"Aku lupa mencari kosmetik, kosmetikku juga sebagian ada yang habis." Jack menghela nafas, "Hampir saja lupa." Rico menoleh ke arah Rosa, "Oh iya, kau juga mau beli kosmetik kan?" "Iya Tuan." Akhirnya mereka berbalik arah ke area kosmetik wanita, kini dua pria itu menunggu wanitanya masing-masing memilih kosmetik dan barang wanita lainnya. Mereka berada di area kosmetik merek Christian Dior, dua wanita itu asyik berbincang sambil memilih barang kosmetik mereka masing-masing. "Kau biasanya memakai kosmetik apa Rose? "Aku biasanya memakai produk lokal tapi aku juga punya produk dari Christian Dior mungkin hanya lipstik dan parfum ku saja." "Baiklah kita cari saja Christian Dior, tenang saja nanti Rico yang membayarnya, hahaha." Rose menoleh ke arah Rico yang memberikan isyarat untuk dia membeli apa yang dia mau kemudian Rose mengangguk dan pergi bersama Kimberley. "Beli saja yang kau mau sayang, tapi agak cepat sedikit ya karena sebentar lagi kita harus ke bandara." ucap Jack-
Rico dan Rose mendadak menjadi hening mereka tidak tau harus menjawab apa, mereka memang sudah menjadi pasangan kekasih tapi Rico melihat Rose yang berubah sikap membuatnya takut jika dia menyetujui saran dari Jack membuat wanitanya menjauh. "Bagaimana? Kenapa kalian malah diam?" tanya Jack--mengamati Rico dan Rose. Menatap Rose sebelum bicara, "Biar kita pikirkan dulu." Kimberley buka suara, "Kenapa harus dipikirkan? Tidak masalah, tidak ada yang melarangnya juga." Jack menoleh ke arah istrinya, "Kau benar sayang!" Kimberley mendekat, "Aku belajar darimu! Hehehe." ucapnya terkekeh. 'Apa Rose mau tinggal di mansion dan tidur bersamaku atau dia menolaknya karena kita belum menikah.' batin Rico. Rico dan Rose kembali saling pandang mereka mencoba memahami satu sama lain tanpa bicara. "Sebaiknya aku terima saja tawaran Pak Jack, ini juga kesempatanku untuk bisa selalu dekat dengan Tuan Rico.' Rose bergumam dalam hati. "Bagaimana Rose? Aku takut kalau kau tidak nyaman."
"Kau nakal!" pekik Kimberley. Mereka berdua terus saja berciuman kemudian berbincang sambil menikmati perjalanan dalam jet pribadi hingga mereka tiba di bandara Malpensa Milan. "Ayo turun sayang pesawat sudah mendarat, kita tiba di bandara." "Kita sudah sampai di Milan?" tanya Kimberley. "Astaga mereka tertidur, tolong bangunkan." ucap Jack. Kru pesawat mengangguk, "Baik Pak." Jack dan Kimberley turun lebih dulu kemudian disusul Rico dan Rose di belakangnya. "Maaf Pak pesawat sudah sampai." ucap kru--pesawat membangunkan. Rose terbangun, "Astaga, kita sudah sampai Tuan Rico." ucap Rose--menggoyangkan tubuh pria itu. Rico perlahan membuka mata, "Apa kita sudah sampai?" "Sudah, ayo kita turun Tuan." Mereka berempat turun dari jet pribadi, sebelum kembali mereka sempat mengambil potret di samping jet pribadi kemudian mereka menunggu jemputan mobil dari mansion. "Pak, tolong foto kami." titah Jack. Kru pesawat meraih ponsel, "Baik Pak." "Ayo kita berfoto berem
"Masak pasta saja, Bu." Jack meraih koper, "Tolong masak juga dua sosis ini dan panaskan makanan ini." Jack menyerahkan dua sosis panjang yang mereka beli di Jerman, dan sisa makanan dari bandara. "Baik Tuan." "Ayo kita rapikan ini." Kimberley membereskan barang. Mereka menggeledah koper,mengeluarkan barang dan menata rapi di atas meja, malam itu Jack membagikan oleh-oleh pada seluruh penghuni mansion. "Kau akan membagikan ini sekarang, Jack?" tanya Rico "Iya Rico, tolong kau panggil mereka." "Oke." Para penghuni mansion tidak terlalu banyak, Jack memiliki delapan maid lengkap dengan satu kepala maid dan sepuluh penjaga serta dua sopir. "Hey! Kalian ayo masuk, Tuan Jack memanggil, jangan lupa kunci gerbangnya ya." teriak Rico. Para penjaga segera masuk ke dalam mansion, kini lengkap mereka semua berkumpul di depan Jack. "Malam ini aku ingin membagikan oleh-oleh dari Jerman." Jack meraih barang. "Di meja ini kalian bisa ambil satu per satu, untuk kaos aku tidak
"Ta--tapi sayang..." ucapan Kimberley terhenti. Mmhh! Jack langsung mendaratkan beberapa ciuman intim sambil merangkul istrinya di pangkuan, Jack terus saja mencium bibir istrinya hingga ... membuat keduanya kesulitan bernafas. "Sayang tolong ditunda dulu, aku ingin minum air itu." Alih-alih Kimberley ingin minum karena haus, padahal dia hanya ingin menghindari suaminya malam itu tapi Jack tidak tertipu, dia tidak menurunkannya melainkan tetap menggendong istrinya sambil mengambilkan air untuk minum dan kembali terduduk di pinggir ranjang. "Ini, kau bilang haus, aku bisa ambilkan untukmu, ayo cepat minum." Kimberley meraih minum dari tangan suaminya, sedikit meneguknya kemudian terdiam. 'Kenapa dia tidak menurunkanku, pasti dia ingin meniduriku malam ini, aku bukannya ingin menolak hanya saja aku mengantuk.' Kimberley bergumam dalam hati. "Sayang kenapa kau diam?" tanya Jack. Lamunan Kimberley buyar, "Ti--tiidak, tidak apa aku..." "Aku tau kau mau main malam ini?
Kimberley menatap sambil mengangguk, "Sedikit." "Aku akan sedikit lebih pelan sayang..." Egh! Jack mengulangi gerakan yang sama meskipun keduanya lelah, mereka sangat menikmati keintiman yang entah sampai kapan tidak ingin mereka akhiri. Jack mendenggus, "Nikmat sekali milikmu sayang!" "Teruskan sayang." ucap Kimberley tersenyum. Jack semakin menambah kecepatan memompa dan terus memompa lubang sempit di bawah sana, tak sedikit dia mendengar erangan Kimberley menatapnya dengan mulut terbuka membuatnya semakin bergairah, keduanya merasa seperti di surga. "Apa kau menikmatinya sayang?" tanya Jack. "Iya sayang..." "Enak??" Kimberley mengangguk sambil terus mengerluarkan erangan kecil, karena keduanya merasa lebih bergairah Jack sambil mendaratkan ciuman yang semakin kasar dan Kimberley mengimbanginya. "Mmhhh!" Saling berciuman! "Kau mau lebih cepat sayang??" tanya Jack. Kimberley hanya tersenyum harap! "Oke! Ahhh..." Tanpa pikir panjang Jack langsung menam
"Apa masih sakit?" tanya Rose. "Ugh..." "Kau kenapa? Sepertinya aneh?" "Ugh, tidak sayang..." ucap Rico frustasi. "Maaf, kalau begitu? Apa dilepas saja semuanya?" "Ta--tapi..." ucapan Rico terhenti, "Ssttt!" Rose meletakan jarinya di bibir Rico, "Aku tidak masalah." ucap Rose--melepas boxer Rico. Rico mengamati, "Mmh sayang..." erangan kecil. 'Kenapa Rose berani sekali melakukan itu padaku meskipun mungkin dia terlihat sedikit takut tapi dia seperti disuruh.' batin Rico. Rico benar-benar tidak menyangka bahwa Rose berani melakukan hal itu padanya, Rose memiliki keberanian di luar dugaannya. 'Aku harus berani, maafkan aku Tuan, aku juga penasaran, entahlah ada apa dengan tubuhku.' Rose bergumam dalam hati. Rose menunduk perlahan melepas dan menampakkan milik Rico yang sudah tegak paripurna, jujur saja Rose merasa sedikit takut tapi dia juga penasaran, itu karena dorongan gairahnya.Rose membelalak dan membatin, 'Astaga, besar sekali, ini yang kemarin aku liat di
"Aku akan mengabarinya kalau kita tidak jadi ke sana, mungkin Paman akan berkunjung ke sini." Jack meraih ponselnya, dia menelpon Paman Wiston untuk membatalkan rencananya pergi ke Bellagio, saat itu karena Kimberley sedang sakit. [TELEPON PAMAN WISTON] "Halo Paman, kita tidak jadi pergi ke Bellagio karena istriku tiba-tiba sakit." "Astaga, kenapa istrimu?" "Tadi pagi dia sudah mual-mual dan muntah, entahlah aku juga tidak tau, Paman." "Ya sudah, kalian beristirahat, biarkan Paman yang datang ke sana, lalu bagaimana obatnya? Apa kalian punya obatnya atau kita perlu ke rumah sakit?" "Kimberley tidak ingin ke rumah sakit, Paman." "Baiklah, aku akan berangkat ke Milan sekarang!" "Iya Paman." Meletakkan ponsel, "Paman Wiston akan berkunjung ke sini sayang." Kimberley mengangguk, "Iya..." Kimberley menjawab dengan ekspresi wajah sumringah, meskipun dia sedang sakit tapi dia sangat bersemangat menyambut kedatangan Paman Wiston. "Permisi Tuan, Nyonya, silakan." uca