Setelah melangsungkan pertunangan mereka, Miley dan Aland segera pulang. Untuk menghindari Tuan Daniel menanyai tentang keluarga Miley. Pertunangan keduanya juga berjalan mulus tanpa ada gangguan ancaman dari orang suruhan Jason maupun Jenny.Tuan Daniel dan semua keluarga besar Halton juga tidak keberatan, jika keluarga dari pihak Miley datang saat pernikahan mereka nanti saja. Meski diawal Tuan Daniel sedikit memaksa harus ada perkenalan keluarga sebelum pertunangan. Memang tradisi di dalam keluarga Halton turun temurun itu, saat salah seorang putra keluarga Halton melakukan pertunangan, sebelumnya ada tradisi pinangan calon anggota keluarga besar Halton, yaitu mengundang keluarga si calon pengantin."Aku langsung ke perusahaan, ya," kata Aland setelah tiba di bandara."Jadi maksudmu kita pisah mobil, Aland?" tanya Miley melihat Aland yang naik ke mobil pengawal lain, sementara ia di suruh masuk ke mobil pengawal Theo. "Apa maksudnya begini?"Gadis itu mendengus kesal, raut wajah
Melihat kedatangannya di sana, Zhin Huang menyambut Miley dengan senyuman manisnya. Namun, raut wajah Miley tetap saja mengeras dan tidak bersahabat."Mana Jenny?" tanyanya meninggi serta mengabaikan keramahan Zhin. "Kenapa menanyakannya padaku, Miley? Bukankah itu Ibumu?" sahut Zhin menyindir dengan sikap yang tidak sopan. Gadis itu mempermainkan kuku jemari tangannya dengan menjentikkannya ke depan. Seakan ingin menunjukkan rasa tidak senangnya dengan Miley.Miley terkaget mendengar jawaban itu dari Zhin. Tidak menyangka dia akan bicara se-ketus itu padanya. Niatnya pun tadi mau mempengaruhi Zhin agar mau membujuk Jenny.Tidak bisa menyangkal rasa kagetnya, sesaat Miley membatu sebelum kembali bersikap biasa dengan memaksakan tawa kecilnya. Sementara otaknya terus berpikir keras bagaimana cara menaklukkan Zhin."Yah, dia memang ibuku, tapi ---""Tapi kamu putri yang tidak tahu diri, 'kan?" potong Zhin sampai Miley harus membelalakkan kedua matanya, melotot kepada gadis lancang di
"Jaga sikapmu, Jason!" tegas Jenny berdiri dan menjauh darinya. Jenny menggertakkan gerahamnya pertanda tidak senang dengan sikap Jason yang lancang itu. Ekspresi wajahnya juga berubah masam.Namun, pria itu hanya tertawa terbahak-bahak. Kemudian ikut berdiri dan mulai mendekati Jenny."Kenapa, Sayang? Percayalah Benjamin tidak akan melihat kita di sini," bujuk Jason mengeram penuh damba. Pria itu hendak menarik bahu Jenny yang terus bergerak menghindarinya. Dengan gesit Jenny mengelak, dan lolos dari jangkauan tangan Jason. Kemudian berlari ke arah pintu ruangan berniat mau keluar saja ketimbang menjadi pelampiasan bejat Jason. Namun, dengan cepat Jason melompat mendahuluinya ke pintu, kemudian mengunci pintu ruangan dengan sekali ceklek. Kuncinya dilemparkannya sembarang."Apa yang kau lakukan ini, Jason? Kenapa kau membuang kuncinya?" berang Jenny segera mencari-cari kunci di dalam ruangan Jason yang sangat berantakan tersebut."Haha, kenapa sekesal itu, Jenny? Bukankah bagus un
Miley memutar otak kembali ke butik Zhin Huang saja. Ia berniat ingin mengikuti Zhin saat pulang nanti. Tanpa berpikir lama-lama, ia pun kembali melajukan mobilnya menuju butik Zhin.Namun, kali ini Miley menunggu beberapa meter jaraknya dari butik. Agar security yang tadi itu tidak melihatnya di sana, ataupun Zhin sendiri. "Puncak dicinta ulam pun tiba," gumamnya. Baru beberapa menitan tiba di sana, tampak mobil Zhin keluar dari butik. Miley tidak menyia-nyiakan kesempatan segera mengikuti mobil Zhin yang mengarah ke jalan pusat kota."Hmm, benar juga dia tidak tinggal di villa Jenny," ucapnya bermonolog sendiri dengan matanya fokus dengan mobil di depannya.Sepertinya Zhin juga tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya, hingga dengan santai gadis cantik itu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah mewah. Kemudian turun dan masuk ke dalam rumah ituMiley juga turut berhenti di belakang mobil Zhin. Rumah mewah di depan matanya itu sangat menarik perhatiannya. Otaknya berpik
"Kita mau ke mana?" tanyanya tidak tahu Aland akan membawanya ke mana."Mmm, rencananya mau ke rumah Theo tadi, tapi katanya dia lagi ada urusan," jawab Aland menutupi sesuatu dari Miley.Hmm, pantas saja Theo gak pulang bersama Aland tadi. Tapi hal penting apa yang membuat Aland ingin ke rumah Theo ya. "Hei, malah bengong," panggil Aland menyikut pelan lengannya."Ehh, iya? A-aku lapar sebenarnya, hehe," sahut Miley asal saja. Memang tadi siang dia tidak sempat makan karena sibuk mengintai villa Jenny dan tinggal Zhin. Tapi ia juga tidak terlalu lapar sebenarnya.'Zhin?' gumamnya dalam hati. Ia teringat dengan rumah mewah yang jadi tinggal putri tiri Jenny itu. Yang juga ia duga kalau rumah mewah itu diberikan Aland ke Jenny."Jadi kita makan saja?" tanya Aland kali ini bersikap lebih manis dan lembut.Sesaat Miley terdiam seperti memikirkan bagaimana caranya mengorek informasi tentang ruang mewah Zhin tadi."Yah, tapi kita makan di restoran Kenanga dekat komplek Orchid itu saja, ya
"Oke, aku minta maaf. Tadi memang sedang balas chat klien, Miley," ujar Aland melihat Miley hanya membisu. "Sekarang kita pulang, atau mungkin masih ada yang ingin kamu beli?" tanya Aland mengeluarkan black card dari dompetnya dan memberikannya kepada Miley."Untuk apa?" tanya Miley segera memutar badan meninggalkan Aland, seraya berjalan menuju mobil.Wajahnya yang tampak masam hanya bisa menggerutu dalam hati. Entah apa yang membuatnya sangat ingin tahu dengan rumah mewah Zhin itu. "Kamu kenapa seh?" tanya Aland menyusulnya ke mobil. "Yang mengajak makan ke sini itu kamu. Malah kamu keluar dan berdiri di pinggir jalan kayak tadi itu!" omel Aland menghempas pintu mobil."Yahh, aku minta maaf. Sekarang kita pulang saja," sahut Miley menatap lurus ke depan.Aland yang masih kebingungan dengan sikap Miley itu, hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Dalam hati, dirinya juga sadar telah bersikap cuek ke Miley saat di dalam restoran tadi. Tapi itupun karena info yang sangat penting dari The
Setibanya di rumah, Aland hanya membiarkan Miley mendahuluinya masuk. Pria itu hendak memberikan ruang untuk Miley mencerna semua ucapannya tadi. Berpikir mungkin saja Miley kaget dengan pengakuannya yang memiliki penyakit aneh, yakni suka menyakitinya."Miley, aku tinggal sebentar ya," seru Aland berpamitan.Miley hanya mengangguk tanpa menoleh padanya. Ia juga tidak berniat tahu akan ke mana dia.Sepeninggalan Aland, Miley pun hanya duduk di depan cermin. Memandang wajahnya yang memutih seolah darah berhenti mengalir di sana, entah sudah berapa lama.Sampai ketika ponsel Aland yang tertinggal di atas nakas berdering, ia pun kaget setengah mati."Akhh!"Miley lantas bangkit seraya mendekati nakas di mana ponsel Aland masih terus berdering. Pria itu mungkin lupa membawanya."Daddy? Berarti panggilan dari Tuan Besar Daniel?" gumamnya tidak berani mengangkatnya. Hanya dilihatinya sampai ponsel berhenti berdering.Namun, beberapa detik kemudian ponsel kembali berdering. Tidak biasanya T
"Lepasin, Aland," kata Miley mendorong tubuh pria yang terus menghimpitnya hingga terpojok ke sisi ranjang. Dengan gesit menyilangkan kedua tangan di dada setelah berhasil terlepas dari cengkraman tangan Aland. Tidak peduli Aland yang menggertakkan gerahamnya pertanda kesal. Wajah pria itu tampak memerah menahan gejolak hasratnya yang terhenti. "Miley," lirihnya perlahan mendekati gadis yang menyembunyikan dirinya di pelukannya sendiri."Kenapa kamu bersikap seolah kita tidak pernah melakukannya? Ingat sewaktu di Jepang, bahkan kamu sangat menginginkannya sampai kamu terus mendesak ku!" ujar Aland merapikan rambutnya yang acak-acakan dengan menyisirnya menggunakan jari tangan.Miley tidak menyahuti. Entah karena pikirannya yang sedang kacau itu membuatnya tidak ingin di sentuh Aland, atau memang hanya mood-nya saja yang sedang tak baik."Cukup! Meski kamu mengaku melakukannya waktu itu, tapi aku masih suci, kan? Seperti pengakuanmu bahwa kamu hanya ---""What? Memangnya yang aku la