Share

19. Perasaan Apa Ini?

last update Last Updated: 2025-02-16 22:33:32

**

Wanita itu memandang Giovanni dan Bella bergantian dengan mulut terbuka. Ia menggulir roda kursinya sedikit lebih dekat kepada dua yang lebih muda di hadapannya.

“Apa kau bercanda, Son?”

“Apa menurutmu aku sedang bercanda?”

“Tapi … that’s impossible!”

Pria tampan itu menatap ibunya dengan pandangan tidak terima. Ia tidak mengatakan apapun, namun meraih rahang Bella kemudian mencium bibirnya dengan sengaja.

“Hmp– Gio, apa yang kau lakukan?” Serta merta Bella mendorong menjauh pria itu. Kaget dan malu sekaligus.

Sesudahnya, Giovanni kembali mengarahkan pandangan kepada sang ibu dengan wajah jumawa.

“See?”

“God! Oh, God! Finally!” Ibu Giovanni meraih kedua tangan Bella dan menggenggamnya dengan hangat. “Menantuku. Astaga, kau cantik sekali! Terima kasih sudah menerima putraku, Nak. Siapa namamu? Katakan siapa namamu?”

“Emm ….” Bella berdehem dengan canggung. “Isabella Clark, Maam.”

“Oh, Tuhan. Ini harus dirayakan! Aku sudah bisa mati dengan tenang setelah ini. Come in, Isabella. Ibu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   20. Kau Sebut Dia Apa?

    **Giovanni terus memandangi wanitanya sampai pelayan klab kembali bersama buku menu. Karena ruangan itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, maka buku menu tidak tergeletak sembarangan di sana.Sayang rasanya saat Giovanni mengalihkan atensi dari perempuan itu.“Kemari, Bella. Apa yang ingin kau makan?” titahnya kemudian.Bella beranjak dari tepi balkon. Ia mendekat dan menengok daftar menu yang ditunjuk sang suami. Agak terkejut, sebab sekalipun ini klab, tapi menu-menu makanannya tidak kalah dengan hotel berbintang.“Aku mau Truffle Butter Aged Tenderloin saja. Oh, Apple Pie juga boleh. Sepertinya itu enak.”Giovanni lagi-lagi tidak bisa menahan senyum. Ia pikir perempuan di hadapannya ini cukup punya prinsip hidup. Contoh sederhana saja, tidak bingung saat memilih menu makanan.“Bawakan dua porsi yang disebutkan istriku tadi,” titah sang tuan lagi, kali ini kepada pelayan yang menunggu. “Ah, dan jangan lupa bawakan aku wine terbaik yang kalian miliki.”“Baik, Tuan. Mohon

    Last Updated : 2025-02-17
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   21. Perkara Sepupu

    **“Kau menyebut saudaramu bajingan brengsek? Astaga, Giovanni, kau tidak boleh seperti itu!”“Karena dia memang bajingan dan dia brengsek.”Bella tidak tahu perkara apa yang tengah terjadi di antara Giovanni dan Damian. Tapi sepertinya ini adalah hal yang cukup serius.“Kau bilang begitu, tapi Damian masih berkeliaran di rumahmu, Gio.”“Hanya karena dia seperti lintah yang menempel dan menghisap darah inangnya.”Bella mengerutkan alis mendengar ungkapan yang tidak menyenangkan itu. Kendati demikian, melihat sikap Damian tempo hari, sepertinya kata-kata Giovanni ada benarnya.Nah, ternyata pucuk dicinta ulam tiba.Ketika Audi milik Giovanni merapat ke basement kastilnya, Sebuah Porsche menjajari dan ikut berhenti. Penumpang mobilnya turun semenit kemudian.“Brother!” sapanya dengan senyum lebar yang memuakkan.Damian merentangkan kedua tangan, bersikap seolah gembira bertemu dengan kakak sepupunya.“Kau tidak memberitahuku bahwa kau berhasil menikahi seorang wanita. Aku pikir kau suda

    Last Updated : 2025-02-18
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   22. Orang-Orang Tidak Waras

    **Giovanni sudah tidak berada di kamar ketika Bella membuka mata esok paginya. Entah pagi atau malah sudah sore, Bella tidak tahu. Yang jelas jendela di balik tirai itu tampak terang.“Sial, dia serius dengan ucapannya. Sepertinya aku benar-benar pingsan karena perbuatannya itu,” desis perempuan itu seraya melangkah tertatih menuju kamar mandi.Paha bagian dalamnya terasa nyeri, menandakan berapa lama Giovanni mengerjainya kemarin.“Aku harus mandi dan bersiap-siap pergi ke hotel. Sudah beberapa hari tidak ke sana. Jangan-jangan Tracy dan ibunya sudah membakar hotelku karena aku meninggalkannya terlalu lama.”Bella harus merelakan waktu favoritnya berendam dalam bathup. Ia mandi dengan cepat dan tidak terlalu memperhatikan ketika berada dalam walk in closet, tempat koleksi busana mewahnya berada.Setelah berpakaian dan menyapukan sedikit make up, ia keluar kamar.“Nyonya?” sapa Felix begitu Bella menghenyakkan diri di atas kursi meja makan. “Apa yang ingin anda makan?”“Asal tidak be

    Last Updated : 2025-02-24
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   23. Pandangan Damian

    **“Jangan ganggu aku, Damian! Tinggalkan tempat ini sekarang juga!”Bella habis sabar. Ia menunjuk pria di hadapannya dengan terang-terangan. Sama sekali tidak peduli dengan status pria tersebut, yang seharusnya masih patut dihormati karena ia adalah saudara Giovanni.“Kau tidak mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Bella? Wah, padahal aku sudah menganggapmu keluarga sendiri. Bukankah itu agak kejam?”“Pergi dari sini, sial!”“Kenapa denganmu ini? Dia bahkan tak melakukan apapun! Apakah kau tidak bisa sopan sedikit kepada orang lain?”Bella terkesima mendengar kata-kata dengan nada jelas sekali dibuat-buat itu. Ia ternganga ketika menyaksikan Tracy merangsek maju dan mengulurkan tangan dengan malu-malu kepada Damian Estes.“Hai, aku Tracy. Aku kakak Bella,” katanya.“Kakak tiri,” ralat Bella malas. “Dan sudah aku anggap tidak ada hubungan apa-apa lagi sejak dia mengkhianatiku.”Damian mengerutkan alis mendengar kata-kata terakhir Bella. Ia hampir menanyakan apa maksudnya, sebelum

    Last Updated : 2025-02-25
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   24. Di Mana Nyonya?

    **Felix mengerutkan alis sementara memandang si tuan muda membawa pergi Porsche-nya. Ia juga tidak menyukai Damian, sesungguhnya. Sepupu muda Giovanni itu seringkali bersikap arogan dan merasa dirinya tuan besar.“Tapi aku tidak bisa mengabaikan kata-katanya tentang Nyonya. Jika terjadi sesuatu dengan Nyonya, Tuan Giovanni bisa menggantungku di pintu gerbang mansion.” Seraya mengayun langkah menuju kantor hotel yang sudah dikenalnya dengan baik, pria itu bergumam sendirian.“Apakah anda baik-baik saja, Nyonya?” tanya Felix sesampainya. Kebetulan sekali pintu ruangan Bella terbuka saat itu, sehingga Felix tidak perlu mengetuk.“Hm?” yang lebih muda mengangkat wajah dari balik layar laptop. “Ada apa? Kenapa memangnya?”“Saudari anda? Dia ada di sini?”“Kalau maksudmu Tracy, para pegawai hotel mengatakan bahwa dia sudah pulang setelah mengawal Damian tadi. Mengapa kau menanyakan Tracy?”“Tidak, Nyonya. Saya hanya khawatir kepada anda.”“Astaga, Felix. Kupikir kenapa.” Bella mengangkat

    Last Updated : 2025-02-26
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   25. Titik Koordinat

    **Felix membungkuk untuk melihat lebih jelas benda berkilau di atas keset toilet itu. Ia memungutnya, dan seketika hatinya terasa mencelos keluar.Itu adalah salah satu anting berlian yang tadinya dipakai oleh sang nyonya.Pria Amerika itu menegakkan tubuh. Pandangan tajamnya kosong mengarah kepada pintu kamar mandi yang terbuka, sementara ia menggenggam anting milik Bella.“Sial!” makinya, seraya berbalik dan mengayun langkah secepat mungkin menuju meja resepsionis di bagian depan restoran.“Tunjukkan padaku rekaman kamera pengawas lorong toiletmu sepuluh menit yang lalu,” bisiknya tajam kepada resepsionis yang berjaga.Gadis muda di sana mengerutkan alis. “Maaf, Sir. Tapi anda memerlukan izin khusus untuk itu. Saya perlu tahu anda siapa.”Bukannya menjawab, Felix justru mempersempit jarak dengan si gadis. Lalu dengan gerakan yang sama sekali tidak kentara dan hanya bisa dilihat oleh gadis itu saja, ia membuka jasnya. Menunjukkan sebuah senjata api jenis Desert Eagle yang mengkilap

    Last Updated : 2025-02-28
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   26. Luigi Estes

    **“Di mana ini?”Ketika Bella membuka mata, ia berada dalam keadaan separuh kebingungan.Perempuan itu bangun dengan agak panik dari atas ranjang yang asing. Ia diam sejenak dan mencoba memutar kembali ingatannya.“Felix!” serunya segera. “Ya Tuhan, Felix pasti bingung mencari keberadaanku. Aku meninggalkannya di restoran. Astaga, sebenarnya ada di mana aku sekarang?”Bella bangun dan mondar-mandir di dalam kamar yang luas dan bagus itu. Ia beberapa kali mencoba membuka pintu, namun sialnya terkunci dari luar. Tidak ia temukan pula ponsel di saku bajunya. “Apa ini? Siapa yang melakukan ini?” desahnya cemas. Bella layangkan pandang ke sekeliling ruangan guna mencari jalan keluar. Selain pintu di hadapannya, di sisi lain ruangan ada dua buah jendela besar yang terbuka. Langit senja bersepuh jingga tampak jelas menghampar di baliknya. Hanya saja, dua buah jendela itu ditutup oleh teralis besi yang kokoh. Tidak ada celah untuk melarikan diri lewat jendela tersebut.“Seseorang menculikku

    Last Updated : 2025-03-02
  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   27. Father And Son

    **Mata gelap Giovanni berkilat penuh kemarahan saat Luigi Estes bangkit dari sofa dan mengayun langkah ke arahnya. Pria separuh baya itu tersenyum lebar seraya merentangkan kedua tangan.“Aa … My Son!”“Katakan di mana istriku?”“Tidak mau memeluk ayahmu dulu, Nak? Sudah berbulan-bulan kita tidak berjumpa walau berada di kota yang sama. Kau menghindariku, eh?”“Aku tidak butuh basa-basimu! Katakan di mana istriku!” Giovanni mengepalkan kedua tangan. Kemarahan berkobar tampak jelas pada kedua manik hitamnya, meskipun kata-kata yang ia ucapkan tidak cukup keras dan lebih kepada geraman dingin.“Ah, baiklah, baiklah.” Luigi bertingkah seakan mengalah. Pria itu mengangkat bahu, tidak jadi memeluk putranya yang sedang murka.“Aku hanya ingin melihatnya. Dia aman-aman saja sekarang. Siapa namanya? Annabella?”Giovanni mendesis. Kesabarannya nyaris lindap menghadapi pria yang sama sekali tidak sudi ia menyebutnya ayah itu.Benar. Bagi Giovanni, ayahnya sudah lama mati. Bersamaan dengan saat

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   47. Bella Diculik?

    **Apakah aku akan mati dengan cara menyedihkan seperti ini?Bella kembali memejamkan mata. Rasa sakit berkejaran dengan panik dan takut, membuatnya tanpa sadar terisak lirih. Dua tetes air mata luruh membasahi pipi, menciptakan sensasi perih yang membuatnya segera tahu bahwa ada luka di wajahnya.Giovanni, benarkah aku akan mati secepat ini, segera setelah menjalin hubungan denganmu?Ya, agaknya memang demikian. Hal ini adalah resiko yang sudah harus Bella terima sejak ia berdiri di atas altar untuk mengucap janji pernikahan dengan Giovanni Estes.“Setidaknya beri tahu aku siapa yang menyuruh kalian melakukan ini,” tutur Bella putus asa.“Kau tahu siapa,” balas si Botak. Pria itu agaknya bertindak sebagai juru bicara di sini. Sebab rekannya yang mengemudikan mobil sama sekali tidak bersuara sejak tadi.“Kau tahu siapa orangnya, Nyonya. Kau jelas mengenalnya.”Bella mengerutkan alis. “Aku tidak mengenal satu pun makhluk yang mengaku sebagai musuh Giovanni!”“Bagaimana jika itu adalah

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   46. Kecelakaan Disengaja

    **Selama beberapa detik, segalanya terasa melayang dalam gulita. Bella bahkan merasa dirinya sudah dijemput ajal. Sampai kemudian ketika gelap itu pelan-pelan memudar dan Bella kembali bisa menangkap bayangan cahaya dengan retinanya, ia pun merasa tubuhnya seperti remuk redam.Ia masih hidup.Asap menguar dari sekitarnya. Bella tahu mobil yang ditumpanginya sudah ringsek sebab hantaman entah apa tadi. Ia terjepit, namun masih bisa bergerak.“Oh, God ….” rintihnya sementara berusaha membebaskan diri. Bella mengerjapkan mata untuk mendapatkan atensi yang lebih fokus. Kepalanya seperti habis dihantam batu besar.“Da-Daiki … Daiki apakah kau oke? Kau bisa mendengarku?”Tidak ada jawaban. Bella mencoba menggerakkan tubuh lagi dan berusaha keluar dari himpitan kursi belakang. Mengabaikan kakinya yang seperti mati rasa.Namun sebelum ia bisa berbuat banyak, rungunya menangkap derap langkah mendekat dari kejauhan. Pada awalnya Bella merasa lega sebab mengira bantuan datang. Ia bergerak sekal

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   45. What Happen?

    **Bella berdehem sebelum mengangkat panggilan dari Tasha. Ia sedikit berdebar-debar, sejujurnya.“Halo, Bu?”“Kupikir kau sudah lupa denganku. Rasanya sudah satu abad yang lalu sejak terakhir kali kau datang, Isabella.”Bella tersipu sendiri mendengar pernyataan bernada menyindir itu. “Tidak, eung … aku dan Gio agak sibuk, jadi kami belum datang lagi. Maafkan kami, Bu.”“Maka aku meneleponmu sekarang. Mau datang untuk makan siang, Dear? Aku merindukanmu.”“Ah, astaga, tentu saja.” Bella menutup mulutnya untuk meredam suaranya yang agak terlalu excited itu. Ia bahkan nyaris terlonjak di tempat. “Aku awalnya memutuskan untuk tinggal di rumah hari ini karena Gio sudah berangkat sejak tadi. Aku senang sekali Ibu mengundangku. Aku akan datang segera, eh?”“Can’t wait!”Perempuan itu mengakhiri percakapan setelah mengucapkan sampai jumpa segera. Ia lalu melempar ponselnya ke atas ranjang dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Benar, ia memang se-excited itu. Ia sudah menyukai

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   44. Rencana Baru?

    **“Kau tidak akan melakukannya kan, Dad?”Tracy bertanya dengan nada sengit ketika ia dan Matthew berada di dalam mobil untuk perjalanan pulang. Matthew menengok sekilas dengan pandangan gusar kepada putri tirinya, menanggapi pertanyaan tersebut.“Katakan padaku kau tidak akan melakukannya, Dad!”“Melakukan apa?”“Melepaskan Bella begitu saja! Kau tidak akan menyetujui omong kosongnya yang tadi, kan? Enak saja kalau dia bebas begitu saja berkeliaran ke sana kemari membawa wajah sombongnya itu sementara kita terdepak dari hotel!”“Tracy–”“Aku tidak sudi! Bagaimanapun kau harus tetap mendapatkan hakmu atas hotel itu, Dad! Aku yakin Mom pasti juga akan berpikir demikian!” Aku yakin–”“Enough!”Gadis bersurai blonde itu terdiam dengan mata terbelalak terkejut ketika sang ayah menyelanya dengan nada tinggi. Pasalnya, selama ini Matthew tak sedikitpun pernah berlaku kasar kepada gadis itu baik secara verbal maupun nonverbal. Bahkan daripada kepada putri kandungnya, Matthew jauh lebih mema

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   43. Tawaran Berdamai

    **Bella mengerutkan alis saat melihat bagaimana saudari tirinya bereaksi terhadap keberadaan suaminya di dalam ruangan itu. Masalahnya, Tracy sama sekali tidak pandai menyembunyikan emosi. Kentara sekali bahwa ia tertarik kepada Giovanni yang penampakannya memang sangat menarik.“Ada perlu apa kau ke sini? Sudah kukatakan, kau dan suamimu dipecat, jadi tidak ada gunanya kau masih datang ke sini. Kecuali kau mau menginap, resepsionis ada di depan sana,” kata Bella penuh penekanan.“Oh, sombong sekali. Kau baru memiliki satu hotel di kota ini, jangan berlagak seperti kau pemilik dunia seisinya!” balas Tracy.Bella menyeringai. Ia melihat Tracy menjawab kata-katanya, namun pandangan mata perempuan itu sepenuhnya terpancang kepada Giovanni yang duduk santai di atas sofa. Pesona Giovanni saat itu memang agak terlalu terekspos. Dua kancing teratas kemejanya lepas, menampakkan separuh dada bidang berotot yang tidak bisa ia sembunyikan.Bella berdiri dari kursinya dan melangkah pelan ke arah

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   42. Satu Masalah Selesai?

    **Bella tertegun. Ia tidak mengira pada siang hari bolong seperti ini, Giovanni akan mendatanginya dan tiba-tiba menagih ciuman.“Gio?”“Just kiss me, Isabella.”Oh, sejak kapan sih pria berdarah dingin ini meminta izin dulu untuk melakukan hal-hal semacam ini? Separuh geli dan setengahnya takjub, Bella lantas berjinjit untuk menempelkan bibirnya pada bibir yang lebih tua.“Sudah,” katanya setelah beberapa detik. “Aku sudah menciummu.”“What the heck!” Namun tanggapan Giovanni tidaklah sesuai ekspektasi. Pria itu mendesis dan menggeram.“Apa aku melakukan kesalahan?”“Absolutely!”“Apa?”“Itu hanya kecupan, bukan ciuman. Ciuman itu seperti ini ….”Giovanni meraih tengkuk Bella dan mendekap pinggangnya. Bibirnya memagut ranum sang istri dengan penuh gairah dan agak kasar. Bella terkejut serta agak kewalahan pada awalnya. Ia terdorong mundur hingga stuck menabrak meja.“Hmp … ti-tidak bisakah kau pelan ….” Bella terengah. Ia berusaha menjauhkan diri dari sang suami yang melepaskannya d

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   41. Menawarkan Solusi

    **Bella menelan saliva diam-diam. Sejujurnya ia panik, tapi ia cukup pandai menyembunyikan hal itu di depan Luigi. Tidak, ia tidak boleh tampak gentar. Ia harus terlihat kuat dan angkuh di hadapan lawan.Setidaknya, seperti itulah yang ia pelajari dari Giovanni sepanjang kebersamaan singkatnya ini. Itu membuat lawannya berpikir ia tidak mudah dikalahkan.“Tidak bisa, Tuan Estes,” tandasnya tegas. “Saya masih memegang lebih dari lima puluh persen saham Paradise. Anda tidak bisa mengambil alih hotel saya, sekalipun Matthew Clark menggadaikan semua saham yang dimilikinya di sini kepada anda untuk membayar hutang. Maafkan saya.”Sebelah alis Luigi Estes terangkat. Wajahnya tampak tertarik.“Lagi pula, selama saya masih hidup, saya tidak akan menyerahkan apa yang sudah ibu saya perjuangkan ini. Maaf-maaf saja, tapi anda salah jika berpikir saya akan gentar hanya dengan gertakan semacam ini saja. Jika anda memiliki urusan dengan Matthew, selesaikan sendiri tanpa melibatkan saya. Karena say

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   40. Ayah Mertua Yang Menyebalkan

    **“Apa yang dia akan lakukan kali ini? Haruskah aku memberitahu Giovanni?”Tapi Bella merasa itu bukan hal yang tepat. Entah bagaimana kali ini ia berpikir Luigi Estes tidak akan lagi melakukan hal konyol seperti menculiknya pada tempo lalu. Bella yakin pria itu hanya ingin bertemu.“Apakah ada masalah, Nyonya?” Pertanyaan Felix membuat Bella terperanjat. Dengan gugup perempuan itu mengulas senyum. Terlebih lagi, ia tahu Damian masih mematainya dari ujung meja makan. Maka Bella memutuskan berhati-hati dalam bicara.“Tidak ada, Felix. Aku hanya terkejut karena ternyata sudah cukup siang. Waktu berlalu cepat sekali, eh?”“Anda ingin berangkat sekarang?”Bella mengangguk. Ia segera melangkah menjauh dan tidak memberi kesempatan kepada sepupu suaminya untuk terus memandang penuh curiga.Ketika sudah berada di dalam mobil, barulah perempuan itu bisa berkata jujur kepada Felix tentang apa yang mengganggu benaknya.“Anda tidak harus menemuinya, Nyonya,” tutur Felix serius setelah mendengar

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   39. Jangan Bermain Api

    **Bella menelan saliva dengan berat. Sekalipun ia tahu bahwa Giovanni mencurigainya, tapi ia memutuskan untuk bersikap seolah tidak ada yang terjadi. “Apakah kau akan pergi lagi? Kau tidak menemaniku lagi malam ini?” Perempuan itu bertanya dengan sungguh-sungguh. Ia memandang sang suami penuh harap. “Gio, beberapa malam ini aku selalu tidur sendirian tanpamu.”“Kau selalu menemukan aku di sampingmu setiap pagi, Bella.”“Tapi aku tetap tertidur sendirian pada malam harinya.”“Aku harap kau tidak bersikap semanis ini untuk menutupi sesuatu yang baru saja kau lakukan.”Lagi, Bella menelan saliva. Ia konsisten dengan wajah polosnya saat ini.“Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Apakah aku salah jika meminta suamiku menemaniku tidur?”“Oh, sial!”Pria itu melemparkan jasnya dan beringsut naik ke atas ranjang, menyusul Bella. Membuat senyum lebar terbit pada bibir yang lebih muda.“Kau menang, Isabella. Aku tidak akan pergi malam ini.”Bella mengangguk dan membatin dengan separuh ras

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status