Dentuman musik tanpa henti terus dimainkan di salah satu klub malam di salah satu sudut di New York. Para pengunjung akan berjoget, minum serta bersenang-senang menghabiskan waktu di sana. Gareth Moultens yang juga ikut masuk ke dalam bersama asistennya Duke.
“Di mana dia?” Duke menunjuk ke salah satu lantai di atas pada bosnya itu. Gareth mengangguk dan menyeringai. Gareth berjalan kembali dengan Duke yang mengikutinya di belakang.
“Memangnya kita harus bertemu dengannya? Dia kan baru keluar dari penjara, Pak?” tanya Duke sambil berjalan di sebelah Gareth.
“Aku yakin dia memiliki tujuan yang sama denganku.” Duke hanya menoleh sekilas pada Gareth yang naik tangga menuju lantai dua. Mereka terus berjalan ke salah satu sudut VIP yang telah dipesan. Gareth berhenti tepat di pembatas rantai yang akan dibuka hanya jika si penyewa tempat mengizinkan.
“Sam?” panggil Gareth pada pria yang tengah duduk dikelilingi ol
Ruangan Dion tampak agak ramai hari ini. Pasalnya Dion harus bekerja bersama Kyle dan sekretarisnya Beatrice untuk mendiskusikan beberapa hal penting. Dimulai dari desain, laporan keuangan, spreedsheet sampai laporan analisa dari tim marketing.“Apa berita tentang pembahasan pembatasan senjata sudah keluar?” tanya Dion pada Kyle yang duduk tidak jauh darinya.“Nanti siang kongres akan membahasnya, Pak.” Dion pun mengangguk. Ia masih sibuk dengan laporan di layar laptopnya lalu membuat beberapa panggilan telepon, Sementara Beatrice juga sedang sibuk dengan pekerjaannya. Ia duduk di meja yang sama dengan Dion dengan jarak lumayan dekat.“Kyle, tolong siapkan model yang akan kita ujicobakan nanti sore. Minta mereka untuk juga menyiapkan latihan outdoor!” perintah Dion tak lama kemudian.“Baik, Pak. Aku akan memeriksa beberapa model terlebih dahulu. Permisi!” Kyle bangun dari posisinya dan keluar dari ruangan tersebut. Dion kembali memeriksa beberapa laporan serta memberikan catatan.“Pak
“Bagaimana kabarmu selama ini? Kita sudah lama tidak bertemu.” Setelah beberapa saat tidak berbicara, Gareth akhirnya mulai membuka mulut pada Venus yang masih ada di sebelahnya. Venus tersenyum pada Gareth dan sedikit menunduk untuk menusukkan garpunya pada makanan yang baru ia potong.“Kabarku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” Gareth ikut tersenyum dan memberanikan diri menoleh pada Venus terlihat lebih santai.“Sama saja.” Ia menjawab singkat. Venus sempat menoleh pada Gareth beberapa saat lalu kembali diam. Venus tidak ingin menjadi bahan pembicaraan Gareth yang mungkin masih menyimpan luka.“Ngomong-ngomong, kamu sudah mengelola Winthrop sekarang ya? Jika tidak kamu mungkin tidak datang ke pertemuan ini kan?” tanya Gareth kembali setelah merasa Venus lebih nyaman bicara dengannya.“Belum, aku sedang menjalani prosesnya,” jawab Venus masih tersenyum kecil. Mata Venus kembali mengarah pada Samuel. Pria itu masih ada di tempat yang sama meskipun ia tengah bicara dengan CEO yang l
Venus duduk diam tanpa melakukan apa pun di dalam mobil saat perjalanan pulang. Setelah panggilan telepon untuk Dion malah diangkat oleh Beatrice, Venus sempat merasa curiga. Dion bukan orang yang seteledor itu. Mengapa Dion bisa menyerahkan ponsel pribadinya pada Beatrice? Atau seperti pengakuan Beatrice jika Dion meninggalkan ponsel di ruang kerja sekretarisnya itu?“Rasanya seperti ada yang berbohong di sini. Mas Dion benar-benar harus dihukum! Dia sudah berani gak cerita sama aku soal sekretaris barunya sekarang dia mau coba-coba bersembunyi lagi, oke!” tukas Venus dengan nada kesal pada suaminya. Venus melipat kedua lengan di dadanya seraya sedikit memicingkan matanya. Venus siap untuk membuat Dion kapok malam ini.Perjalanan masih cukup untuk membuat Venus mengurungkan niatnya, namun ternyata tidak. Venus sudah sangat bergairah membuat Dion mempertanggungjawabkan keteledorannya hari ini.Setibanya ia di lobi apartemen, Venus berhenti dan berbal
Samuel Arson duduk di depan laptopnya dengan secangkir kopi dan wajah serius mengernyitkan keningnya. Ia mengambil cangkir kopinya lalu menyesapnya perlahan dan mendengus sinis.“Apa yang kamu dapat? Apa mereka bertengkar?” tanya Gareth yang berdiri lalu ikut melihat pada laptop Samuel yang duduk di kursinya. Sam menoleh pada Gareth lalu terkekeh dan menggelengkan kepalanya.“Percakapan yang tersadap hanya sedikit lalu putus. Selebihnya hanyalah pria itu membuat makan malam untuk Venus. Setelahnya mereka malah berhubungan intim, haha!” jawab Sam sambil tertawa. Gareth langsung mengernyitkan keningnya tidak mengerti.“Apa?” sahutnya agak keras. Sam mengangguk lagi.“Apa yang kamu pikirkan? Membuat sebuah salah paham sehingga mereka jadi bertengkar? Mereka malah melakukan seks di dapur!”“Apa!?” Gareth jadi makin emosi. Sam malah terkekeh seolah menertawai Gareth dengan rencananya yang gagal
Dion tidak bisa tidur pasca pengakuan yang dilakukannya dan Venus sebelum makan malam mereka. Venus memang terlihat tidak mempermasalahkan lagi apa yang terjadi tadi sore. Akan tetapi, Dion paham betul istrinya. Ia akan lebih memilih menyimpan dari pada mengungkap keresahannya.Tangan Dion terus membelai kepala dan rambut Venus yang tengah tidur di pelukannya. Ia tengah berpikir tentang motif Beatrice dan hubungannya dengan apa yang terjadi. Insting Dion mulai menangkap ada yang hubungan antara kasus yang tengah diselesaikan oleh Andrew dengan cara Beatrice mendekatinya.Dion tidak ingin mengganggu istirahat Venus yang pasti kelelahan atas semua kegiatannya hari ini. Ia memeluk lalu perlahan membaringkan Venus dengan lembut pada bantalnya sembari terus membelai kepalanya. Dion tersenyum kala menatap wajah Venus yang sedang lelap. Ia mendekatkan ujung hidungnya sedikit mempermainkan ujungnya dengan ujung hidungnya lalu mengecup keningnya perlahan.Dion kembali tu
Dion tiba di King Arsenal Corp setelah kurang lebih 35 menit berkendara. Ia turun setellah dibukakan pintu oleh salah seorang doorman sekaligus petugas keamanan. Dari mobil yang mengekori dan berhenti di seberang jalan, terlihat Dion tersenyum mengangguk pada pegawainya itu sebelum ia masuk. Pria yang mengekori Dion tersebut lantas mencatat sesuatu di bukunya beberapa saat kemudian.“Aku akan memeriksa kameranya dulu, Pak. Setelah itu akan melaporkannya padamu segera!” ujar Kyle pada Dion di depan pintu lift. Dion pun mengangguk dan berpisah dengan Kyle yang berbalik menuju pabrik untuk memeriksa ruang uji coba yang kemarin merek gunakan. Sementara itu Dion naik ke ruangannya sendirian.Saat Dion keluar dari liftnya, ia menoleh ke samping kiri. Terlihat Beatrice tengah mengobrol dan bercanda di ujung koridor dengan seorang pegawai pria. Mereka tengah berada di depan mesin fotokopi yang ada di ujung koridor. Dion mengernyitkan kening dan sedikit mengeraskan
Senyuman Dion mengembang kala ia berjalan masuk ke ruang makan. Venus baru saja selesai menyiapkan makan malam mereka di rumah. Bahkan Venus telah mengenakan gaun untuk makan malam yang cantik.“Kamu sangat cantik, Dewiku!” puji Dion meraih tangan Venus lalu mengecup punggung tangannya dengan lembut. Venus ikut mendekat lalu membalas mengecup punggung jemari Dion yang masih menggenggam tangannya. Dion tidak bisa menahan rasa rindunya lalu menarik Venus mencumbunya mesra sambil tersenyum.“Ayo kita makan malam, kamu pasti laparkan, Mas?” ujar Venus dengan lembut menyentuh pundak Dion. Dion tersenyum mengangguk. Sambil tetap merangkul pinggang Venus, ia berjalan mendekati meja makan yang telah diatur untuk makan malam romantis mereka.Dion begitu bahagia saat Venus melayani makan malamnya. Rasanya hidupnya jadi makin sempurna.“Ini benar-benar enak. Kamu kok tahu aku sedang kangen nasi putih dan tempe orak arik kayak gini?&rdqu
Sambil menggigit bibir bawahnya dengan rasa gundah, Venus tengah menunggu hasil tes kehamilan mandiri yang ia lakukan sekarang. Saat menunggu, Claire menghubunginya tentang Chloe. Jadilah Venus tidak ingin melihat hasil test pack kehamilan itu dahulu sebelum menyelesaikan obrolan dengan ibunya.“Chloe tiba-tiba saja menerima lamaran Heart padahal Aldrich baru bicara tentang melamar dia sama Mommy dan Daddy,” tukas Claire dari sambungan telepon. Venus hanya mendengar saja. Ia menarik napas panjang dan duduk di salah satu sofa walk in closetnya sambil memegang kening.“Terus Daddy bilang apa?”“Daddy kamu cuma bengong gak protes apa-apa! Aldrich langsung pergi begitu saja.”“Aldrich mendengar soal lamaran itu?” tanya Venus lagi.“Iya, dia mendengar semuanya. Huff, gimana dong sekarang, Ven? Mommy bingung harus bersikap seperti apa. Chloe gak mau ngomong, dia jadi makin tertutup sekarang.” Cl
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit