Paginya Rico berangkat ke kantor sendiri karena Jack tidak masuk lagi, Rico teringat ponselnya tidak ada, hilang? 'Ke mana ponselku, apa tertinggal di mobil?' Rico bergumam dalam hati. Dia mencari ke dalam mobil yang semalam ditumpangi tapi hasilnya nihil tidak ada jejaknya. "Coba ku cari lagi di kamar." katanya menuju kamar. "Kenapa tidak ada juga, ke mana ponselku? Siapa yang mengambilnya? Itu ponsel mahal ya Tuhan, kembalikan ponselku." ucap Rico geram--masih mencari di kamar. Ingatan terakhirnya saat di apartment, dia meletakkan ponsel di meja ruang utama, kemudian ke kamar dia tidak membawanya, dia tertidur dan langsung pulang. "Apakah ponselku tertinggal di apartment Rose? Aduh gawat!" kata Rico cemas--menggigit bibir. Mengingat itu Rico merasa malu karena wallpaper ponselnya adalah foto Rose, dia segera pergi menuju apartment Rose. "Tuan tidak sarapan dulu?" tanya Kepala Maid. "Tidak bu, aku buru-buru." jawab Rico berjalan cepat. Di sisi lain Rose bangun men
[Mansion] "Pagi sayang." ucap Jack melihat kedatangan Kimberley--mengoles selai roti. "Kenapa kau tidak membangunkanku Pak?" "Tadi kau tidur pulas, aku tidak ingin membangunkan, kau terlihat kelelahan." Kimberley menghampiri Jack di meja makan. "Aku lapar..." kata Kimberley--memegang perutnya. "Ayo sini makanlah." "Sebentar Tuan Nyonya, sebentar lagi masakannya matang." ucap Maid--menyerahkan gelas. Jack memang bangun pagi sekali saat para Maid masih memasak, tetapi Kimberley sudah Kelaparan akhirnya Kimberley ingin membantu. "Tidak perlu, Nyonya duduk saja, nanti Tuan marah." "Tidak akan, lihatlah dia diam saja, tidak apa aku ingin membantu sedikit saja atau ini aku bawa ke meja ya." Jack melihat itu malah teringat seperti mediang Ibunya, dan Jack langsung tersenyum. 'Andai saja Mama masih hidup, pasti Mama senang mengenal Kimberley.' Jack pergumam dalam hati. Jika kedua orang tuanya masih hidup, Jack merasa lengkap pasti akan lebih bahagia, lamunan Jack buyar sa
Apa yang keluar dari mulut Jack seakan membuat jantung Kimberley berdetak cepat, mata pria itu menjadi teduh dan aroma musk yang menenangkan, itu semua membuat Kimberley rindu, selalu ingin bersamanya. 'Aku juga mencintaimu Pak.' batin Kimberley semakin tak kuat menahan air matanya pun berjatuhan, rasanya mulut itu begitu sulit menyuarakan. "Hei sayang, tenang, katakan saja." Jack mengusap air mata Kimberley. Kimberley mengangguk sambil terus menangis. "Aku juga mencintaimu Pak." lirih Kimberley masih terus menangis. Jack tersenyum lebar, sambil masih mengusap tetesan air mata Kimberley yang membasahi wajah cantiknya. "Sini..." lirih Jack memeluk Kimberley yang masih menangis. Tangisan Kimberley pecah, dia tak bisa berkata-kata lagi, dia hanya ingin menangis dan menangis. Dia sudah lama tidak pernah merasakan pelukan, merasa di peluk dan memeluk. Jack tidak banyak bertanya lagi, dia menenangkan Kimberley yang terus saja mengeluarkan air mata. 'Selembut ini hatimu, apa yan
"Rapi sekali, kau mau pergi ke mana?" tanya Jack. "Pergi jalan-jalan sebentar." jawab Rico langkahnya terhenti--menoleh. "Oh bersama Rose, ya sudah Pergilah." Tanpa jawaban Rico berlalu pergi. "Rico kenapa?" tanya Kimberley. "Dia pagi-pagi sudah rapi, katanya mau jalan-jalan mungkin dengan Rose." "Biarkan saja..." Pagi itu mereka sarapan bersama, kemudian mereka pergi jalan-jalan di kota. Di lobi apartment, Rose sudah siap menunggu kedatangan Rico, berpakaian casual berwarna hitam dengan rambut terurai. 'Astaga, cantik sekali.' batin Rico di dalam mobil. Rose tersenyum memasuki mobil, "Kau hari ini cantik sekali Rose!" kata Jack--fokus menyetir. "Terima kasih Tuan." Mereka berjalan menuju Mall Galleria Vittorio Emanuele. "Maaf ya, aku mengajakmu ke sini, aku tidak tahu harus pergi ke mana." "Tidak apa Tuan, ini juga jalan-jalan, oh ya aku mau ice cream, apa kau mau?" ucap Rose--menunjukkan kedai Gelato. "Ayo ke sana, kau suka rasa apa?" tanya Rico. "A
Menyeret Kimberley kedalaman mansion, para Maid terkejut padahal mereka sebelumnya baik-baik saja, lagi-lagi Jack dikuasai egonya. Bug! "Sekarang katakan padaku! Siapa pria tadi?" tanya Jack menghempaskan Kimberley ke ranjang. "Katakan Kimberley!" Jack segera mengunci pintu. "Dia hanya pria asing yang pernah menolongku saat di bandara dan di Perancis, bahkan aku baru saja mengenalnya Pak." ucap Kimberley tertunduk. "Oh, jadi karena dia kau melupakanku sampai-sampai kau tidak mengabariku waltu itu? Jangan-jangan kau hanya alasan, pria tadi yang mengajakmu ke Perancis." ucap Jack--merampas wajah Kimberley. Di luar kamar Rico yang baru saja pulang, mendengar kegaduhan dari kamar Jack itu langsung menguping di depan pintu, 'Kenapa mereka seperti bertengkar? Apa benar mereka sedang bertengkar? Bukannya mereka baik-baik saja?" Rico bergumam dalam hati. "Tidak Pak, aku jujur aku baru mengenalnya sebatas hanya menolongku tidak lebih dari itu dan aku hanya..." ucapan Kimberly t
"Ayolah Jack, kita bicarakan dengan Kimberley, kita selesaikan, agar kau tahu bagaimana cerita yang sebenarnya." ucap Rico--menarik tangan Jack. "Tunggu sebentar." Jack menahan Rico di luar. "Kau ganti bajumu, Rico sebentar lagi masuk." titah Jack. Kimberley mengganti pakaiannya, berjalan perlahan karena efek kejadian tadi. "Kimberley, apa kau baik-baik saja? basa-basi Rico memasuki kamar. "Iya, aku baik-baik saja." jawab Kimberley dengan raut wajah ketakutan. Jack yang sudah duduk di sofa panjang itu hanya mengamati dengan tatapan tajam. "Jadi bagaimana? Jack marah karena kau bertemu pria asing tadi? Siapa pria asing itu Kimberley?" tanya Rico. Sebelum Kimberley buka suara dia menoleh ke arah Jack yang menatapnya, "Saat di bandara, ada pria yang menolongku saat minumanku akan terjatuh, dia hanya sebatas itu tidak ada kegiatan lebih diantara kita dan saat di Perancis juga kita bertemu lagi saat itu dompetku terjatuh, dia menemukannya dan mengembalikan padaku, untuk ta
Sinar matahari menyilaukan, perlahan Jack membuka mata dan menoleh ke arah Kimberley yang masih tidur, beranjak menuju balkon mengedarkan pandangan di sekitar hutan-hutan yang lebat pohon di sana terlihat menjulang tinggi lengkap dengan kicauan burung, menghirup udara pagi dan menenangkan pikirannya. Jack teringat peristiwa kemarin yang membuatnya cemburu hingga hari ini, lamunannya berhenti ketika Kepala Maid datang menegur, memberitahu masakan sudah matang, waktunya sarapan pagi kemudian dia berjalan ke kamar, Kimberley juga belum bangun, dia memutuskan pergi sarapan sendiri. Jack membayangkan seperti apa rasanya menjadi Kimberley, padahal bersamanya perempuan yang sempurna, siapa laki-laki yang bersamanya pasti akan merasa bahagia karena Kimberley tipe wanita yang baik dan tulus namun kenapa Kimberley membuatnya cemburu mematahkan perasaan ini. Perasaan itu tidak hilang, Jack hanya cemburu! Selesai makan, tiba-tiba Kimberley datang , duduk di sebelah Jack. "Pak." Panggil Kimb
Suara tembakan senjata api itu melambung tinggi ke atas menembus udara, suaranya terdengar sangat keras hingga ... membuat Kimberley terkejut langsung menghentikan langkahnya, para penjaga menoleh ke arah Jack. Kimberley membalikkan badan, mencari sumber suara tembakan tadi berasal dari Jack, jauh berdiri di sana dengan senjata api di tangannya. Salah satu penjaga menghampiri Jack, "Maaf Tuan, Nyonya memaksa untuk keluar dari mansion ini." Jack hanya mengangguk sambil menatap tajam gadisnya, 'Kimberley, kenapa kau malah ingin pergi dariku, terang-terangan kau ingin meninggalkanku.' Jack bergumam dalam hati. 'Jika senjata api itu meluncur ke tubuhku, pasti hari ini aku mati, apa Jack setega itu padaku? Dia benar-benar akan membunuhku hanya karena masalah sepele? Aku benar-benar salah, aku salah di tempat ini.' Kimberley bergumam dalam hati. Kimberley menatap Jack dari jauh, matanya menuju ke arah senjata api yang ada di tangan Jack itu berpindah, dia menelan salivanya ber