Seminggu kemudian.
Sudah seminggu ini Aland pulang untuk memenuhi panggilan Tuan Daniel. Dia juga membawa Theo dan beberapa pengawal lain turut bersamanya. Selama itu juga Miley terasa terbebas dari Aland, terbebas dari ke-sarkasan dan sikap posesifnya.Untungnya, Aland belum sempat memberikan ponsel seperti yang dia janjikan. Jadi, Miley pun juga terbebas kemungkinan teror telepon dari Aland yang bisa saja ingin memata-matainya."Uahhh!" Merentangkan kedua tangannya. "Semoga saja dia lama lagi kembali," ucapnya tidak perlu terburu-buru atau harus tegang di meja kerjanya.Yang sangat menyenangkannya ketika pulang tidak perlu harus bersembunyi-sembunyi lagi. Aland yang selalu mengawasinya hingga ke rumah Theo itu, tidak akan melihatnya berkeliaran. Miley benar-benar merasakan ketenangan dan kebebasan hidupnya telah kembali.Untungnya nya ia bertemu dengan Theo kala itu, pria itu seolah malaikat yang ditakdirkan untuk menolongnya. "Ug"Terimakasih," ucapnya, tapi meremas kotak kue di tangannya. Dalam pikirannya kue dan air mineral di tangannya itu telah dibubuhi obat tidur. Ia tidak mau terjatuh ke dalam rencana licik Aland."Kenapa tidak dimakan?" tanya Aland melihatnya hanya meremas-remasnya saja.Bisa dipastikan isi dalam kotaknya sudah remuk."Tidak apa-apa," sahutnya segera masuk setelah pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Yang sebenarnya ia sendiri ataupun pengawal bisa melakukannya. Aland menundukkan kepala, sesaat menatap wajah Miley sebelum merampas kotak kue dari tangannya. Kemudian melemparnya ke tong sampah di sana. "Tidak ada apa-apa di dalam kue itu, Miley. Kalau tidak salah aku meneteskan obat tidurnya di dalam botol minuman di tanganmu itu," goda Aland mengedipkan mata kirinya, meski masih terlihat jelas ekspresi kesal di wajahnya."Ahh, ini?" kata Miley menunjukkan botol kecil di tangannya, dan mengembalikannya kepada Aland. "Untukmu saja." Lantas di
"Kamu mau kemana, Theo?" tanya Miley tiba-tiba merasa tidak nyaman saja. "Aku ikut," katanya lagi bersiap turun. Namun, segera dicegah Aland. "Kemana? Pindah ke kursi depan!" titah Aland mencengkeram tangannya untuk menahannya.Miley menarik tangannya, bersikeras ikut dengan Theo saja, tapi setelah melihat pria itu yang baru saja turun dari mobil, sudah langsung ada mobil lain yang menjemputnya. Miley pun mengurungkan niatnya. 'Hakh, ada apa ini?' batinnya. Miley curiga, ada yang sudah di rencanakan Aland dan Theo terhadap dirinya. Iapun berpikir harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami nasib yang sama seperti waktu lalu."Aland aku ---""Masih sekretaris pribadiku!" potong Aland melajukan mobilnya menuju tujuan yang sudah di rencanakannya dengan Theo. Sekilas Miley melihat senyum smirk Aland yang membuat bulu kuduknya bergidik. Bayangan bagaimana Aland menyiksanya di kamar hotel waktu itu, membuatnya
Sial. Ternyata Theo tidak bisa di percaya."Apa Theo mengatakan itu padamu?" tanyanya beberapa saat memelototinya tanpa berkedip. "Aku lupa, apa Theo pernah memberitahu ini padaku, Sayang," jawab Aland enteng. Pria itu mempermainkan jari kedua tangannya seraya membuang wajah menghindari tatapan tajam Miley. "Tidak perlu dari siapa aku mengetahuinya, Miley. Jawab saja pertanyaanku tadi."Yah, ia merasa nyaman di rumah Theo, tapi itu kemarin, sekarang ia perlu berpikir lagi untuk tetap tinggal di sana. Tetapi, mau ke mana? Karena sampai saat ini iapun belum menerima gaji. Bingung harus menyalahkan Theo yang telah ingkar janji, di sisi lain ia juga merasa terhutang kepada pria tampan itu."Kamu salah melihat, aku tidak tinggal di sana," jawab Miley menurunkan pandangannya. "Masih ingin menutupinya, Miley?""Yahh, kalau iya kenapa? Apa kamu meminjamkan ku uang untuk biaya hidupku sebelum gajian? Tetapi Theo ---""Kau pilih kelu
Miley mendelik, bertanggungjawab bagaimana maksud pria itu, itu juga bukan sepenuhnya kesalahannya. Lagian siapa yang mau jadi pacarnya? Belum sempat membuka mulut, Aland sudah menarik rambut belakangnya. Miley sempat menghindar dengan memundurkan kepalanya, tapi tangan Aland dengan gesit menggagalkan aksinya itu. "Lepaskan, Aland," pintanya mengerang kesakitan. Tamparan keras bertubi-tubi di wajahnya sebagai luapan kemarahan Aland. Jerit kesakitan dari Miley tidak mengurungkan sikap kasarnya tersebut. Belum puas hanya menyiksanya dengan tamparan yang membabi-buta, Aland juga mendorongnya sekuat tenaga ke belakang. BRUKK"Ahhh!"Miley menjerit keras, ketika punggung lemahnya berbenturan keras ke dinding kamar, rasanya seluruh sendi tubuhnya seperti berlepasan. Ia pun terus berusaha mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk bertahan berdiri. Ia tidak ingin menjadi luapan kemarahan Aland. Hatinya yang panas membakar emosinya semakin meluap
Miley tidak menggubrisnya. Sementara malam semakin larut, dan ia butuh istirahat untuk mengurangi rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Aku bertanya Miley! Aku tahu kau mendengar! Jadi, jangan selalu memancing amarahku!" geram Aland menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Miley. "Ingat! Aku bisa melakukan apapun, Miley! Bahkan membunuhmu sekarang!" ancamnya tidak main-main.Seketika jantung Miley berhenti berdetak. Emosi dan amarahnya yang sempat mereda itu juga turut bergejolak. Kali ini ia tidak mau diperlakukan kasar dan tidak manusiawi oleh Aland. Ancaman Aland barusan dan juga kekasarannya tadi bisa dituntut dalam hukum. Tapi ... apa yang bisa ia buktikan.Miley memutar badan. Ia harus bisa menghadapi pria monster itu."Silakan bunuh saja! Bukankah itu jauh lebih baik daripada menjadi budak hasrat gila mu itu?" tantangnya tidak takut. "Lagi apa urusanmu aku cinta pada siapapun!""Kurang ajar! Kau berani ---""Stop! Ambi
"Katakan kamu juga mencintaiku, Miley.""Jangan bicara cinta padaku, Aland," ucapnya menghempas napasnya kasar. Ia sendiri juga belum pernah mencintai pria manapun. Meski beberapa waktu lalu di kebersamaannya dengan Aland, pria itu pernah menyentuh hatinya. Tetapi itu karena terlalu larut dengan kehangatan Aland saja, bukan cinta.Malah Miley lebih mengagumi sosok Theo yang sopan dan perhatian. Tapi Miley juga bingung dengan rasa nyamannya kepada pengawal tampan itu, itu benar cinta atau hanya sekedar rasa kagum saja."Miley, aku mohon terima ---""Aland, cukup. Jujur aku masih bingung memahami dirimu. Sikapmu yang memperlakukanku selama ini, membuatku hilang kepercayaan padamu. Seolah apa yang barusan kamu akui itu, berbanding terbalik dengan apa yang aku lihat dan rasakan."Miley menarik tangannya dari genggaman Aland yang masih bersimpuh, DNA berpindah ke sisi ranjang. Kemudian diikuti oleh Aland yang duduk merapat padanya.
"Non, Tuan Muda menunggu Anda di depan," kata seorang pelayan yang tergopoh-gopoh menghampirinya. Belum lagi bertanya di depan mana, pelayan sudah menarik tangannya menuruni tangga. Tampak Aland duduk menunggu di ruang tamu. Sesaat setelah melihatnya, pria itu langsung bangkit menghampirinya. "Ayo, Sayang," katanya mengulurkan lengan tangannya. Miley yang tengah mengenakan sepatu high heels itu melepas tangan pelayan dan berpindah ke lengan kekar Aland. "Kenapa tidak ---""Kamu sudah makan, Sayang?" tanya Aland membuat Miley semakin penasaran karena pria itu selalu saja memotong ucapannya.Miley hanya mengangguk saja. Perutnya seakan tidak merasakan lapar, mungkin juga karena takut Aland telah membubuhi makanan dan minumannya dengan obat tidur. Aland mengernyitkan dahi tidak percaya. Apalagi melihat Miley baru saja turun dari kamar.Tapi waktunya yang mepet memaksanya harus segera bergerak."Kita ke ru
Harusnya ia mendengarnya, tetapi Miley malah menjatuhkan kepalanya di punggung kekar Aland. Tidak peduli seseorang yang bisa saja masuk dan memergokinya."Pergi!" pekik Aland mendorong Miley dengan menggeser bahunya ke belakang. Namun, gadis itu semakin mempererat pelukannya. "Jangan salahkan aku bersikap kasar, ya," peringat Aland dengan sesenggukan yang semakin menjadi-jadi. Pria itu sudah berusaha keras menguasai dirinya, tetapi tangisannya malah memecah. Semakin menenggelamkan wajahnya di lengannya yang melipat. Aland tidak sanggup menampakkan wajahnya. Di satu sisi dia malu kepada Miley, malu dengan sifat kekanakan dan cengengnya itu. Di sisi yang lain dia sebenarnya tidak ingin Miley pergi. Dia hanya berusaha menahan diri dengan perasaannya, dan membebaskan Miley. Percuma juga memaksanya, gadis itu tidak mencintainya.Miley hanya terdiam tanpa melepas pelukannya dari Aland, setidaknya sampai pria itu tenang. Ia juga tidak tega h