Bab 89"Kau tahu, Indira, setelah kupikirkan baik-baik, ternyata aku memang menyukai gayamu yang sedikit emosional itu. Kau selalu bersikap frontal, namun kau juga wanita yang polos dan berhati baik.""Ya, mungkin kau berpikir demikian. Tapi bagiku, aku tidak seburuk Yanti dan Zahra yang selalu menghalalkan segala cara dan berbuat anarkis kepada orang lain." Kutekankan setiap kata-kataku agar Andreas tidak menganggapku wanita lemah."Kamu juga masih belum mengatakan apa yang kau lakukan bersama dengan Yanti di rutan waktu itu. Atau ya, kalian masih bersama dan menjalin hubungan serius, hingga dia dibebaskan nanti dan kalian menikah. Aku tak peduli. Hanya saja, berbagai kejadian dan luka yang menimpaku itu atas ulah kekasihmu, maka aku tak mungkin diam saja. Dia sudah berulang kali melakukan perbuatan yang bisa mengancam keselamatanku dan juga keluargaku." Andreas menanggapinya dengan tersenyum simpul. "Baiklah Andreas, karena kamu hanya membuang waktuku, sebaiknya aku pergi saja kar
Bab 90"Kau datang kemari karena kau sudah mendapatkan uang itu, bukan? Jangan serakah, Indira. Kau tidak boleh mengambil uang itu untuk dirimu sendiri dan anakmu. Setidaknya kau harus memberikan bagian untukku juga." Zahra berkata dengan serius. Manik matanya membulat seperti binatang buas yang hendak menerkam."Aku bahkan baru saja duduk, dan kau sudah membicarakan masalah tentang uang itu. Kamulah sebenarnya wanita yang serakah itu, Zahra. Meskipun ya, aku beritahu satu hal padamu, dalam surat wasiat itu tidak ada satu persen pun bagianmu, bahkan Mas Agung sama sekali tidak menulis namamu di sana."Bibir Zahra terkatup rapat. Tapi matanya semakin membulat. Dia mungkin tidak menduga apa yang kukatakan barusan. Tentu saja itu membuatnya merasa tidak dihargai oleh mantan suami kami, yaitu Mas Agung."Kau pasti salah dan kau pasti berbohong padaku, bukan. Aku masih istri sahnya ketika lelaki itu meninggal. Dia tidak mungkin dia tidak memberikan sepeserpun bagiannya untukku." Tangan ka
Bab 91"Aku kecewa, Indira. Aku benar-benar kecewa.""Kurasa itu bukan urusanku, Andreas. Kau mungkin merasa seperti itu. Namun kita tidak ada hubungan apa-apa dan tidak akan ada jalinan apa-apa, hingga aku tidak harus meminta maaf kepadamu. Setiap orang mempunyai pilihan dan ini adalah pilihanku sendiri. Aku sudah menyukai pria itu sebelum bertemu dengan kamu. Dan hanya dia satu-satunya orang yang mengerti jalan hidup dan keinginanku, juga anakku. Lagipula anakku merasa cocok dengannya. Itu yang terpenting bagiku.""Mudah-mudahan saja niatmu itu baik.""Sesuatu yang diniatkan dengan baik, memang selalu berakhir dengan baik, bukan? Dan aku percaya hal itu ada pada Yuda." Ada seraut senyum kecewa ditampilkan pria itu, sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkanku tanpa kata.Apa yang dia kecewakan? Sedangkan perasaannya memang tidak penting untukku. Lagi pula tidak akan pernah ada jalinan apa-apa diantara kami, kecuali saat dia menyatakan perasaannya padaku saat itu. Yang memang k
Bab 92"Jangan lakukan hal ini padaku, Yuda. Atau kamu akan menyesal!" Anisa berteriak histeris dan tak terima saat calon suamiku menekannya di lantai."Diam, Anisa! Justru akulah yang telah menyesal karena pernah mengenalmu. Aku tidak menyangka kamu tega berbuat seperti ini pada Indira!" Kulihat Yuda tengah mengikat kedua lengan Anisa dengan tali, meskipun wanita itu terus-terusan memberontak."Amankan perempuan ini, Pak, dan pastikan dia tidak akan bisa kabur."Kedua pria yang tidak aku ketahui siapa itu, langsung mengangguk kemudian menahan Anisa.Saat Yuda mulai mendekat ke arahku dengan raut wajah penuh kekhawatiran."Kamu nggak apa-apa, Mbak? Ya ampun lukanya cukup parah." Yuda membawaku ke dalam pelukannya, setelah menekan lukaku dengan sapu tangan miliknya. Pelukan hangat dari seseorang yang dapat kurasakan sangat mengkhawatirkanku."Aku tidak apa-apa, Yuda," kataku saat dia mulai membantuku untuk berdiri. Sedangkan Anisa tampak tidak senang di tempatnya, dan perempuan ya
Bab 93[Mbak, kamu harus hati-hati karena Yanti bunuh diri di penjara dengan cara mengiris urat nadinya. Perempuan itu berada di rumah sakit sekarang. Dan bukan tidak mungkin dia akan kabur mengingat dia memiliki seseorang yang selalu mendukung rencana jahatnya.]Kutatap pesan dari Zahra barusan dengan mata mengerjap tak percaya. Wanita sekasar dan seegois Yanti berani melakukan tindakan bunuh diri. Benar-benar tidak dapat kupercaya.Pesan itu langsung aku kirimkan kepada Yuda yang seketika berubah menjadi centang biru, tanda pria itu telah membuka pesanku. Tak lama kemudian, terlihat ketikan di layar paling atas, dan seketika menampilkan pesan balasan darinya.[Kalau begitu kamu harus berhati-hati, Mbak. Jangan bepergian kemanapun tanpa seizinku. Jika pun ada kepentingan mendesak, atau kamu harus pergi ke toko, maka aku sendiri yang akan mengantarmu.] Aku tersenyum tenang. Cukup lega mendengar sarannya. Pria itu memang sangat bertanggung jawab dan sepenuh hati memperhatikanku.Kusim
Bab 94Masuk ke salah satu rumah sakit terbesar di tempat ini. Aku mengikuti jejak langkah Yuda yang berjalan di depanku, menuju ke sebuah tempat informasi pasien. Setelah mendapat petunjuk, kami langsung melewati lorong dan naik beberapa lantai ke atas."Kamu yakin masih mau ikut?" Aku mengangguk siap. Butuh sedikit usaha tadi, agar Yuda mau membawaku ke tempat ini."Jangan cemburu jika nanti wanita itu mengatakan apa-apa padaku, ya. Karena aku sudah mengingatkanmu.""Sebagai calon istrimu, aku harus menjaga calon suamiku dengan baik. Aku nggak bisa janji. Jika nanti Yanti berbuat macam-macam padamu, tentu saja aku akan membalasnya. Aku tidak akan memperdulikan meskipun dia mantan adik iparku, karena dia pun sudah mencoba menyakitiku berulang kali. Dan kali ini, aku tidak bisa membiarkannya lagi!"Yuda mengusap kepalaku sambil tersenyum simpul. "Kamu harus banyak bersabar dan menahan amarahmu, jika tidak, maka bukannya tenang malah Yanti akan semakin dendam kepadamu.""Dan dia sudah
Bab 95Aku terus berlari melewati lorong demi lorong di rumah sakit yang bertingkat ini. Rasanya terasa sangat jauh sekali bahkan untuk sekedar ingin cepat sampai dan menginjakkan kaki ke lantai bawah. Sengaja aku tidak masuk ke dalam lift karena posisinya tertutup. Pasti akan sangat lama menunggu. Dan aku tak ingin berlama-lama di tempat itu, mengingat Yuda terus menyusul di belakang dengan suaranya yang membuatku tidak tahan.Aku tidak menyesali perbuatannya bersama dengan Yanti. Hanya saja kenapa aku mesti melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Adegan itu terlihat sangat menyakitkan. Bayang-bayang Mas Agung dan Zahra berkelebatan di pelupuk mata, ketika mereka berdua melakukan hal yang sama, persis di depan mataku. Saat aku melihat keburukannya di rumah ibu mertua, waktu pertama kali aku bertemu dengan pasangan selingkuh itu.Ya Tuhan, kenapa aku harus melihat adegan panas mereka berdua sekarang, tepat ketika pernikahanku bersama dengan Yuda sudah di depan mata."Mbak, tunggu Mb
Bab 96Akhirnya sampai pada di hari H. Pernikahan itu tetap digelar karena tak mungkin membatalkannya begitu saja. Mengingat undangan sudah dicetak, catering dan gedung serta pakaian khusus sudah dipersiapkan dengan baik. Maka atas permintaan keluarga besar Yuda dan Bu Dewi sendiri, mereka sengaja datang ke rumah untuk membujukku untuk melakukan kesepakatan."Aku setuju, tapi kumohon agar tidak bertemu dengan Yuda sampai hari H. Bahkan aku tak mau melihatnya di sekitar rumah dan tempat kerjaku. Aku perlu waktu untuk menata hatiku, walau bagaimanapun aku tidak siap bahkan untuk mendengar penjelasan serta permintaan maaf darinya," ucapku waktu itu pada mereka. Kulihat perubahan di wajah Bu Dewi yang sedikit terkejut. Mungkin tidak menyangka dengan permintaanku yang di luar nalar itu. Bagaimana mungkin aku akan menikahi pria itu, namun tidak ingin melihatnya sampai waktu yang ditentukan tiba.Bu Dewi mengangguk dan mencoba untuk memahami permintaanku."Aku tahu, mungkin kamu berat untu