“Uh, perutku!” keluh Dion masih mual dan sesekali terbatuk. Tubuhnya rasanya tidak enak dan ia sudah melewatkan sesi sarapan.
“Makanlah!” Jupiter menyodorkan roti pada Dion dan ia menggelengkan kepalanya. Dion sedang mencari Venus yang tidak lagi terlihat usai tadi pagi.
“Apa kamu melihat Venus?” Jupiter menggelengkan kepalanya. Dion menarik napas dan berjalan meninggalkan teman-temannya. Sekarang ia merasa bersalah karena pesta semalam. Sedang sibuk mencari Venus, telinga Dion tiba-tiba dijewer oleh Budhe Dewi.
“Aaah ... “
“Kamu bener-bener kelewatan! Bisa-bisanya kamu mabuk dan meninggalkan Venus begitu saja, kamu malah senang-senang sama teman-teman kamu, mabuk-mabukan!” semprot Budhe Dewi mengomeli Dion di depan teman-temannya. beberapa dari mereka langsung menyingkir karena takut ikut dimarahi.
“Ampun Budhe ... aku ngaku salah! Aduh sakit!” Budhe Dewi pun melepaskan tangan
Dengan menggunakan beskap pengantin Jawa berwarna putih bordiran emas, Dion menundukkan kepala dan tubuhnya melakukan sungkeman pada Neneknya Sulastri. Ia menundukkan semua keegoisan dan memohon restu yang terdalam bagi pernikahannya dan Venus.Upacara pernikahan Dion memang tidak dilakukan sepenuhnya dalam adat Jawa yang kental tapi sangat Indonesia. Kedua pengantin memakai pakaian adat Jawa yang manis dan cantik, terutama bagi Venus yang belum pernah seumur hidupnya memakai kebaya pengantin yang cantik.Prosesi sungkeman itu disaksikan oleh para tamu undangan yang terdiri dari teman-teman Arjoona di The Seven Wolves serta sahabat baru Dion pada klannya Ares. Banyak dari mereka yang merupakan warga asing begitu takjub dengan prosesi indah pernikahan itu.Dion tampak sangat tampan dengan pakaian adat. Begitu pula dengan Venus yang terlihat begitu anggun dan cantik mengenakan kebaya. Peter, Jasman serta beberapa anggota Dion mengambil cuti agar bisa ke Surabaya u
Jemari kiri Dion yang sudah melingkar cincin kawin mengait lembut pada jemari kanan Venus yang melingkar cincin pemberian Dion. Sementara bibir Dion memagut mencumbu mesra bibir cantik Venus yang tipis dan seksi. Desah panas udara keluar perlahan membelai bulu-bulu halus di bawah hidung Dion. Matanya terpejam lalu sedikit terbuka.Venus menjarakkan sedikit pagutan bibirnya dari Dion yang tersenyum pelan. Meski cinta itu sudah pernah membara tapi semua masih seperti yang pertama kali bagi Venus jika itu soal Dion. Pria yang dulu pernah menjadi pengawal pribadinya itu sudah membuat Venus jatuh cinta begitu dalam. Rasanya ia rela merendahkan posisinya sebagai ‘Tuan Putri’ agar bisa memiliki Dion.“Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu, Mas. Sebelum pernikahan kita, terus terang aku hampir gak pernah keluar rumah kecuali ketika aku pergi dengan Aldrich dan Kak Rei. Aku takut jika pernikahan kita bisa gagal.” Dion menaikkan tangannya membelai lembut
Semilir angin malam berhembus cukup kencang di luar hotel tempat Dion dan Venus menginap. Rasanya hujan mungkin akan turun malam ini. Tirai kamar presidential suite yang merupakan kamar tinggal Dion malam ini tampak temaram dan intim. Tidak ada satu pun yang bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana kecuali suara desau dari napas tersengal milik Dion.Dion menengadah menghadapkan wajahnya ke langit-langit kamar dengan mata terpejam erat lalu terbuka dan membesar seolah jiwanya tengah disedot keluar. Dion separuh bersandar di sandaran ranjang dalam posisi sangat pasrah. Pengalaman pertama yang tidak akan pernah ia lupakan saat ini.“Uh, Sayang ... huh ... “ Dion bergidik berkali-kali tanpa henti dengan desir darah yang mengalir cepat. Sengatan listrik yang berasal dari selangkangan menuju jantung lalu otak lalu ke seluruh tubuh berkali-kali dan terus menerus. Semuanya berlangsung seperti seakan disiram air panas dan dingin bergantian dalam waktu sepe
Cuaca New York hari ini masih mengigil di ujung musim dingin yang akan segera berganti hangatnya musim semi. Semua orang menyambut bulan Februari dengan penuh suka cita. Selain karena musim akan berganti lebih cerah, bulan Februari adalah bulan cinta. Hari Valentine dirayakan di mana-mana. Ornamen bunga dan warna merah jambu menghiasi hampir setiap sudut kota.Namun tidak bagi hati Gareth yang kelabu. Ia belum keluar kamar usai mengetahui tentang pernikahan Venus beberapa hari lalu. Kenyataan bahwa pernikahan itu dilakukan tepat di tanggal Valentine makin menusuk jantung Gareth bahwa kini takdirnya memang berseberangan dengan Venus.Janggutnya sudah memanjang dan ia cukup kumal dibandingkan dirinya yang dulu selalu memperhatikan penampilan. Gareth berubah banyak selama ini. Ia nyaris tidak pernah masuk bekerja dan wakilnya harus memikul banyak tanggung jawab perusahaan.Kini ia hanya bisa berdiri di depan jendela kamarnya dengan segelas wiski yang menjadi temann
“Jika suatu hari entah itu kapan pun kamu menemukan kecurangan dan katakan kamu mencurigai aku bermain hati, aku bebaskan kamu untuk bertindak apa pun yang kamu inginkan padaku. Kamu boleh meninggalkan aku atau memasukkan aku ke penjara atau kamu boleh menghabisi nyawaku,” ujar Dion meletakkan sumpah setianya pada Venus. Jemarinya tengah ikut memilin lembut jemari Venus yang menatapnya lekat.“Mas ...” tegur Venus cukup terkesiap kaget dengan kalimat yang diucapkan oleh Dion. Dion masih serius dan mengangguk.“Ini bukan rayuan gombal, Venus. Ini adalah sumpah yang sedang ingin letakkan sebelum kita memulai semuanya. Karena aku gak mau mengkhianati kamu sampai kapan pun. Dan jika aku sempat melakukannya, itu bukan aku dan kamu boleh menghukumku.” Venus tertegun menatap Dion yang masih bicara.“Sebagai konsekuensinya, jika kamu memilih berpisah dariku atas semua hukuman yang aku sebutkan tadi, aku akan memberikan semua yan
Dunia Hendrico Darmawan berubah total dari bergelimpangan harta, kini menjadi seorang terdakwa di pengadilan. Ia sudah menjalani sidang selama nyaris dua bulan lamanya. Esok, dia akan menerima vonis atas perbuatannya. Pengacara Rico telah melakukan pembelaan serta mengajukan saksi dalam sidang-sidang sebelumnya. Sejauh ini, Rico telah menjalani semuanya dengan sikap yang baik dan kooperatif.Sebagai tahanan sebelum ia menjalani hukuman penjara yang sebenarnya, Rico mau tidak mau harus siap dengan kehidupan barunya. Untuk menghadapi sidang vonis besok, Rico meminta Sisca untuk memberikannya waktu bertemu Kenzi dan Kevin.Hanya Kenzi yang diantarkan oleh Sisca ke penjara untuk menjenguk Rico. Sedangkan Sisca sendiri memilih untuk menunggu anaknya menjenguk Rico di ruangan lain. Sisca dan Rico juga akan menghadapi putusan cerai mereka beberapa hari setelah sidang cerai. Oleh karena itu, Sisca memilih tidak lagi menemui Rico yang akan segera menjadi mantan suaminya.
Berkali-kali Dion menggelembungkan mulut lalu menghembuskan udara keluar dari mulutnya. Ia sudah berdiri di depan kaca di ruang walk in closet selama setengah jam dengan setelan jas lengkap. Ia mirip seperti saat dulu menjadi kepala pengawal Venus. Bedanya kini dia adalah seorang CEO.“Selamat pagi, senang bertemu! Perkenalkan namaku adalah Dion Juliandra. Aku adalah ...” Dion menjulurkan sebelah tangannya seakan tengah berlatih bersalaman dengan para manajer yang akan berkenalan dengannya.Wajah CEO baru itu langsung berubah aneh. Rasanya jauh lebih gugup daripada menghadapi massa demonstrasi anarkis.“Aahk ... lebih enakan ngadepin demo tahu gak?” rutuk Dion dengan kesalnya di depan kaca.“Masa sih?” Dion terkesiap saat mendengar suara Venus dari arah belakang. Seketika Dion berbalik ke belakang dan menyengir malu-malu. Venus yang mengintip dari pintu masuk lalu berjalan mendekat pada Dion dengan senyuman manisnya. Ta
Dengan susah payah Arion menarik tubuh Gareth ke permukaan lalu ke atas sisi dermaga tempat kapal ditambatkan.“Aahhkk …” Arion terengah dan Gareth terbatuk cukup keras karena kemasukan air.“Apa kamu sudah gila. Kamu mau bunuh diri ya!” bentak Arion begitu kesal pada Gareth. Gareth masih terengah dan berusaha untuk merangkak kembali ke air untuk menceburkan diri. Arion jadi makin kesal dan akhirnya menarik kerah pakaian Gareth dan meninju wajahnya.“Huh ... mau mati, iya? Jangan lakukan di depanku! Lakukan di tempat lain, menyusahkan saja!” bentak Arion masih terengah kesal. Gareth yang terlentang usai dipukul oleh Arion lalu seperti terisak menangis dengan lemas.“Hei, apa yang kau lakukan!” Duke datang tiba-tiba dan datang membentak Arion lalu memegang Gareth. Arion yang terengah sekaligus tercengang lalu menggelengkan kepalanya.“Pak, apa kamu baik-baik saja?” Duke mencoba mendu
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit