Miley tidak menyahutinya. Ia segera menyibukkan diri di meja kerjanya. Rasa kesalnya kepada Aland juga masih belum hilang.
"Apa kau tuli, hakh? Kau tahu tidak, siapa yang sedang bicara, Miley?" Aland semakin berang saja. Di beberapa menit yang lalu, ia telah memikirkan cara elegan untuk meminta maaf. Tapi setelah berhadapan dengan Miley, sikap dengan isi kepalanya mendadak berubah.Apa? Siapa yang bicara? Pria yang tidak punya hati. Harusnya dia memikirkan dirinya yang tidak bertanggung jawab itu. Kalau bukan karena butuh uang, ditambah juga kehilangan semua berkas-berkas pentingnya, lebih baik melarikan diri saja.Miley tidak terusik dengan ocehan-ocehan pedas Aland itu, meski kemungkinan Aland semakin bertambah marah atau mengancam akan memecatnya. Yah, itu yang ia tunggu. Setidaknya mendapat pesangon.Melihat Miley bergeming, tidak juga menyahutinya. Aland menghampirinya dengan wajah bak kepiting rebus karena kesalnya. "Miley! Di mana kau tidur"Wah, benar-benar hebat!" Aland tepuk tangan mengitari Miley yang menatapnya garang. "Yah, kamu bekerja untukku, dan harus menuruti semua perintahku. Bukankah itu janjimu beberapa menit lalu, Miley!""Yahh, apa kamu sudah memenuhi kewajibanmu sebagai pimpinan? Kau bukan pimpinan tapi pencuri, psikopat, pria gila!""Hahkk! Beraninya kau ---""Stop! Yang terhormat Tuan Aland Halton, di mana ada seorang pimpinan mencuri uang dan ponsel sekretaris pribadinya? Mencekoki minumannya dengan obat tidur dalam dosis tinggi? Membawanya alasan urusan kerja di luar negeri tapi menyiksanya? Mencuri barang-barangnya? Lalu, memaksanya harus mau menjadi kekasihnya?" geram Miley memotong ucapan Aland."Miley, ini bukan sekedar antara pimpinan dan sekretaris pribadi! Kau juga tahu aku sangat mencintaimu!" ucap Aland tidak bisa menahan rasa dalam hatinya."Haha! Sangat miris nasib gadis yang menjadi kekasih Anda nanti, Tuan Aland Halton."
"Benar, tapi Anda jangan melupakan keberadaan Tuan Abian Halton, Tuan."Miley mengernyitkan dahi mendengar nama yang di sebut Theo barusan. 'Bukannya Aland putra tunggal Tuan Daniel?' batinnya karena tidak pernah mendengar Aland menyebut nama Abian.."Hakh! Dia cuma putra tiri Tuan Daniel, aku yakin Daddy tidak akan berani menjadikannya Sang ahli waris keluarga Halton! Cam kan itu!""Awalnya begitu, Tuan. Tapi ada beberapa syarat dari Tuan Daniel yang belum Anda penuhi. Sementara Tuan Abian sudah memenuhinya lebih dulu dari Anda. Tuan Abian memiliki calon istri, tidak pernah terlibat skandal apapun, selalu bersikap jujur, tidak pernah terlibat pertengkaran dengan Tuan Daniel dan Nyonya Melora, memiliki kemampuan yang handal mengembangkan perusahaan dalam pimpinannya. Sementara Anda sendiri, kasus pernikahan kontrak dengan Jenny, hubungan yang tidak baik dengan Tuan Daniel dan Nyonya Melora, berdebat dengan Tuan Abian hingga bermusuhan, dan beberapa perusa
"Pria itu sendiri mengaku suruhan Jenny, Tuan. Jadi, saya rasa dia benar suruhan Jenny, Tuan," jawab pengawal yang mencarinya tadi."Bukti apa yang bisa dia tunjukkan?" tanya Theo terlihat tenang dan bijak. Tidak seperti Aland yang langsung terbawa emosi hingga menggebrak meja."Pria itu menunjukkan foto-foto pernikahan kontrak Tuan Aland dengan Jenny, juga berkas kontrak perjanjian kontrak pernikahan kalian, Tuan Aland.""What? Sial! Yah, itu pasti ulah Jenny. Arghh! Apa mau dia sekarang?" Bukan hanya Aland dan Theo saja yang kaget. Miley pun sama, sampai melompat dari kursinya. Ia bingung apa yang membuat Jenny masih mengusik kehidupan Aland. Padahal dia pun sudah bersuami lagi."Apa benar Aland yang mengambil diam-diam perusahaan New Adira? Tapi ... untuk apa? Bukankah Aland memiliki perusahaan-perusahaan besar?" gumam Miley, tapi tidak berani menanyakan itu kepada Aland.Ia tidak mau mencampuri urusan private Aland den
"Yah. Sangat rumit, tanpa alasan yang jelas Jenny menuduh Tuan Aland telah menjalin hubungan denganmu sebelum mereka bercerai.""Iya, kalau masalah itu aku sudah tahu sewaktu masih di Jepang. Jenny menemui Aland ke rumah ---""Jenny mendatangi Tuan Aland ke hotel Halton, itu benar?" tanya Theo memotong ucapannya. "Apa kamu juga bertemu dengannya, Miley?" burunya dengan raut wajah cemas.Miley menggeleng. "Aland tidak mengizinkan ku bertemu denganmu. Tadi kamu bilang hotel ... Halton? Tetapi Aland bilang itu rumahnya. Aku juga tidak tahu karena ---" Yah, karena Miley tidak tahu ia di mana dan kapan berpindah tempat. Kadang sudah berada di kamar hotel, rumah dan villa. Kadang hari sudah pagi, malam dan sore."Karena apa, Miley?" gegas Theo tidak sabar."Ngg, maksudku mungkin karena masalah itulah Jenny mendatangi Aland ke sana. Aku juga melihat mereka bertengkar," jawab Miley asal sembari meneguk liur."Ahh, syukurlah. Tidak
Seminggu kemudian. Sudah seminggu ini Aland pulang untuk memenuhi panggilan Tuan Daniel. Dia juga membawa Theo dan beberapa pengawal lain turut bersamanya. Selama itu juga Miley terasa terbebas dari Aland, terbebas dari ke-sarkasan dan sikap posesifnya. Untungnya, Aland belum sempat memberikan ponsel seperti yang dia janjikan. Jadi, Miley pun juga terbebas kemungkinan teror telepon dari Aland yang bisa saja ingin memata-matainya."Uahhh!" Merentangkan kedua tangannya. "Semoga saja dia lama lagi kembali," ucapnya tidak perlu terburu-buru atau harus tegang di meja kerjanya.Yang sangat menyenangkannya ketika pulang tidak perlu harus bersembunyi-sembunyi lagi. Aland yang selalu mengawasinya hingga ke rumah Theo itu, tidak akan melihatnya berkeliaran. Miley benar-benar merasakan ketenangan dan kebebasan hidupnya telah kembali.Untungnya nya ia bertemu dengan Theo kala itu, pria itu seolah malaikat yang ditakdirkan untuk menolongnya. "Ug
"Terimakasih," ucapnya, tapi meremas kotak kue di tangannya. Dalam pikirannya kue dan air mineral di tangannya itu telah dibubuhi obat tidur. Ia tidak mau terjatuh ke dalam rencana licik Aland."Kenapa tidak dimakan?" tanya Aland melihatnya hanya meremas-remasnya saja.Bisa dipastikan isi dalam kotaknya sudah remuk."Tidak apa-apa," sahutnya segera masuk setelah pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Yang sebenarnya ia sendiri ataupun pengawal bisa melakukannya. Aland menundukkan kepala, sesaat menatap wajah Miley sebelum merampas kotak kue dari tangannya. Kemudian melemparnya ke tong sampah di sana. "Tidak ada apa-apa di dalam kue itu, Miley. Kalau tidak salah aku meneteskan obat tidurnya di dalam botol minuman di tanganmu itu," goda Aland mengedipkan mata kirinya, meski masih terlihat jelas ekspresi kesal di wajahnya."Ahh, ini?" kata Miley menunjukkan botol kecil di tangannya, dan mengembalikannya kepada Aland. "Untukmu saja." Lantas di
"Kamu mau kemana, Theo?" tanya Miley tiba-tiba merasa tidak nyaman saja. "Aku ikut," katanya lagi bersiap turun. Namun, segera dicegah Aland. "Kemana? Pindah ke kursi depan!" titah Aland mencengkeram tangannya untuk menahannya.Miley menarik tangannya, bersikeras ikut dengan Theo saja, tapi setelah melihat pria itu yang baru saja turun dari mobil, sudah langsung ada mobil lain yang menjemputnya. Miley pun mengurungkan niatnya. 'Hakh, ada apa ini?' batinnya. Miley curiga, ada yang sudah di rencanakan Aland dan Theo terhadap dirinya. Iapun berpikir harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami nasib yang sama seperti waktu lalu."Aland aku ---""Masih sekretaris pribadiku!" potong Aland melajukan mobilnya menuju tujuan yang sudah di rencanakannya dengan Theo. Sekilas Miley melihat senyum smirk Aland yang membuat bulu kuduknya bergidik. Bayangan bagaimana Aland menyiksanya di kamar hotel waktu itu, membuatnya
Sial. Ternyata Theo tidak bisa di percaya."Apa Theo mengatakan itu padamu?" tanyanya beberapa saat memelototinya tanpa berkedip. "Aku lupa, apa Theo pernah memberitahu ini padaku, Sayang," jawab Aland enteng. Pria itu mempermainkan jari kedua tangannya seraya membuang wajah menghindari tatapan tajam Miley. "Tidak perlu dari siapa aku mengetahuinya, Miley. Jawab saja pertanyaanku tadi."Yah, ia merasa nyaman di rumah Theo, tapi itu kemarin, sekarang ia perlu berpikir lagi untuk tetap tinggal di sana. Tetapi, mau ke mana? Karena sampai saat ini iapun belum menerima gaji. Bingung harus menyalahkan Theo yang telah ingkar janji, di sisi lain ia juga merasa terhutang kepada pria tampan itu."Kamu salah melihat, aku tidak tinggal di sana," jawab Miley menurunkan pandangannya. "Masih ingin menutupinya, Miley?""Yahh, kalau iya kenapa? Apa kamu meminjamkan ku uang untuk biaya hidupku sebelum gajian? Tetapi Theo ---""Kau pilih kelu