Arjoona tidak bisa tenang sama sekali sebelum putrinya Venus bisa diselamatkan. Sekarang ia bahkan sudah berada di dermaga tempat Ares dan teman-temannya menyergap orang-orang Edgar Luther. Arjoona yang datang bersama Jayden hanya bisa menunggu sampai ada kabar dari Ares dan Dion yang juga ikut untuk penyelamatan itu.
“Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa Venus malah mencari buronan itu?” tukas Jayden yang baru tiba dengan sikap kesal. Arjoona berdecap kesal dan menggelengkan kepalanya.
“Venus mungkin udah muak dengan situasinya sekarang. Bayangin, Jay. Ini sudah delapan bulan dan belum selesai. Edgar belum ditahan malah lolos dari tangan Polisi! Aku saja kesel begitu tahu ini!” tukas Arjoona mencoba memberikan gambaran.
“Tapi kan dia bisa minta bantuan kita ...”
“Caranya? Kita semua sibuk dengan urusan James, Jay! Aku yakin Venus gak akan bertindak gegabah seperti ini kalau gak karena dia uda gak tahan lagi!”
“TIDAK!!!” teriak Dion meledak marah kala Venus dilemparkan dari atas dek menghantam air laut yang tengah bergelombang. Hujan seperti salju mulai turun disertai angin yang kencang, Venus harus tenggelam di air laut yang sangat dingin dalam keadaan syok.“AAHH!” Dion yang marah berlari sekuatnya lalu menabrak Edgar yang tidak sempat mengantisipasi untuk melihat Dion ke arahnya. Keduanya jatuh ke dalam air laut yang dingin dan tengah bergelombang cukup tinggi.“DION!” teriak Ares tak sempat mencegah Dion yang melompat bersama Edgar ke laut yang sama.Semua orang melihat saat Edgar melempar Venus. Melihat hal tersebut, Rei langsung melepaskan senjatanya dan melompat ke dalam air. Venus dilempar dalam keadaan terikat dan air sangat dingin. Jadi Rei tidak berpikir panjang saat melompat dari helikopter ke dalam laut untuk menolong adiknya.“Shit ... Rei!” panggil Devon yang tidak sempat mencegah.“Aku
Tak berapa lama, sebuah kapal penyelamat datang beserta kapal yang dinakhodai oleh Jupiter untuk menjemput Dion, Aldrich serta Cass. Ares telah naik helikopter Arion menggunakan tangga tali darurat.Begitu tiba di atas kapal, Dion yang nyaris tidak bisa berjalan karena begitu kedinginan langsung berusaha menghampiri Venus yang baru saja dinaikkan ke atas kapal. Rei membuka plester dan tali yang mengikat Venus tetapi adiknya itu tidak bergerak.“Venus ... Sayang! Venus ... sayang!” ucap Dion masih dengan suara setengah hilang mencoba membangunkan Venus. Rei lantas memeriksa denyut nadi dan tidak ada tandanya. Dion langsung melakukan CPR dengan meresusitasi jantung Venus.“Ayo bernapas, Sayang!” ucap Dion memompa dadanya lalu Rei menekan hidung Venus dan meniup mulutnya merangsang paru-parunya. Dion terus melakukan pacu lalu berhenti dan Rei yang memberikan napas buatan. Dion lalu melakukan yang ketiga kalinya dan ia mulai menangis, Rei mel
Venus berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan yang membelenggu tubuhnya. Ia terikat di kursi serta berada di tengah-tengah kabin kamar di dalam kapal yang sedang oleng ke kanan kiri. Mulutnya tertutup rapat dengan plester yang ditempelkan oleh Edgar. Rasanya sesak tapi tidak bisa bernapas.Air mulai masuk menggenangi kabin tempat Venus disekap. Rasanya makin lama jadi makin menakutkan.“Hhmmppp ... “ Venus mencoba berteriak sekuat mungkin lewat mulutnya yang terkunci rapat.‘Tolong aku!” Venus hanya bisa berteriak dalam pikirannya. Ia bahkan tidak bisa mengeluarkan sedikit pun suaranya. Air mulai tinggi. Tiba-tiba terlihat Dion dari balik pintu kaca kabin yang memisahkannya dengan luar. Dion menggedor-gedor pintu itu sambil berteriak dari arah luar. Hanya sayup suara yang terdengar oleh Venus tapi ia tahu jika Dion memanggilnya.‘Tolong aku, Mas! tolong aku!’ teriak Venus tanpa suaranya. Dion berusaha keras membuka p
Pemeriksaan terakhir Dion hari ini berlangsung baik dan lancar. Ia juga sudah memperoleh ijin dari dokter untuk mengunjungi Venus di kamarnya. Setelah memakai jaket dan selang infusnya dilepaskan, Dion bersiap untuk keluar. Ia sudah berganti pakaian dan cukup rapi untuk menemui Venus.“Hei, Dude! Oh, Man!” sebut Cass yang tiba-tiba masuk lalu memeluk Dion. Di belakangnya muncul Aldrich, Ares, Jupiter, Brema, Devon, Arion, Jason, Divers dan Rei. Dion ikut memeluk mereka satu persatu setelah semalaman mereka tidak bisa bertemu.“Bagaimana keadaanmu? Kamu sudah sembuh ya?” tanya Ares usai memeluk Dion. Dion melepaskan pelukannya dari Rei dan mengangguk pada Ares.“Selang infusku baru dilepaskan. Aku sudah sehat, aku baik-baik saja!” balas Dion tersenyum pelan. Cass ikut tersenyum lebar dan menepuk pundak Dion beberapa kali.“Kami membawakan ini untukmu!” Arion lalu memberikan sebuket bunga yang begitu ind
Gareth Moultens harus dirawat di rumah sakit pasca kejadian yang menimpanya. Ia terbaring di tempat tidur bersandar dengan posisi duduk. Wajahnya memiliki beberapa memar dan ia mengalami sedikit luka dalam yang tidak fatal di bagian perut. Selebihnya, ia baik-baik saja.Pintu kamarnya terbuka beberapa saat kemudian lalu terlihat asisten Duke Hoffman masuk membawa berita yang ia inginkan. Gareth langsung bersemangat untuk mendengar.“Bagaimana?” tanya Gareth dengan sikap tak sabar pada Duke. Duke berhenti di sisi tempat tidur Gareth lalu memperbaiki letak kacamatanya.“Uh, maaf Pak. Nona Venus dirawat di Celestial Royal Park. Aku sudah ke sana dan hanya memperoleh informasi jika dia masih dirawat di sana,” ujar Duke memberikan informasi yang ia dapatkan pada Gareth.Gareth menghela napas panjang dan mengangguk. Setidaknya ia sudah lega jika mengetahui Venus selamat.“Tapi dia selamat kan?” Duke mengangguk pada Gar
“Lho, gue kan tahunya lo suka sama udang, mana gue tahu lo alergi!” balas Brema membela diri. Dia cuek saja membereskan celemek dan mengelap meja dapur.“Ah gak usah pura-pura lo! Lo mau ngejek gua kan?”“Siapa yang mau ngejek? Dion, lo tau gak kalo Rei punya alergi udang?” giliran Dion kini ditarik dalam perdebatan itu. Dengan polosnya Dion menggelengkan kepalanya. Tangannya terus membereskan kotak-kotak makan itu sebelum bersiap untuk pergi.“Tuh, Dion aja gak tahu, lo malah nyalahin gue!” protes Brema mulai sengit.“Dari mana ceritanya lo gak tahu? Lo udah hidup sama gue dari orok!”“Memangnya kalau gue udah kenal lo dari orok, gue harus tau semua masalah idup lo gitu? Idih!” Brema makin mengolok. Dion mulai mempercepat geraknya membereskan semuanya karena ia berada di tengah-tengah Brema dan Rei. Keduanya terus berdebat dan saling mengatai satu sama lain. Dan Dion sud
Dion menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tahu jika Venus pasti akan menanyakan hal seperti itu suatu saat padanya atau mungkin mengetahuinya dari orang lain. Yang jelas, Venus akan mendapati kebenarannya suatu saat.“Aku hanya tenggelam saja kan, Mas?” Venus masih mengulang pertanyaannya. Wajahnya sendu sekaligus penasaran. Venus sudah lama bertanya-tanya pada dirinya tentang apa yang terjadi. Namun hingga kini belum ada yang memberikannya jawaban sama sekali.Dion tersenyum dan mengeratkan genggamannya pada tangan Venus. Ia ikut membelai helai rambut Venus dengan lembut.“Ven, aku gak mau kamu berpikiran yang tidak-tidak tentang hal itu. Apa pun yang terjadi saat malam itu, itu sudah berlalu. Kamu baik-baik saja, Sayang. Itu yang terpenting,” ujar Dion mencoba menjawab dengan narasi yang netral. Ia tidak ingin membuat proses pemulihan Venus jadi makin lambat karena ia stres memikirkan kegugurannya.Sayangnya Venus bukanlah wan
Dion menggeliat kecil terbangun karena ponselnya yang bergetar terus menerus. Ia tidur dalam posisi menyamping yang sama dan sudah pasti cukup pegal. Namun Dion langsung kaget begitu ia tidak menyentuh Venus di sisinya.“Lho ... Venus!” Dion terkejut dan duduk di ranjangnya menengok kanan kiri kebingungan.“Ven? Ven ... aduh, ini siapa yang menelepon!” gerutu Dion meraba ponselnya dan ternyata itu dari Pak Dhe Halim.“Halo?”“Selamat tahun baru, Le!” Dion buru-buru turun dari ranjang rumah sakit untuk mencari Venus.“Uh, selamat tahun baru, Pak Dhe ...”“Kok kamu ndak menelepon sih udah dua hari ndak ada kabarnya. Si Mbahmu menanyakan kamu terus! Kamu dihubungi malah telepon ndak aktif!” Pak Dhe Halim mulai mengomel panjang lebar pada Dion yang berjalan cepat ke arah kamar mandi mencari Venus yang tidak terlihat ada di dalam kamar.“Uhm ... maaf Pak Dhe. Aku
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit