“Dion! Dion ... “ suara Aldrich memanggil Dion yang sedang tertidur di atas sofa bekas pesta semalam. Dion menggerang pelan dalam posisi tengkurap. Ia mendengarkan suara Aldrich yang mendorongnya dan saat ia akan mengangkat kepala, BHUG – Dion terjatuh dari atas sofa ke lantai.
“Aaaahh ... uhuk ... uhuk ... aahh!” Dion terbatuk sekaligus mengerang sakit karena punggungnya yang menghantam lantai.
“Oh Tuhan, kepalaku!” erang Dion lagi mulai memegang kepalanya. Posisinya masih sama yaitu di atas lantai.
“Bangun, ini jam berapa!” sahut Aldrich ikut mengeram. Ternyata ia dan Dion tertidur di atas sofa dalam keadaan mabuk berat. Di kamar itu, Cass tergeletak di dekat kaki ranjang dalam keadaan yang sama.
Aldrich yang masih mencoba untuk sepenuhnya membuka mata di tengah suasana kamar yang cukup berserakan lalu menendang Dion lagi.
“Hei, bangun ... kita harus berangkat!” Aldrich mendo
“Uh, perutku!” keluh Dion masih mual dan sesekali terbatuk. Tubuhnya rasanya tidak enak dan ia sudah melewatkan sesi sarapan.“Makanlah!” Jupiter menyodorkan roti pada Dion dan ia menggelengkan kepalanya. Dion sedang mencari Venus yang tidak lagi terlihat usai tadi pagi.“Apa kamu melihat Venus?” Jupiter menggelengkan kepalanya. Dion menarik napas dan berjalan meninggalkan teman-temannya. Sekarang ia merasa bersalah karena pesta semalam. Sedang sibuk mencari Venus, telinga Dion tiba-tiba dijewer oleh Budhe Dewi.“Aaah ... ““Kamu bener-bener kelewatan! Bisa-bisanya kamu mabuk dan meninggalkan Venus begitu saja, kamu malah senang-senang sama teman-teman kamu, mabuk-mabukan!” semprot Budhe Dewi mengomeli Dion di depan teman-temannya. beberapa dari mereka langsung menyingkir karena takut ikut dimarahi.“Ampun Budhe ... aku ngaku salah! Aduh sakit!” Budhe Dewi pun melepaskan tangan
Dengan menggunakan beskap pengantin Jawa berwarna putih bordiran emas, Dion menundukkan kepala dan tubuhnya melakukan sungkeman pada Neneknya Sulastri. Ia menundukkan semua keegoisan dan memohon restu yang terdalam bagi pernikahannya dan Venus.Upacara pernikahan Dion memang tidak dilakukan sepenuhnya dalam adat Jawa yang kental tapi sangat Indonesia. Kedua pengantin memakai pakaian adat Jawa yang manis dan cantik, terutama bagi Venus yang belum pernah seumur hidupnya memakai kebaya pengantin yang cantik.Prosesi sungkeman itu disaksikan oleh para tamu undangan yang terdiri dari teman-teman Arjoona di The Seven Wolves serta sahabat baru Dion pada klannya Ares. Banyak dari mereka yang merupakan warga asing begitu takjub dengan prosesi indah pernikahan itu.Dion tampak sangat tampan dengan pakaian adat. Begitu pula dengan Venus yang terlihat begitu anggun dan cantik mengenakan kebaya. Peter, Jasman serta beberapa anggota Dion mengambil cuti agar bisa ke Surabaya u
Jemari kiri Dion yang sudah melingkar cincin kawin mengait lembut pada jemari kanan Venus yang melingkar cincin pemberian Dion. Sementara bibir Dion memagut mencumbu mesra bibir cantik Venus yang tipis dan seksi. Desah panas udara keluar perlahan membelai bulu-bulu halus di bawah hidung Dion. Matanya terpejam lalu sedikit terbuka.Venus menjarakkan sedikit pagutan bibirnya dari Dion yang tersenyum pelan. Meski cinta itu sudah pernah membara tapi semua masih seperti yang pertama kali bagi Venus jika itu soal Dion. Pria yang dulu pernah menjadi pengawal pribadinya itu sudah membuat Venus jatuh cinta begitu dalam. Rasanya ia rela merendahkan posisinya sebagai ‘Tuan Putri’ agar bisa memiliki Dion.“Aku benar-benar jatuh cinta sama kamu, Mas. Sebelum pernikahan kita, terus terang aku hampir gak pernah keluar rumah kecuali ketika aku pergi dengan Aldrich dan Kak Rei. Aku takut jika pernikahan kita bisa gagal.” Dion menaikkan tangannya membelai lembut
Semilir angin malam berhembus cukup kencang di luar hotel tempat Dion dan Venus menginap. Rasanya hujan mungkin akan turun malam ini. Tirai kamar presidential suite yang merupakan kamar tinggal Dion malam ini tampak temaram dan intim. Tidak ada satu pun yang bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana kecuali suara desau dari napas tersengal milik Dion.Dion menengadah menghadapkan wajahnya ke langit-langit kamar dengan mata terpejam erat lalu terbuka dan membesar seolah jiwanya tengah disedot keluar. Dion separuh bersandar di sandaran ranjang dalam posisi sangat pasrah. Pengalaman pertama yang tidak akan pernah ia lupakan saat ini.“Uh, Sayang ... huh ... “ Dion bergidik berkali-kali tanpa henti dengan desir darah yang mengalir cepat. Sengatan listrik yang berasal dari selangkangan menuju jantung lalu otak lalu ke seluruh tubuh berkali-kali dan terus menerus. Semuanya berlangsung seperti seakan disiram air panas dan dingin bergantian dalam waktu sepe
Cuaca New York hari ini masih mengigil di ujung musim dingin yang akan segera berganti hangatnya musim semi. Semua orang menyambut bulan Februari dengan penuh suka cita. Selain karena musim akan berganti lebih cerah, bulan Februari adalah bulan cinta. Hari Valentine dirayakan di mana-mana. Ornamen bunga dan warna merah jambu menghiasi hampir setiap sudut kota.Namun tidak bagi hati Gareth yang kelabu. Ia belum keluar kamar usai mengetahui tentang pernikahan Venus beberapa hari lalu. Kenyataan bahwa pernikahan itu dilakukan tepat di tanggal Valentine makin menusuk jantung Gareth bahwa kini takdirnya memang berseberangan dengan Venus.Janggutnya sudah memanjang dan ia cukup kumal dibandingkan dirinya yang dulu selalu memperhatikan penampilan. Gareth berubah banyak selama ini. Ia nyaris tidak pernah masuk bekerja dan wakilnya harus memikul banyak tanggung jawab perusahaan.Kini ia hanya bisa berdiri di depan jendela kamarnya dengan segelas wiski yang menjadi temann
“Jika suatu hari entah itu kapan pun kamu menemukan kecurangan dan katakan kamu mencurigai aku bermain hati, aku bebaskan kamu untuk bertindak apa pun yang kamu inginkan padaku. Kamu boleh meninggalkan aku atau memasukkan aku ke penjara atau kamu boleh menghabisi nyawaku,” ujar Dion meletakkan sumpah setianya pada Venus. Jemarinya tengah ikut memilin lembut jemari Venus yang menatapnya lekat.“Mas ...” tegur Venus cukup terkesiap kaget dengan kalimat yang diucapkan oleh Dion. Dion masih serius dan mengangguk.“Ini bukan rayuan gombal, Venus. Ini adalah sumpah yang sedang ingin letakkan sebelum kita memulai semuanya. Karena aku gak mau mengkhianati kamu sampai kapan pun. Dan jika aku sempat melakukannya, itu bukan aku dan kamu boleh menghukumku.” Venus tertegun menatap Dion yang masih bicara.“Sebagai konsekuensinya, jika kamu memilih berpisah dariku atas semua hukuman yang aku sebutkan tadi, aku akan memberikan semua yan
Dunia Hendrico Darmawan berubah total dari bergelimpangan harta, kini menjadi seorang terdakwa di pengadilan. Ia sudah menjalani sidang selama nyaris dua bulan lamanya. Esok, dia akan menerima vonis atas perbuatannya. Pengacara Rico telah melakukan pembelaan serta mengajukan saksi dalam sidang-sidang sebelumnya. Sejauh ini, Rico telah menjalani semuanya dengan sikap yang baik dan kooperatif.Sebagai tahanan sebelum ia menjalani hukuman penjara yang sebenarnya, Rico mau tidak mau harus siap dengan kehidupan barunya. Untuk menghadapi sidang vonis besok, Rico meminta Sisca untuk memberikannya waktu bertemu Kenzi dan Kevin.Hanya Kenzi yang diantarkan oleh Sisca ke penjara untuk menjenguk Rico. Sedangkan Sisca sendiri memilih untuk menunggu anaknya menjenguk Rico di ruangan lain. Sisca dan Rico juga akan menghadapi putusan cerai mereka beberapa hari setelah sidang cerai. Oleh karena itu, Sisca memilih tidak lagi menemui Rico yang akan segera menjadi mantan suaminya.
Berkali-kali Dion menggelembungkan mulut lalu menghembuskan udara keluar dari mulutnya. Ia sudah berdiri di depan kaca di ruang walk in closet selama setengah jam dengan setelan jas lengkap. Ia mirip seperti saat dulu menjadi kepala pengawal Venus. Bedanya kini dia adalah seorang CEO.“Selamat pagi, senang bertemu! Perkenalkan namaku adalah Dion Juliandra. Aku adalah ...” Dion menjulurkan sebelah tangannya seakan tengah berlatih bersalaman dengan para manajer yang akan berkenalan dengannya.Wajah CEO baru itu langsung berubah aneh. Rasanya jauh lebih gugup daripada menghadapi massa demonstrasi anarkis.“Aahk ... lebih enakan ngadepin demo tahu gak?” rutuk Dion dengan kesalnya di depan kaca.“Masa sih?” Dion terkesiap saat mendengar suara Venus dari arah belakang. Seketika Dion berbalik ke belakang dan menyengir malu-malu. Venus yang mengintip dari pintu masuk lalu berjalan mendekat pada Dion dengan senyuman manisnya. Ta