Mendarat di New Jersey setelah menempuh perjalanan 20 jam usai sekali transit, rombongan Dion dijemput untuk menuju Red tower milik James Belgenza. Keesokan harinya, Rei akan melaksanakan pernikahannya di tempat dulu orang tua Jewel menikah, setelahnya resepsi akan dilakukan di Miami. Jadi tidak ada waktu bagi Dion beristirahat. Ia langsung bersiap berganti pakaian dan bersiap-siap menjadi salah satu pengiring.
“Welcome home, Dude!” Brema yang pertama melihat Dion keluar dari mobil langsung menyapa dan memeluknya.
“Terima kasih.” Brema ikut menyalami keluarga Dion satu persatu sampai Cindy yang sering menonton televisi menyadari sosok Brema.
“Ini bukannya Iron Chef yang di Hell Kitchen ya? Chef Brema kan?” tunjuk Cindy begitu antusias. Ayu langsung menyikut Cindy yang jadi heboh dan diperhatikan oleh banyak orang. Sementara Brema malah terkekeh dan mengangguk.
“Nanti kita ngobrol ya!” Cindy langsung mengangg
"Lo bener-bener gak punya perasaan! Gue sudah gugup begini, lo malah senyum sama handphone!" tukas Jupiter menunjuk dengan penuh emosi. Ares hanya mencibir saja dan makin senyum-senyum mengetikkan balasan chat untuk Putri.Aldrich kemudian datang memeriksa persiapan Jupiter dan menarik Ares agar ia bersiap memimpin rombongan pengiring pengantin. Dion tersenyum karena Aldrich mengambil perannya untuk mempersiapkan Ares dan Jupiter. Ia pun mengambil tempat di samping Jupiter, mengapitnya bersama Rei."Ares, kamu di depan!" tunjuk Aldrich kesal karena Ares masih terus memegang ponselnya. Rei mempersiapkan Jupiter di barisan paling belakang. Ares pun menyimpan ponselnya dan mengangguk. Pintu kemudian dibuka dan Ares mulai berjalan memimpin saudaranya untuk berjalan melewati altar mengantarkan Jupiter.Iringan melodi indah dari piano yang dimainkan oleh asisten Jupiter yaitu Demian Rhodes menandakan pengantin pria memasuki gereja sebelum pengantin wanita dan pengirin
Segala yang diperjuangkan oleh Dion selama ini seolah mendapat ujungnya hari ini. Penantiannya untuk menikah serta menjadi seorang suami berakhir di altar pernikahan. Dahulu, Dion jatuh cinta pada cinta pertamanya Laras dan selalu bermimpi akan menikah dengannya suatu hari.Namun, hari ini semuanya terbalik jauh dari rencana Dion semula. Bukan Laras yang disematkan Tuhan menjadi tulang rusuknya, melainkan seorang wanita yang semula asing bagi Dion. Siapa sangka, usahanya untuk memenuhi kebutuhan menikah mempertemukannya dengan jodoh yang sebenarnya.Venus Harristian memenuhi semua hal yang diimpikan Dion Juliandra selama ini. Dion bukan pria seperti Jupiter yang megah sedari lahir dan mewarisi kepercayaan diri selayaknya ayahnya yang besar. Dion adalah pria dengan segala ketidaknyamanan hidup dan rasa percaya diri. Itulah menjelang pernikahan, Dion malah tidak bisa tidur dan merasa jika ia tengah berada dalam mimpi sangat panjang.Mansion Winthrop di Manchester
Langkah kaki Laras makin lama makin pelan. Ruangan yang ia masuki begitu asing baginya. Hanya ada beberapa meja serta kursi yang berserakan di lantai. Saat ia melihat ke atas, rembesan air masih jatuh di dekat kakinya. Tidak ada penerangan dari lampu. Cahaya hanya berasal dari bias cahaya di luar gedung.“Aaaa ...” terdengar suara teriakan sayup-sayup dari suatu arah. Laras menoleh cepat ke belakang dan suara itu hilang.“Mas? Mas Dion ...” panggil Laras mencoba meraih Dion yang seharusnya ada di tempat itu. Namun yang terdengar adalah bunyi tetesan air yang jatuh membasahi lantai keramik yang lusuh seperti baru saja terbakar. Laras kembali mendengar suara teriakan seorang pria.Ia berlari keluar dari ruangan tersebut dan berhadapan dengan koridor yang panjang.“Aaahh, tolong aku!” suara itu kembali terdengar seperti angin lalu dan hilang. Laras makin panik dan napasnya mulai tersengal. Kini ia ingat jika seharusnya ia
“Dion! Dion ... “ suara Aldrich memanggil Dion yang sedang tertidur di atas sofa bekas pesta semalam. Dion menggerang pelan dalam posisi tengkurap. Ia mendengarkan suara Aldrich yang mendorongnya dan saat ia akan mengangkat kepala, BHUG – Dion terjatuh dari atas sofa ke lantai.“Aaaahh ... uhuk ... uhuk ... aahh!” Dion terbatuk sekaligus mengerang sakit karena punggungnya yang menghantam lantai.“Oh Tuhan, kepalaku!” erang Dion lagi mulai memegang kepalanya. Posisinya masih sama yaitu di atas lantai.“Bangun, ini jam berapa!” sahut Aldrich ikut mengeram. Ternyata ia dan Dion tertidur di atas sofa dalam keadaan mabuk berat. Di kamar itu, Cass tergeletak di dekat kaki ranjang dalam keadaan yang sama.Aldrich yang masih mencoba untuk sepenuhnya membuka mata di tengah suasana kamar yang cukup berserakan lalu menendang Dion lagi.“Hei, bangun ... kita harus berangkat!” Aldrich mendo
“Uh, perutku!” keluh Dion masih mual dan sesekali terbatuk. Tubuhnya rasanya tidak enak dan ia sudah melewatkan sesi sarapan.“Makanlah!” Jupiter menyodorkan roti pada Dion dan ia menggelengkan kepalanya. Dion sedang mencari Venus yang tidak lagi terlihat usai tadi pagi.“Apa kamu melihat Venus?” Jupiter menggelengkan kepalanya. Dion menarik napas dan berjalan meninggalkan teman-temannya. Sekarang ia merasa bersalah karena pesta semalam. Sedang sibuk mencari Venus, telinga Dion tiba-tiba dijewer oleh Budhe Dewi.“Aaah ... ““Kamu bener-bener kelewatan! Bisa-bisanya kamu mabuk dan meninggalkan Venus begitu saja, kamu malah senang-senang sama teman-teman kamu, mabuk-mabukan!” semprot Budhe Dewi mengomeli Dion di depan teman-temannya. beberapa dari mereka langsung menyingkir karena takut ikut dimarahi.“Ampun Budhe ... aku ngaku salah! Aduh sakit!” Budhe Dewi pun melepaskan tangan
Dengan menggunakan beskap pengantin Jawa berwarna putih bordiran emas, Dion menundukkan kepala dan tubuhnya melakukan sungkeman pada Neneknya Sulastri. Ia menundukkan semua keegoisan dan memohon restu yang terdalam bagi pernikahannya dan Venus.Upacara pernikahan Dion memang tidak dilakukan sepenuhnya dalam adat Jawa yang kental tapi sangat Indonesia. Kedua pengantin memakai pakaian adat Jawa yang manis dan cantik, terutama bagi Venus yang belum pernah seumur hidupnya memakai kebaya pengantin yang cantik.Prosesi sungkeman itu disaksikan oleh para tamu undangan yang terdiri dari teman-teman Arjoona di The Seven Wolves serta sahabat baru Dion pada klannya Ares. Banyak dari mereka yang merupakan warga asing begitu takjub dengan prosesi indah pernikahan itu.Dion tampak sangat tampan dengan pakaian adat. Begitu pula dengan Venus yang terlihat begitu anggun dan cantik mengenakan kebaya. Peter, Jasman serta beberapa anggota Dion mengambil cuti agar bisa ke Surabaya u
Jemari kiri Dion yang sudah melingkar cincin kawin mengait lembut pada jemari kanan Venus yang melingkar cincin pemberian Dion. Sementara bibir Dion memagut mencumbu mesra bibir cantik Venus yang tipis dan seksi. Desah panas udara keluar perlahan membelai bulu-bulu halus di bawah hidung Dion. Matanya terpejam lalu sedikit terbuka.Venus menjarakkan sedikit pagutan bibirnya dari Dion yang tersenyum pelan. Meski cinta itu sudah pernah membara tapi semua masih seperti yang pertama kali bagi Venus jika itu soal Dion. Pria yang dulu pernah menjadi pengawal pribadinya itu sudah membuat Venus jatuh cinta begitu dalam. Rasanya ia rela merendahkan posisinya sebagai ‘Tuan Putri’ agar bisa memiliki Dion.“Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu, Mas. Sebelum pernikahan kita, terus terang aku hampir gak pernah keluar rumah kecuali ketika aku pergi dengan Aldrich dan Kak Rei. Aku takut jika pernikahan kita bisa gagal.” Dion menaikkan tangannya membelai lembut
Semilir angin malam berhembus cukup kencang di luar hotel tempat Dion dan Venus menginap. Rasanya hujan mungkin akan turun malam ini. Tirai kamar presidential suite yang merupakan kamar tinggal Dion malam ini tampak temaram dan intim. Tidak ada satu pun yang bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana kecuali suara desau dari napas tersengal milik Dion.Dion menengadah menghadapkan wajahnya ke langit-langit kamar dengan mata terpejam erat lalu terbuka dan membesar seolah jiwanya tengah disedot keluar. Dion separuh bersandar di sandaran ranjang dalam posisi sangat pasrah. Pengalaman pertama yang tidak akan pernah ia lupakan saat ini.“Uh, Sayang ... huh ... “ Dion bergidik berkali-kali tanpa henti dengan desir darah yang mengalir cepat. Sengatan listrik yang berasal dari selangkangan menuju jantung lalu otak lalu ke seluruh tubuh berkali-kali dan terus menerus. Semuanya berlangsung seperti seakan disiram air panas dan dingin bergantian dalam waktu sepe