedikit membaik. Rasa nyeri di punggung tidak terlalu terasa sekarang. Meskipun masih tidak bisa bergerak bebas. Tapi karena perawatan yang maksimal, aku pun cepat pulih.Yuda juga semakin perhatian padaku. Pria itu setiap waktu selalu datang dan menjalankan kewajibannya. Pagi-pagi Yuda akan pulang ke rumah untuk mengurus anakku, siangnya mengurus pekerjaan hingga sore, dan malamnya dia akan menemani sambil bercerita tentang kesehariannya dalam mengurus bisnis kuliner miliknya, serta mengecek toko kue milikku. Sikapnya yang periang dan suka bercanda mampu membuatku tersenyum tiap waktu. Yuda juga kerap kali menceritakan apa saja kejadian yang lucu. Aku selalu tersenyum saat melihat kebahagiaan terpancar dari matanya. Rasa benci dan sakit hati yang sebelumnya hadir, sirna begitu saja, setelah mendengar pengakuan dan penjelasannya. Pria itu, benar-benar tidak bersalah dan dia sudah mengatakan semuanya. Dan aku per

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 100

    Bab 100Mini POV YudaKutatap layar ponsel yang terus-terusan menyala. Panggilan dan pesan terus masuk beruntun dari orang yang sama. Yanti.Entah harus dengan cara apalagi aku menghindari dan menjauhkan dia dari kehidupan kami. Langkahnya yang bersih tanpa jejak membuat pihak kepolisian kesulitan untuk menangkapnya. Kalaupun dia berhasil ditangkap, entah bagaimana caranya hingga wanita itu bisa berkeliaran dengan bebas di luar sana. Meski kuduga ada pihak dalam yang ikut serta membantunya kepergiannya. Bukan hanya saat di lapas, bahkan saat di rumah sakit saja dia bisa melarikan diri entah bagaimana caranya.Saat itu memang kebodohanku, yang mau saja bicara berdua dengannya. Setelah ayah dan ibunya terus meminta untuk datang ke rumah sakit. "Lepaskan Indira, Yuda. Ayo kita menikah. Aku akan menjadi wanita yang baik, dan akan kupastikan kamu lebih bahagia bersamaku.""Kau sudah gila. Sekian lama aku menunggunya dan sekarang hampir kudapatkan, jadi mana mungkin aku akan melepaskannya

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 99

    Bab 99Aku tertegun di tempatku. Tak menyangka dengan pesan yang kubaca barusan. Apakah Yanti sengaja melakukannya atau dia hanya menakut-nakutiku, karena dia masih belum rela jika Yuda sudah menikah denganku. Tapi jika dipikir-pikir, bukankah beberapa saat lalu pria yang sudah menjadi suamiku itu juga tengah berkirim pesan dengannya. Aneh."Apa yang kamu lihat?" Yuda mendekat dan mengambil alih ponselku. Keningnya langsung berkerut dan terlihat kesal setelah ikut membaca pesan yang masuk dari Yanti. Dari sini saja bisa kulihat jika pria itu ikut marah padanya."Kamu tidak mungkin percaya dengan apa yang dikatakan wanita itu, bukan?" ujarnya dengan wajah sendu. Sepasang manik coklat gelap itu memindai wajahku dengan seksama. Aku memilih duduk menyamping di tempat tidur sambil menunduk."Ayolah, Mbak. Jangan pernah percaya pada kata-kata yang belum jelas kebenarannya!" "Hari ini aku lelah sekali. Bisa tolong matikan lampunya?" ujarku sambil membelakanginya dan menutupi seluruh tubuhk

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 98

    Bab 98Akhirnya resepsi itu selesai juga, ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam. Para undangan yang datang paling akhir didominasi oleh rekan satu profesi dan juga teman-teman Yuda. Dan mereka tampak mengobrol lama sekali.Adi, ibu dan keluarga yang lainnya sudah pulang tepat pukul sembilan malam tadi, mengingat putraku itu sudah merasa mengantuk dan tidak mau tinggal, meskipun Yuda mengatakan tidak masalah jika Adi ingin menginap di kamar yang sama dengan kami. Tapi tentu saja ibu dan yang lainnya melarang. Bahkan sebelumnya mereka semua menggodaku, dengan alasan tidak ingin diganggu, padahal itu tidak benar sama sekali. Lagipula pernikahan ini bukan karena mengejar nafsu yang itu.Aku terlebih dahulu masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan sebelumnya. Ruangan ini sudah dipenuhi dengan hiasan serta taburan bunga mawar merah di atas tempat tidur juga dua handuk yang dibentuk seperti angsa dengan posisi saling menghadap. Aku menghela nafas berat, membayangkan apa yang terja

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 97

    Bab 97Yuda tampak gagah saat berdiri bersisian di sampingku dengan wajah bahagianya. Sesekali pria itu melirik ke arahku, tapi tetap kuabaikan. Meski aku tersenyum di depan para tamu, nyatanya ketika melihat sosok pria yang sekarang telah menjadi pendamping hidupku ini, hatiku kembali tersayat pedih.Bayangan bibir merahnya beradu dengan bibir Yanti waktu itu, terus membayang di pelupuk mata."Sepertinya kamu masih nggak percaya padaku, Indi." Pria itu berbisik tepat di telinga. Aku mengerjap sadar kala Yuda mengangsurkan air mineral. Kali ini dia tidak memanggil dengan sambutan 'Mbak' lagi. Mungkin karena sekarang aku telah resmi menjadi istri sah-nya.Meski sebenarnya hari ini tidak bisa kubayangkan. Betapa aku telah menikahi dengan seorang pria yang sebelumnya telah melakukan perbuatan yang menurutku sangat menjijikan itu dengan mantan adik iparku sendiri.Aku mengacuhkan perkataannya, saat para tamu undangan kembali mendekat ke arah kami. Memberi doa restu, sekaligus memberi sel

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 96

    Bab 96Akhirnya sampai pada di hari H. Pernikahan itu tetap digelar karena tak mungkin membatalkannya begitu saja. Mengingat undangan sudah dicetak, catering dan gedung serta pakaian khusus sudah dipersiapkan dengan baik. Maka atas permintaan keluarga besar Yuda dan Bu Dewi sendiri, mereka sengaja datang ke rumah untuk membujukku untuk melakukan kesepakatan."Aku setuju, tapi kumohon agar tidak bertemu dengan Yuda sampai hari H. Bahkan aku tak mau melihatnya di sekitar rumah dan tempat kerjaku. Aku perlu waktu untuk menata hatiku, walau bagaimanapun aku tidak siap bahkan untuk mendengar penjelasan serta permintaan maaf darinya," ucapku waktu itu pada mereka. Kulihat perubahan di wajah Bu Dewi yang sedikit terkejut. Mungkin tidak menyangka dengan permintaanku yang di luar nalar itu. Bagaimana mungkin aku akan menikahi pria itu, namun tidak ingin melihatnya sampai waktu yang ditentukan tiba.Bu Dewi mengangguk dan mencoba untuk memahami permintaanku."Aku tahu, mungkin kamu berat untu

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 95

    Bab 95Aku terus berlari melewati lorong demi lorong di rumah sakit yang bertingkat ini. Rasanya terasa sangat jauh sekali bahkan untuk sekedar ingin cepat sampai dan menginjakkan kaki ke lantai bawah. Sengaja aku tidak masuk ke dalam lift karena posisinya tertutup. Pasti akan sangat lama menunggu. Dan aku tak ingin berlama-lama di tempat itu, mengingat Yuda terus menyusul di belakang dengan suaranya yang membuatku tidak tahan.Aku tidak menyesali perbuatannya bersama dengan Yanti. Hanya saja kenapa aku mesti melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Adegan itu terlihat sangat menyakitkan. Bayang-bayang Mas Agung dan Zahra berkelebatan di pelupuk mata, ketika mereka berdua melakukan hal yang sama, persis di depan mataku. Saat aku melihat keburukannya di rumah ibu mertua, waktu pertama kali aku bertemu dengan pasangan selingkuh itu.Ya Tuhan, kenapa aku harus melihat adegan panas mereka berdua sekarang, tepat ketika pernikahanku bersama dengan Yuda sudah di depan mata."Mbak, tunggu Mb

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 94

    Bab 94Masuk ke salah satu rumah sakit terbesar di tempat ini. Aku mengikuti jejak langkah Yuda yang berjalan di depanku, menuju ke sebuah tempat informasi pasien. Setelah mendapat petunjuk, kami langsung melewati lorong dan naik beberapa lantai ke atas."Kamu yakin masih mau ikut?" Aku mengangguk siap. Butuh sedikit usaha tadi, agar Yuda mau membawaku ke tempat ini."Jangan cemburu jika nanti wanita itu mengatakan apa-apa padaku, ya. Karena aku sudah mengingatkanmu.""Sebagai calon istrimu, aku harus menjaga calon suamiku dengan baik. Aku nggak bisa janji. Jika nanti Yanti berbuat macam-macam padamu, tentu saja aku akan membalasnya. Aku tidak akan memperdulikan meskipun dia mantan adik iparku, karena dia pun sudah mencoba menyakitiku berulang kali. Dan kali ini, aku tidak bisa membiarkannya lagi!"Yuda mengusap kepalaku sambil tersenyum simpul. "Kamu harus banyak bersabar dan menahan amarahmu, jika tidak, maka bukannya tenang malah Yanti akan semakin dendam kepadamu.""Dan dia sudah

  • Terungkapnya Kebiasaan Buruk Suamiku   Bab 93

    Bab 93[Mbak, kamu harus hati-hati karena Yanti bunuh diri di penjara dengan cara mengiris urat nadinya. Perempuan itu berada di rumah sakit sekarang. Dan bukan tidak mungkin dia akan kabur mengingat dia memiliki seseorang yang selalu mendukung rencana jahatnya.]Kutatap pesan dari Zahra barusan dengan mata mengerjap tak percaya. Wanita sekasar dan seegois Yanti berani melakukan tindakan bunuh diri. Benar-benar tidak dapat kupercaya.Pesan itu langsung aku kirimkan kepada Yuda yang seketika berubah menjadi centang biru, tanda pria itu telah membuka pesanku. Tak lama kemudian, terlihat ketikan di layar paling atas, dan seketika menampilkan pesan balasan darinya.[Kalau begitu kamu harus berhati-hati, Mbak. Jangan bepergian kemanapun tanpa seizinku. Jika pun ada kepentingan mendesak, atau kamu harus pergi ke toko, maka aku sendiri yang akan mengantarmu.] Aku tersenyum tenang. Cukup lega mendengar sarannya. Pria itu memang sangat bertanggung jawab dan sepenuh hati memperhatikanku.Kusim

DMCA.com Protection Status