"Kamu mau kemana, Theo?" tanya Miley tiba-tiba merasa tidak nyaman saja. "Aku ikut," katanya lagi bersiap turun. Namun, segera dicegah Aland.
"Kemana? Pindah ke kursi depan!" titah Aland mencengkeram tangannya untuk menahannya.Miley menarik tangannya, bersikeras ikut dengan Theo saja, tapi setelah melihat pria itu yang baru saja turun dari mobil, sudah langsung ada mobil lain yang menjemputnya. Miley pun mengurungkan niatnya. 'Hakh, ada apa ini?' batinnya. Miley curiga, ada yang sudah di rencanakan Aland dan Theo terhadap dirinya. Iapun berpikir harus lebih berhati-hati berhadapan dengan Aland, kalau tidak ingin mengalami nasib yang sama seperti waktu lalu."Aland aku ---""Masih sekretaris pribadiku!" potong Aland melajukan mobilnya menuju tujuan yang sudah di rencanakannya dengan Theo.Sekilas Miley melihat senyum smirk Aland yang membuat bulu kuduknya bergidik. Bayangan bagaimana Aland menyiksanya di kamar hotel waktu itu, membuatnyaSial. Ternyata Theo tidak bisa di percaya."Apa Theo mengatakan itu padamu?" tanyanya beberapa saat memelototinya tanpa berkedip. "Aku lupa, apa Theo pernah memberitahu ini padaku, Sayang," jawab Aland enteng. Pria itu mempermainkan jari kedua tangannya seraya membuang wajah menghindari tatapan tajam Miley. "Tidak perlu dari siapa aku mengetahuinya, Miley. Jawab saja pertanyaanku tadi."Yah, ia merasa nyaman di rumah Theo, tapi itu kemarin, sekarang ia perlu berpikir lagi untuk tetap tinggal di sana. Tetapi, mau ke mana? Karena sampai saat ini iapun belum menerima gaji. Bingung harus menyalahkan Theo yang telah ingkar janji, di sisi lain ia juga merasa terhutang kepada pria tampan itu."Kamu salah melihat, aku tidak tinggal di sana," jawab Miley menurunkan pandangannya. "Masih ingin menutupinya, Miley?""Yahh, kalau iya kenapa? Apa kamu meminjamkan ku uang untuk biaya hidupku sebelum gajian? Tetapi Theo ---""Kau pilih kelu
Miley mendelik, bertanggungjawab bagaimana maksud pria itu, itu juga bukan sepenuhnya kesalahannya. Lagian siapa yang mau jadi pacarnya? Belum sempat membuka mulut, Aland sudah menarik rambut belakangnya. Miley sempat menghindar dengan memundurkan kepalanya, tapi tangan Aland dengan gesit menggagalkan aksinya itu. "Lepaskan, Aland," pintanya mengerang kesakitan. Tamparan keras bertubi-tubi di wajahnya sebagai luapan kemarahan Aland. Jerit kesakitan dari Miley tidak mengurungkan sikap kasarnya tersebut. Belum puas hanya menyiksanya dengan tamparan yang membabi-buta, Aland juga mendorongnya sekuat tenaga ke belakang. BRUKK"Ahhh!"Miley menjerit keras, ketika punggung lemahnya berbenturan keras ke dinding kamar, rasanya seluruh sendi tubuhnya seperti berlepasan. Ia pun terus berusaha mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk bertahan berdiri. Ia tidak ingin menjadi luapan kemarahan Aland. Hatinya yang panas membakar emosinya semakin meluap
Miley tidak menggubrisnya. Sementara malam semakin larut, dan ia butuh istirahat untuk mengurangi rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Aku bertanya Miley! Aku tahu kau mendengar! Jadi, jangan selalu memancing amarahku!" geram Aland menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Miley. "Ingat! Aku bisa melakukan apapun, Miley! Bahkan membunuhmu sekarang!" ancamnya tidak main-main.Seketika jantung Miley berhenti berdetak. Emosi dan amarahnya yang sempat mereda itu juga turut bergejolak. Kali ini ia tidak mau diperlakukan kasar dan tidak manusiawi oleh Aland. Ancaman Aland barusan dan juga kekasarannya tadi bisa dituntut dalam hukum. Tapi ... apa yang bisa ia buktikan.Miley memutar badan. Ia harus bisa menghadapi pria monster itu."Silakan bunuh saja! Bukankah itu jauh lebih baik daripada menjadi budak hasrat gila mu itu?" tantangnya tidak takut. "Lagi apa urusanmu aku cinta pada siapapun!""Kurang ajar! Kau berani ---""Stop! Ambi
"Katakan kamu juga mencintaiku, Miley.""Jangan bicara cinta padaku, Aland," ucapnya menghempas napasnya kasar. Ia sendiri juga belum pernah mencintai pria manapun. Meski beberapa waktu lalu di kebersamaannya dengan Aland, pria itu pernah menyentuh hatinya. Tetapi itu karena terlalu larut dengan kehangatan Aland saja, bukan cinta.Malah Miley lebih mengagumi sosok Theo yang sopan dan perhatian. Tapi Miley juga bingung dengan rasa nyamannya kepada pengawal tampan itu, itu benar cinta atau hanya sekedar rasa kagum saja."Miley, aku mohon terima ---""Aland, cukup. Jujur aku masih bingung memahami dirimu. Sikapmu yang memperlakukanku selama ini, membuatku hilang kepercayaan padamu. Seolah apa yang barusan kamu akui itu, berbanding terbalik dengan apa yang aku lihat dan rasakan."Miley menarik tangannya dari genggaman Aland yang masih bersimpuh, DNA berpindah ke sisi ranjang. Kemudian diikuti oleh Aland yang duduk merapat padanya.
"Non, Tuan Muda menunggu Anda di depan," kata seorang pelayan yang tergopoh-gopoh menghampirinya. Belum lagi bertanya di depan mana, pelayan sudah menarik tangannya menuruni tangga. Tampak Aland duduk menunggu di ruang tamu. Sesaat setelah melihatnya, pria itu langsung bangkit menghampirinya. "Ayo, Sayang," katanya mengulurkan lengan tangannya. Miley yang tengah mengenakan sepatu high heels itu melepas tangan pelayan dan berpindah ke lengan kekar Aland. "Kenapa tidak ---""Kamu sudah makan, Sayang?" tanya Aland membuat Miley semakin penasaran karena pria itu selalu saja memotong ucapannya.Miley hanya mengangguk saja. Perutnya seakan tidak merasakan lapar, mungkin juga karena takut Aland telah membubuhi makanan dan minumannya dengan obat tidur. Aland mengernyitkan dahi tidak percaya. Apalagi melihat Miley baru saja turun dari kamar.Tapi waktunya yang mepet memaksanya harus segera bergerak."Kita ke ru
Harusnya ia mendengarnya, tetapi Miley malah menjatuhkan kepalanya di punggung kekar Aland. Tidak peduli seseorang yang bisa saja masuk dan memergokinya."Pergi!" pekik Aland mendorong Miley dengan menggeser bahunya ke belakang. Namun, gadis itu semakin mempererat pelukannya. "Jangan salahkan aku bersikap kasar, ya," peringat Aland dengan sesenggukan yang semakin menjadi-jadi. Pria itu sudah berusaha keras menguasai dirinya, tetapi tangisannya malah memecah. Semakin menenggelamkan wajahnya di lengannya yang melipat. Aland tidak sanggup menampakkan wajahnya. Di satu sisi dia malu kepada Miley, malu dengan sifat kekanakan dan cengengnya itu. Di sisi yang lain dia sebenarnya tidak ingin Miley pergi. Dia hanya berusaha menahan diri dengan perasaannya, dan membebaskan Miley. Percuma juga memaksanya, gadis itu tidak mencintainya.Miley hanya terdiam tanpa melepas pelukannya dari Aland, setidaknya sampai pria itu tenang. Ia juga tidak tega h
"Bawa aku bertemu dengannya? Bukankah dia sudah di sini, Aland?" burunya tidak memberi waktu kepada Aland membuat alasan menolaknya.Aland tertunduk sebenarnya bingung. Dia sudah berjanji tidak akan pernah melibatkan Miley dalam masalah-masalahnya dengan Jenny. Tapi melihat Jenny semakin gencar menuduh dan ancamannya juga tak main-main, bahkan mantan istri kontraknya itupun ingin membongkarnya kepada Tuan Daniel. Aland tidak punya pilihan selain mengiyakannya."Iya, tapi aku bisa minta satu hal?" tanyanya merangsang kedua mata Miley kembali menatapnya sembari mengangguk pelan."Apa kamu akan ikut dengan Jenny nanti?" Miley tersenyum kecil seraya berpindah ke kursi depan mejanya. Ia tahu apa yang dimaksud pria itu, iapun menjawab dengan balik bertanya, "Lalu, kapan kamu membawaku ke Tuan Daniel?"Aland yang masih penasaran dengan pertanyaannya tadi kaget setengah mati. Bahkan dia sendiri belum punya percaya dengan Miley yang mau jadi keka
Belum sempat mendekat, suara Jenny yang tidak sopan menyentakkan ketiga orang yang masih berdiri di halaman. Lantas Theo berbalik badan dan berlari ke dalam mobil. Sementara Aland menarik tangan Miley menghampiri Jenny yang berdiri di pintu. Lagi-lagi Miley tidak berdaya menolak, dengan kakinya terseok mengikuti langkah Aland. "Maaf, aku tadi bicara dengan Theo," ucap Aland seolah tidak ingin menutupi apapun dari Jenny. Padahal wanita itu tidak menanyakannya.Miley semakin tidak berhenti mengutuki dirinya. Melihat Aland benar-benar tidak berkutik di hadapan Jenny. Itu menggiring asumsi Miley berpikir pria itu masih sangat mencintai Jenny.'Pantas saja selama ini selalu bersikap kasar padaku. Benar, pria gila ini hanya membuatku sebagai pelampiasan dendamnya kepada Jenny.' Miley ingin menghilang dan melarikan diri saja meninggalkan kedua orang menyebalkan itu.'Gila, kalau masih cinta kenapa harus bercerai? Kembali saja, dan jangan buat aku jadi korban.'Miley menarik tangannya d
Tuan Daniel yang kesal menunggu Aland di perusahaan induk, dan malah menyuruhnya harus ke sana, tidak bisa menguasai emosinya.Lantas pria kaya raya tersebut memangkas jarak dengan Aland. Namun, Tuan Daniel tidak kalah kaget melihat Abian juga ada di sana bersama Aland. "Untuk apa kamu kemari, Abian? Apa kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan kewajibanmu di perusahaan-perusahaan yang kamu tangani?" berang Tuan Daniel menatap tajam putra tirinya itu. Tuan Daniel cuma menyuruh Aland ke perusahaan induk Halton, untuk melakukan tanggungjawabnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Halton, tidak ikut Abian.Lebih kagetnya lagi, keduanya malah senyum-senyum melihatnya yang marah-marah itu."Dad, kami minta maaf karena tidak langsung ke perusahaan induk Halton, tapi kami ingin memberikan hadiah besar ini untuk Daddy," ucap Aland membuka pintu dan mempersilahkan Tuan Daniel masuk. Tuan Daniel yang tadinya emosi tiba-tiba berubah kebingungan. Padahal dia pun tidak sedang ulang tahun hari ini. T
Dua minggu lebih berlalu. Setelah mendapatkan semua bukti-bukti, akhirnya Miley berhasil mengambil kembali perusahaan Adira dan New Adira."Aku mengganti nama menjadi perusahaan triple A,"ucap Miley tegas. "Kenapa tidak tetap jadi perusahaan Adira saja, Miley?" tanya Aland bingung dengan nama asing tersebut."Itu gabungan nama ayah dan nama kecil mamaku, Aland. Adira Ashkelon dengan nama kecil Jenny itu Agatha. Aku gabung menjadi triple A. Sekalian mengenang mereka, Aland." Sesaat Miley tertunduk seperti memendam rindu kepada mereka yang telah meninggal dunia. "Aku akan merawat perusahaan triple A ini untuk kedua orangtuaku."Aland merangkul pundaknya."Oo, begitu. Kita sama-sama menjaganya untuk mereka," ucap Aland menyeka airmata Miley. "Sudah tidak usah sedih-sedih lagi, semua yang telah berlalu tidak dapat diulang. Mereka juga sudah kembali kepada Sang Penciptanya," lanjut Aland menenangkan hati Miley."Iya, Aland. Seenggaknya aku sudah membalaskan dendam mamaku kepada Jason
"Untuk apa kau kemari? Jangan berpikir kau masih terdaftar sebagai anggota keluarga kita!" sarkas pria tua bertubuh buncit.Miley yang baru saja berdiri di pintu ruang ayahnya itu, disambut sarkas oleh Wisnu, adik Kakek dari ayahnya, yang biasa ia panggil Kakek muda dulunya. "Yah, itu jauh lebih baik! Sejak kematian ayahku, aku bukan lagi daftar keluarga besarmu!" sahut Miley santai mengedikkan kedua bahunya bersamaan. "Seharusnya aku menanyakan kabarmu Kakek muda, setelah sekian tahun kita tak pernah bertemu," lanjut Miley tidak terusik dengan kesarkasan Wisnu. Miley menarik napas panjang sembari memangkas jarak dengan pria yang berdiri di pintu, menghalanginya masuk. "Berhenti di situ! Atau kau akan mati!"Miley tertawa kecil mendengarnya. "Mati? Maksudmu, Jason yang akan membunuhku? Haaa, ku pastikan dia tidak berkutik lagi bertemu denganku," ucap Miley sombong.Jelas saja Jason tidak akan bertemu dengannya di sana. Karena pria itu telah di tangan Abian saat ini. Tapi Miley t
"Ke mana kamu membawaku, Aland?" tanya Miley tergopoh-gopoh menyeimbangi langkah Aland yang menarik tangannya.Beberapa menit lalu Aland bilang mau ke perusahaan untuk menyelesaikan pekerjaannya, tapi Aland malah menyuruhnya meninggalkan tas berisi berkas-berkas perusahaan Aland Corp."Masuklah!" titah Aland membukakan pintu mobil untuknya. "Kamu mau mengambil kembali perusahaanmu, kan?" tanya Aland menaikkan salah satu alisnya.Miley tersentak, memang iapun tidak ingin berlama-lama lagi mengambil alih perusahaan Adira dan New Adira. "Kamu tidak bercanda, kan?" tanya Miley urung masuk, berdiri menatap Aland seolah meminta penjelasannya."Itu!" Aland menunjuk tas yang terletak di dasar mobil. "Berkas-berkas perusahaan WinJason ada di dalamnya."Miley mengikuti jari telunjuk Aland. Memang ia menyimpan berkas-berkas perusahaan WinJason di dalam tas tersebut. Miley segera masuk, rasanya sudah tidak sabar segera mengusir adik perempuan ayahnya dari perusahaan WinJason.'Tunggu aku melempa
Sekilas melihat rumah itu saja terasa menyeramkan. Memang rumahnya mewah, tapi tidak terawat. Pohon dan tanaman merambat hampir menutupi pintu rumah tersebut. Selain jauh dari pemukiman warga juga dan beberapa pohon besar hampir menutupi keberadaan rumah tersebut."Masuklah!" titah Jason cukup puas melihat ketiga orang bersamanya heran dengan penampakan rumahnya yang terkesan angker itu. Mereka tidak tahu saja kalau Jason dengan sengaja membuat rumah induknya seperti itu untuk mengelabui siapapun yang sedang mencarinya.Terbukti bertahun-tahun dia selamat dari kejaran polisi dan orang-orang pimpinan Turbo XX dengan bersembunyi di rumah induknya. "Kau jangan coba-coba mempermainkan kita!" berang Abian menarik Jason dengan kasar dari dalam mobil. "Ingat! Aku tidak segan-segan menembak kepalamu itu!" lanjutnya mengarahkan ujung sepatu kulitnya ke pinggang Jason yang tersungkur di tanah.Jason hanya meringis kecil, tidak berdaya melawan karena kedua tangannya terikat kuat ke belakang.
Miley gegas menemui Theo, meminta pria itu mengantarnya ke perusahaan WinJason. Tapi Theo menolak karena tadi Aland berpesan dan tidak mengizinkannya mengantar Miley keluar."Aku mau bertemu dengan wanita itu, Theo?" geram Miley mencondongkan badannya ke depan seraya menumpulkan pandangannya ke wajah Theo. Tekad Miley sudah bulat akan bertemu dengan adik perempuan ayahnya, yang saat ini menghandle sepenuhnya perusahaan WinJason. Dengan semua bukti yang telah ia dapatkan wanita itu tidak akan berani mengelak lagi."Miley, Tuan Muda Aland tidak mengizinkanmu ke sana! Itu yang diperintahkan Tuan Muda Aland tadi kepadaku!" "Jangan mengada-ada ya! Aland tidak ada mengatakan seperti itu tadi!" Miley yang tersulut kesal itu mengeluarkan berkas-berkas perusahaan WinJason dari dalam tasnya. "Ini! Aku sudah mendapatkan semua berkas yang ku perlukan untuk mengambil alih perusahaan WinJason! Sekarang tugasmu hanya mengantarku ke sana, Theo!"Tapi Theo tetap saja tidak mau mengantarnya ke sana.
"Sudah cukup, Miley?" tanya Aland melihatnya membawa tas berisi berkas-berkas perusahaan WinJason menjauh dari kursi Jason."Sudah, aku sudah mendapatkan semua yang ku butuhkan. Sekarang lemparkan saja dia ke penjara, Aland," ucap Miley berdiri di samping Zhin. "Kamu, Zhin?" tanya Aland.Disahuti gelengan kepala cepat dari Zhin. "Cuma lihat wajahnya saja aku sudah takut," ujarnya mencengkeram erat lengan tangan Miley. Kemudian menarik Miley segera meninggalkan tempat itu. "Ayolah, Miley! Aku tidak suka di dalam sini," pintanya menarik-narik tangan Miley."Oke, sekarang aku antar kalian pulang," ucap Aland melemparkan sesuatu dari tangannya kepada Abian."Lakukan seperti rencana kita, ya," pesan Aland sebelum turut mengikuti Miley dan Zhin keluar.Abian mengangguk. Ini kesempatan dirinya membalaskan dendam kematian ayahnya kepada Jason. Tapi niatnya itu segera dihentikan oleh Tuan Benjamin, yang segera keluar dari tempat persembunyiannya setelah Miley dan Zhin pergi dari sana."Kena
Miley berjingkat memutar badan cepat, melihat kearah ranjang, Aland tidur ada di sana."Jam berapa ini?" tanyanya menggeser pandangannya ke jam dinding. "Astaga! Jam sepuluh?" pekiknya tertahan, kemudian menggeser matanya kepada Zhin. Seolah meminta Zhin menjelaskannya."Kamu kenapa, seh? Tinggal mandi saja, lalu, turun," kata Zhin menarik sudut bibirnya kesal dengan sikap Miley yang linglung."Makanya malam itu tahu waktu bergulat panas! Jangan pula sampai pagi, sampai-sampai tak ingat bangun," celetuk Zhin lantas dijawab Miley dengan melempar bantal ke arahnya."Otak mesum!" ketusnya terus melemparinya dengan bantal-bantal. "Kamu juga bakal tahu rasanya setelah menikah ---"Zhin tidak ingin mendengar ocehan Miley, segera berlari keluar kamar. "Cepat mandi sebelum ditinggal!" teriaknya sebelum menutup pintu kamar.Miley mendengus kesal, kemudian mengambil handuk untuk membersihkan tubuhnya. Wajahnya masih terasa panas karena ocehan Zhin tadi, ia malu karena tidak sadar dengan diriny
"I-itu, dia ..." Theo menenggak liurnya. Semua ucapan Miley tadi benar. Miley sudah menjadi istri Tuan Muda Aland, mustahil bisa mendapatkan hatinya. Lagi pula selama ini Miley tidak pernah menanggapi perasaannya. Meski telah berulang kali menunjukkan sikapnya yang hangat.Theo menenggak liurnya. Ada perasaan bersalah telah bersikap kasar kepada Zhin. Melihat gadis cantik itu begitu tulus mencintainya, lalu, hubungan mereka berakhir juga bukan karena Zhin yang tidak lagi mencintai dirinya. Tapi semata-mata karena ancaman Jenny yang tidak pernah menyukainya dekat dengan Zhin. 'Aku egois, tapi ...'"Iya tidak apa-apa, Theo. Tapi aku juga tidak memaksa kalau kamu tidak mau memberitahu. Maafkan aku selalu mengusik ketenanganmu," kata Zhin bangkit berdiri hendak berlalu dari sana. Hatinya sudah bulat melupakan Theo. Percuma juga memaksanya harus kembali, toh Theo pun sudah tak mencintainya. Itu jauh lebih menyakitkannya nanti."Tunggu, Zhin!" panggil Theo refleks menarik tangan Zhin.