Share

16. Pengakuan Giovanni

last update Last Updated: 2025-02-13 22:39:39

**

“Andrew!”

Pria itu nyaris menjatuhkan ponselnya ke dalam kolam saat seruan nyaring suara Tracy membuat konsentrasinya buyar. Ia menoleh kepada sang istri dengan kesal.

“Apa maksudmu berteriak-teriak seperti itu? Kau pikir aku tuli?” hardiknya.

“Kau meninggalkanku begitu saja! Aku belum selesai bicara.”

“Sudah kukatakan, aku tidak mau mengganggu Bella lagi, Tracy. Aku tidak mau berurusan dengannya lagi.”

“Saat ini aku hanya ingin tahu siapa suaminya, itu saja. Siapa yang bilang aku menyuruhmu berurusan dengan Bella, ha?”

Andrew memandang istrinya, antara percaya dan tidak. Sudah terlalu banyak tingkah perempuan ini yang membuat Andrew kehilangan kepercayaan dalam waktu singkat.

“Kau tidak percaya kepadaku?” Tracy seakan tahu apa yang sedang Andrew pikirkan. Ia mengambil tempat duduk di samping prianya dan menggamit lengannya dengan manja. “Aku hanya ingin tahu adikku menikah dengan pria mana, itu saja kok.”

“Kata-katamu tidak sama dengan yang tadi,” tukas Andrew kesal. “Tadi kau bil
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   17. Addicted To You

    **“Bertemu orang tuamu?”Bella menahan dada Giovanni dengan kedua tangan. Mencegah pria itu untuk semakin menempel kepada dirinya.“Bertemu orang tuamu, Gio?”“Apakah aku kurang jelas mengatakannya?”“Tidak. Maksudku, kupikir pernikahan kita hanya sementara, jadi tidak perlu melibatkan orang tuamu. Apakah ide bagus jika kita menemui mereka?”“Karena itulah aku menikahimu, Bella. Orang tuaku terus mendesakku untuk menikah tanpa mereka tahu bahwa aku memiliki Jinx. Ibuku terkena kanker dan hidupnya tidak akan lama lagi. Permintaan terakhirnya adalah melihatku menikah.”“Astaga ….” Bella mendorong Giovanni pelan dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia tidak mengira bahwa pria dengan aura gelap ini memiliki cerita seperti itu. “Benarkah yang kau katakan itu?”“Apakah kau pikir pantas berbohong untuk hal seperti ini?”“Ja-jadi ini maksud perkataanmu, yang kau bilang pernikahan ini hanya sampai orang tuamu meninggal itu saja?”Giovanni memutar bola mata. “Kau cerewet sekali.”“Tap– mmh ….

    Last Updated : 2025-02-14
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   18. Bertemu Ibumu

    **“Kau benar-benar tidak butuh kursi roda?”Bella berdecak sebal menanggapi pertanyaan bernada canda itu. Ia hanya melirik dengan sinis kepada pria yang duduk di balik kemudi, di sampingnya.“Kenapa tidak diantarkan Felix saja, Gio? Kau membiarkan dirimu sendiri yang menyetir?”“Aku tidak suka ada orang ketiga di antara kita. Kecuali jika aku pergi sendirian.”Bella tidak lagi berkomentar. Ia membetulkan duduknya yang agak terasa tidak nyaman akibat peristiwa semalam, sebelum mobil Giovanni melaju, membelah jalanan utama San Diego yang ramai pagi ini.Matahari bersinar cerah, membuat kota pantai yang indah itu bergelimang cahaya. Meskipun biasanya hujan tetap akan turun pada siang menjelang sore nanti.“Di mana orang tuamu tinggal?” tanya Bella ketika ia menyadari mobil suaminya mengarah ke pusat kota.“Diamond Hill,” jawab Giovanni pendek. Ia menyebut nama salah satu apartemen mewah yang terletak di kawasan prestisius San Diego. “Ibuku tinggal di sana.”“Bersama ayahmu?”“Tidak. Dia

    Last Updated : 2025-02-16
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   19. Perasaan Apa Ini?

    **Wanita itu memandang Giovanni dan Bella bergantian dengan mulut terbuka. Ia menggulir roda kursinya sedikit lebih dekat kepada dua yang lebih muda di hadapannya.“Apa kau bercanda, Son?”“Apa menurutmu aku sedang bercanda?”“Tapi … that’s impossible!”Pria tampan itu menatap ibunya dengan pandangan tidak terima. Ia tidak mengatakan apapun, namun meraih rahang Bella kemudian mencium bibirnya dengan sengaja.“Hmp– Gio, apa yang kau lakukan?” Serta merta Bella mendorong menjauh pria itu. Kaget dan malu sekaligus. Sesudahnya, Giovanni kembali mengarahkan pandangan kepada sang ibu dengan wajah jumawa.“See?”“God! Oh, God! Finally!” Ibu Giovanni meraih kedua tangan Bella dan menggenggamnya dengan hangat. “Menantuku. Astaga, kau cantik sekali! Terima kasih sudah menerima putraku, Nak. Siapa namamu? Katakan siapa namamu?”“Emm ….” Bella berdehem dengan canggung. “Isabella Clark, Maam.”“Oh, Tuhan. Ini harus dirayakan! Aku sudah bisa mati dengan tenang setelah ini. Come in, Isabella. Ibu

    Last Updated : 2025-02-16
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   20. Kau Sebut Dia Apa?

    **Giovanni terus memandangi wanitanya sampai pelayan klab kembali bersama buku menu. Karena ruangan itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, maka buku menu tidak tergeletak sembarangan di sana.Sayang rasanya saat Giovanni mengalihkan atensi dari perempuan itu.“Kemari, Bella. Apa yang ingin kau makan?” titahnya kemudian.Bella beranjak dari tepi balkon. Ia mendekat dan menengok daftar menu yang ditunjuk sang suami. Agak terkejut, sebab sekalipun ini klab, tapi menu-menu makanannya tidak kalah dengan hotel berbintang.“Aku mau Truffle Butter Aged Tenderloin saja. Oh, Apple Pie juga boleh. Sepertinya itu enak.”Giovanni lagi-lagi tidak bisa menahan senyum. Ia pikir perempuan di hadapannya ini cukup punya prinsip hidup. Contoh sederhana saja, tidak bingung saat memilih menu makanan.“Bawakan dua porsi yang disebutkan istriku tadi,” titah sang tuan lagi, kali ini kepada pelayan yang menunggu. “Ah, dan jangan lupa bawakan aku wine terbaik yang kalian miliki.”“Baik, Tuan. Mohon

    Last Updated : 2025-02-17
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   21. Perkara Sepupu

    **“Kau menyebut saudaramu bajingan brengsek? Astaga, Giovanni, kau tidak boleh seperti itu!”“Karena dia memang bajingan dan dia brengsek.”Bella tidak tahu perkara apa yang tengah terjadi di antara Giovanni dan Damian. Tapi sepertinya ini adalah hal yang cukup serius.“Kau bilang begitu, tapi Damian masih berkeliaran di rumahmu, Gio.”“Hanya karena dia seperti lintah yang menempel dan menghisap darah inangnya.”Bella mengerutkan alis mendengar ungkapan yang tidak menyenangkan itu. Kendati demikian, melihat sikap Damian tempo hari, sepertinya kata-kata Giovanni ada benarnya.Nah, ternyata pucuk dicinta ulam tiba.Ketika Audi milik Giovanni merapat ke basement kastilnya, Sebuah Porsche menjajari dan ikut berhenti. Penumpang mobilnya turun semenit kemudian.“Brother!” sapanya dengan senyum lebar yang memuakkan.Damian merentangkan kedua tangan, bersikap seolah gembira bertemu dengan kakak sepupunya.“Kau tidak memberitahuku bahwa kau berhasil menikahi seorang wanita. Aku pikir kau suda

    Last Updated : 2025-02-18
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   22. Orang-Orang Tidak Waras

    **Giovanni sudah tidak berada di kamar ketika Bella membuka mata esok paginya. Entah pagi atau malah sudah sore, Bella tidak tahu. Yang jelas jendela di balik tirai itu tampak terang.“Sial, dia serius dengan ucapannya. Sepertinya aku benar-benar pingsan karena perbuatannya itu,” desis perempuan itu seraya melangkah tertatih menuju kamar mandi.Paha bagian dalamnya terasa nyeri, menandakan berapa lama Giovanni mengerjainya kemarin.“Aku harus mandi dan bersiap-siap pergi ke hotel. Sudah beberapa hari tidak ke sana. Jangan-jangan Tracy dan ibunya sudah membakar hotelku karena aku meninggalkannya terlalu lama.”Bella harus merelakan waktu favoritnya berendam dalam bathup. Ia mandi dengan cepat dan tidak terlalu memperhatikan ketika berada dalam walk in closet, tempat koleksi busana mewahnya berada.Setelah berpakaian dan menyapukan sedikit make up, ia keluar kamar.“Nyonya?” sapa Felix begitu Bella menghenyakkan diri di atas kursi meja makan. “Apa yang ingin anda makan?”“Asal tidak be

    Last Updated : 2025-02-24
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   23. Pandangan Damian

    **“Jangan ganggu aku, Damian! Tinggalkan tempat ini sekarang juga!”Bella habis sabar. Ia menunjuk pria di hadapannya dengan terang-terangan. Sama sekali tidak peduli dengan status pria tersebut, yang seharusnya masih patut dihormati karena ia adalah saudara Giovanni.“Kau tidak mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Bella? Wah, padahal aku sudah menganggapmu keluarga sendiri. Bukankah itu agak kejam?”“Pergi dari sini, sial!”“Kenapa denganmu ini? Dia bahkan tak melakukan apapun! Apakah kau tidak bisa sopan sedikit kepada orang lain?”Bella terkesima mendengar kata-kata dengan nada jelas sekali dibuat-buat itu. Ia ternganga ketika menyaksikan Tracy merangsek maju dan mengulurkan tangan dengan malu-malu kepada Damian Estes.“Hai, aku Tracy. Aku kakak Bella,” katanya.“Kakak tiri,” ralat Bella malas. “Dan sudah aku anggap tidak ada hubungan apa-apa lagi sejak dia mengkhianatiku.”Damian mengerutkan alis mendengar kata-kata terakhir Bella. Ia hampir menanyakan apa maksudnya, sebelum

    Last Updated : 2025-02-25
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   24. Di Mana Nyonya?

    **Felix mengerutkan alis sementara memandang si tuan muda membawa pergi Porsche-nya. Ia juga tidak menyukai Damian, sesungguhnya. Sepupu muda Giovanni itu seringkali bersikap arogan dan merasa dirinya tuan besar.“Tapi aku tidak bisa mengabaikan kata-katanya tentang Nyonya. Jika terjadi sesuatu dengan Nyonya, Tuan Giovanni bisa menggantungku di pintu gerbang mansion.” Seraya mengayun langkah menuju kantor hotel yang sudah dikenalnya dengan baik, pria itu bergumam sendirian.“Apakah anda baik-baik saja, Nyonya?” tanya Felix sesampainya. Kebetulan sekali pintu ruangan Bella terbuka saat itu, sehingga Felix tidak perlu mengetuk.“Hm?” yang lebih muda mengangkat wajah dari balik layar laptop. “Ada apa? Kenapa memangnya?”“Saudari anda? Dia ada di sini?”“Kalau maksudmu Tracy, para pegawai hotel mengatakan bahwa dia sudah pulang setelah mengawal Damian tadi. Mengapa kau menanyakan Tracy?”“Tidak, Nyonya. Saya hanya khawatir kepada anda.”“Astaga, Felix. Kupikir kenapa.” Bella mengangkat

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   31. What You Said?

    **Bella terkesima. Ia tidak pernah berpikir Giovanni akan mengatainya seperti itu. Bella tahu, suaminya itu bukanlah pria lemah lembut. Namun ia juga tahu, Giovanni tidak pernah mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya seperti ini.“Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu?” tuntut Bella, “Kau mengataiku jalang?”“Lalu apa namanya perempuan yang bergaul dengan banyak laki-laki, sementara dia sudah memiliki ikatan?”“Gio, aku hanya berbincang dengan Damian! Semua yang memiliki mata bisa melihat itu! Dan Luigi? Aku bahkan baru melihat bagaimana rupanya sesaat sebelum kau datang. Sejak tiba di rumahnya, aku terkunci di dalam kamar!”“Tapi kau bersamanya. Kau berada sedekat itu dengannya. Apa namanya itu jika bukan jalang murahan?”“For a God shake, Giovanni!” Bella menghentakkan kaki dengan frustasi. Ia memandang pria di hadapannya itu dengan wajah yang sudah merah padam karena frustasi. Sementara satu yang lain masih tetap pada posisi semula, dengan batangan nikotin di sela-sela

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   30. Salah Paham

    **Bella mengernyit sementara tangan Giovanni terus menjelajahi tubuhnya yang polos. Setelah sekian lama keduanya bersama, dan sekian banyak malam yang Bella habiskan bersama pria ini, baru kali ini ia memiliki perasaan tidak nyaman seperti sekarang ini.Giovanni tidak memiliki rasa apapun kepadanya, kan?Ia melakukan ini hanya sebatas memenuhi hasrat.Bagaimana Bella bisa menikmati adegan percintaan ini jika ia dan Giovanni tidak memiliki rasa apapun?Oh, ayolah. Mengapa baru terpikirkan hal seperti itu sekarang?“Ada apa denganmu?” Giovanni menghentikan aktivitasnya kala ia pikir Bella sangat pasif hari ini. Pria itu terlihat tidak senang.“Ap— apa maksudmu ada apa denganku?”“Kau tidak menginginkannya?”“Giovanni—”“Kau tidak menyukainya?”Bella menggeleng dengan panik. “Tidak! Tidak, bukan seperti itu—”“Ya, kau seperti itu. Kau tidak seperti biasanya.” Giovanni menarik tubuhnya menjauh. Ia memandangi Bella dengan kedua alis terpaut.“Giovanni, sungguh. Kau salah.”“Apa saja yang

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   29. You're Only Mine

    **Pemandangan apa itu?Bella ternganga di tempat. Sepasang bola matanya terbeliak lebar. Tidak ingin melihat apa yang terjadi, namun ia tidak bisa berkedip.Genangan berwarna merah pekat itu segera saja melebar di bawah kepala anak buah Luigi yang terkapar tanpa nyawa di atas lantai pualam.“Kau membunuhnya,” komentar sang tuan besar ringan. “Dia salah satu bawahan favoritku. Sayang sekali.”“Aku tidak segan melakukan hal yang sama kepadamu jika kau berani menyentuh milikku,” balas Giovanni tajam. Pria itu mengulurkan tangan kepada Bella, yang segera diterima dengan hati sangat lega.“Aku tahu kau akan datang,” desah Bella lirih. “Walau mustahil, aku percaya kau akan datang, Giovanni.”“Mengapa mustahil? Aku memang harus datang, kan?”Senyum gugup terbit pada bibir Bella. Perempuan itu menggamit lengan suaminya, bertumpu di sana sebab ia rasa lututnya lemas sekali.“Giovanni, ayo kita pulang. Aku rasanya mau pingsan.”Segera saja kerutan menghiasi kening halus sang tuan muda. Ia tam

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   28. Ayahmu Sungguh Buruk

    **Pria rupawan itu terkesiap. Tubuhnya menegang waspada setelah suara tembakan lenyap. Ia memindai seluruh penjuru ruangan dengan mata serigalanya yang berkilat tajam.“Jika sesuatu terjadi dengan Bella, aku bersumpah akan menjadikan kepalamu pajangan meja!” ancamnya dingin kepada Luigi, yang hanya dibalas dengan kekehan mengejek dari yang bersangkutan.Giovanni tidak punya waktu untuk meladeni kegilaan ayahnya. Ia kembali mengayun langkah melintasi koridor hening, kali ini menuju tangga yang mengarah ke lantai tiga.“Bella!” panggilnya lagi. “Bella, kau dengar aku? Di mana kau, Bella?”Seperti halnya lantai satu dan dua, lantai tiga mansion mewah itu juga hening. Ada beberapa pintu kamar yang mengitari ruangan lebar dengan seperangkat sofa di tengah-tengahnya. Giovanni yakin, istrinya ada di balik salah satu pintu-pintu kamar itu.“Sial! Kenapa rumah ini besar sekali?” Diiringi umpatan keras, Giovanni mulai melangkah menuju pintu-pintu tertutup itu.Tanpa sama sekali rasa segan, ia

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   27. Father And Son

    **Mata gelap Giovanni berkilat penuh kemarahan saat Luigi Estes bangkit dari sofa dan mengayun langkah ke arahnya. Pria separuh baya itu tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tangan.“Aa … My Son!”“Katakan di mana istriku?”“Tidak mau memeluk ayahmu dulu, Nak? Sudah berbulan-bulan kita tidak berjumpa walau berada di kota yang sama. Kau menghindariku, eh?”“Aku tidak butuh basa-basimu! Katakan di mana istriku!” Giovanni mengepalkan kedua tangan. Kemarahan berkobar tampak jelas pada kedua manik hitamnya, meskipun kata-kata yang ia ucapkan tidak cukup keras dan lebih kepada geraman dingin.“Ah, baiklah, baiklah.” Luigi bertingkah seakan mengalah. Pria itu mengangkat bahu, tidak jadi memeluk putranya yang sedang murka.“Aku hanya ingin melihatnya. Dia aman-aman saja sekarang. Siapa namanya? Annabella?”Giovanni mendesis. Kesabarannya nyaris lindap menghadapi pria yang sama sekali tidak sudi ia menyebutnya ayah itu.Benar. Bagi Giovanni, ayahnya sudah lama mati. Bersamaan dengan saat

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   26. Luigi Estes

    **“Di mana ini?”Ketika Bella membuka mata, ia berada dalam keadaan separuh kebingungan.Perempuan itu bangun dengan agak panik dari atas ranjang yang asing. Ia diam sejenak dan mencoba memutar kembali ingatannya.“Felix!” serunya segera. “Ya Tuhan, Felix pasti bingung mencari keberadaanku. Aku meninggalkannya di restoran. Astaga, sebenarnya ada di mana aku sekarang?”Bella bangun dan mondar-mandir di dalam kamar yang luas dan bagus itu. Ia beberapa kali mencoba membuka pintu, namun sialnya terkunci dari luar. Tidak ia temukan pula ponsel di saku bajunya. “Apa ini? Siapa yang melakukan ini?” desahnya cemas. Bella layangkan pandang ke sekeliling ruangan guna mencari jalan keluar. Selain pintu di hadapannya, di sisi lain ruangan ada dua buah jendela besar yang terbuka. Langit senja bersepuh jingga tampak jelas menghampar di baliknya. Hanya saja, dua buah jendela itu ditutup oleh teralis besi yang kokoh. Tidak ada celah untuk melarikan diri lewat jendela tersebut.“Seseorang menculikku

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   25. Titik Koordinat

    **Felix membungkuk untuk melihat lebih jelas benda berkilau di atas keset toilet itu. Ia memungutnya, dan seketika hatinya terasa mencelos keluar.Itu adalah salah satu anting berlian yang tadinya dipakai oleh sang nyonya.Pria Amerika itu menegakkan tubuh. Pandangan tajamnya kosong mengarah kepada pintu kamar mandi yang terbuka, sementara ia menggenggam anting milik Bella.“Sial!” makinya, seraya berbalik dan mengayun langkah secepat mungkin menuju meja resepsionis di bagian depan restoran.“Tunjukkan padaku rekaman kamera pengawas lorong toiletmu sepuluh menit yang lalu,” bisiknya tajam kepada resepsionis yang berjaga.Gadis muda di sana mengerutkan alis. “Maaf, Sir. Tapi anda memerlukan izin khusus untuk itu. Saya perlu tahu anda siapa.”Bukannya menjawab, Felix justru mempersempit jarak dengan si gadis. Lalu dengan gerakan yang sama sekali tidak kentara dan hanya bisa dilihat oleh gadis itu saja, ia membuka jasnya. Menunjukkan sebuah senjata api jenis Desert Eagle yang mengkilap

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   24. Di Mana Nyonya?

    **Felix mengerutkan alis sementara memandang si tuan muda membawa pergi Porsche-nya. Ia juga tidak menyukai Damian, sesungguhnya. Sepupu muda Giovanni itu seringkali bersikap arogan dan merasa dirinya tuan besar.“Tapi aku tidak bisa mengabaikan kata-katanya tentang Nyonya. Jika terjadi sesuatu dengan Nyonya, Tuan Giovanni bisa menggantungku di pintu gerbang mansion.” Seraya mengayun langkah menuju kantor hotel yang sudah dikenalnya dengan baik, pria itu bergumam sendirian.“Apakah anda baik-baik saja, Nyonya?” tanya Felix sesampainya. Kebetulan sekali pintu ruangan Bella terbuka saat itu, sehingga Felix tidak perlu mengetuk.“Hm?” yang lebih muda mengangkat wajah dari balik layar laptop. “Ada apa? Kenapa memangnya?”“Saudari anda? Dia ada di sini?”“Kalau maksudmu Tracy, para pegawai hotel mengatakan bahwa dia sudah pulang setelah mengawal Damian tadi. Mengapa kau menanyakan Tracy?”“Tidak, Nyonya. Saya hanya khawatir kepada anda.”“Astaga, Felix. Kupikir kenapa.” Bella mengangkat

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   23. Pandangan Damian

    **“Jangan ganggu aku, Damian! Tinggalkan tempat ini sekarang juga!”Bella habis sabar. Ia menunjuk pria di hadapannya dengan terang-terangan. Sama sekali tidak peduli dengan status pria tersebut, yang seharusnya masih patut dihormati karena ia adalah saudara Giovanni.“Kau tidak mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Bella? Wah, padahal aku sudah menganggapmu keluarga sendiri. Bukankah itu agak kejam?”“Pergi dari sini, sial!”“Kenapa denganmu ini? Dia bahkan tak melakukan apapun! Apakah kau tidak bisa sopan sedikit kepada orang lain?”Bella terkesima mendengar kata-kata dengan nada jelas sekali dibuat-buat itu. Ia ternganga ketika menyaksikan Tracy merangsek maju dan mengulurkan tangan dengan malu-malu kepada Damian Estes.“Hai, aku Tracy. Aku kakak Bella,” katanya.“Kakak tiri,” ralat Bella malas. “Dan sudah aku anggap tidak ada hubungan apa-apa lagi sejak dia mengkhianatiku.”Damian mengerutkan alis mendengar kata-kata terakhir Bella. Ia hampir menanyakan apa maksudnya, sebelum

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status