“TIDAK!!!” teriak Dion meledak marah kala Venus dilemparkan dari atas dek menghantam air laut yang tengah bergelombang. Hujan seperti salju mulai turun disertai angin yang kencang, Venus harus tenggelam di air laut yang sangat dingin dalam keadaan syok.
“AAHH!” Dion yang marah berlari sekuatnya lalu menabrak Edgar yang tidak sempat mengantisipasi untuk melihat Dion ke arahnya. Keduanya jatuh ke dalam air laut yang dingin dan tengah bergelombang cukup tinggi.
“DION!” teriak Ares tak sempat mencegah Dion yang melompat bersama Edgar ke laut yang sama.
Semua orang melihat saat Edgar melempar Venus. Melihat hal tersebut, Rei langsung melepaskan senjatanya dan melompat ke dalam air. Venus dilempar dalam keadaan terikat dan air sangat dingin. Jadi Rei tidak berpikir panjang saat melompat dari helikopter ke dalam laut untuk menolong adiknya.
“Shit ... Rei!” panggil Devon yang tidak sempat mencegah.
“Aku
Tak berapa lama, sebuah kapal penyelamat datang beserta kapal yang dinakhodai oleh Jupiter untuk menjemput Dion, Aldrich serta Cass. Ares telah naik helikopter Arion menggunakan tangga tali darurat.Begitu tiba di atas kapal, Dion yang nyaris tidak bisa berjalan karena begitu kedinginan langsung berusaha menghampiri Venus yang baru saja dinaikkan ke atas kapal. Rei membuka plester dan tali yang mengikat Venus tetapi adiknya itu tidak bergerak.“Venus ... Sayang! Venus ... sayang!” ucap Dion masih dengan suara setengah hilang mencoba membangunkan Venus. Rei lantas memeriksa denyut nadi dan tidak ada tandanya. Dion langsung melakukan CPR dengan meresusitasi jantung Venus.“Ayo bernapas, Sayang!” ucap Dion memompa dadanya lalu Rei menekan hidung Venus dan meniup mulutnya merangsang paru-parunya. Dion terus melakukan pacu lalu berhenti dan Rei yang memberikan napas buatan. Dion lalu melakukan yang ketiga kalinya dan ia mulai menangis, Rei mel
Venus berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan yang membelenggu tubuhnya. Ia terikat di kursi serta berada di tengah-tengah kabin kamar di dalam kapal yang sedang oleng ke kanan kiri. Mulutnya tertutup rapat dengan plester yang ditempelkan oleh Edgar. Rasanya sesak tapi tidak bisa bernapas.Air mulai masuk menggenangi kabin tempat Venus disekap. Rasanya makin lama jadi makin menakutkan.“Hhmmppp ... “ Venus mencoba berteriak sekuat mungkin lewat mulutnya yang terkunci rapat.‘Tolong aku!” Venus hanya bisa berteriak dalam pikirannya. Ia bahkan tidak bisa mengeluarkan sedikit pun suaranya. Air mulai tinggi. Tiba-tiba terlihat Dion dari balik pintu kaca kabin yang memisahkannya dengan luar. Dion menggedor-gedor pintu itu sambil berteriak dari arah luar. Hanya sayup suara yang terdengar oleh Venus tapi ia tahu jika Dion memanggilnya.‘Tolong aku, Mas! tolong aku!’ teriak Venus tanpa suaranya. Dion berusaha keras membuka p
Pemeriksaan terakhir Dion hari ini berlangsung baik dan lancar. Ia juga sudah memperoleh ijin dari dokter untuk mengunjungi Venus di kamarnya. Setelah memakai jaket dan selang infusnya dilepaskan, Dion bersiap untuk keluar. Ia sudah berganti pakaian dan cukup rapi untuk menemui Venus.“Hei, Dude! Oh, Man!” sebut Cass yang tiba-tiba masuk lalu memeluk Dion. Di belakangnya muncul Aldrich, Ares, Jupiter, Brema, Devon, Arion, Jason, Divers dan Rei. Dion ikut memeluk mereka satu persatu setelah semalaman mereka tidak bisa bertemu.“Bagaimana keadaanmu? Kamu sudah sembuh ya?” tanya Ares usai memeluk Dion. Dion melepaskan pelukannya dari Rei dan mengangguk pada Ares.“Selang infusku baru dilepaskan. Aku sudah sehat, aku baik-baik saja!” balas Dion tersenyum pelan. Cass ikut tersenyum lebar dan menepuk pundak Dion beberapa kali.“Kami membawakan ini untukmu!” Arion lalu memberikan sebuket bunga yang begitu ind
Gareth Moultens harus dirawat di rumah sakit pasca kejadian yang menimpanya. Ia terbaring di tempat tidur bersandar dengan posisi duduk. Wajahnya memiliki beberapa memar dan ia mengalami sedikit luka dalam yang tidak fatal di bagian perut. Selebihnya, ia baik-baik saja.Pintu kamarnya terbuka beberapa saat kemudian lalu terlihat asisten Duke Hoffman masuk membawa berita yang ia inginkan. Gareth langsung bersemangat untuk mendengar.“Bagaimana?” tanya Gareth dengan sikap tak sabar pada Duke. Duke berhenti di sisi tempat tidur Gareth lalu memperbaiki letak kacamatanya.“Uh, maaf Pak. Nona Venus dirawat di Celestial Royal Park. Aku sudah ke sana dan hanya memperoleh informasi jika dia masih dirawat di sana,” ujar Duke memberikan informasi yang ia dapatkan pada Gareth.Gareth menghela napas panjang dan mengangguk. Setidaknya ia sudah lega jika mengetahui Venus selamat.“Tapi dia selamat kan?” Duke mengangguk pada Gar
“Lho, gue kan tahunya lo suka sama udang, mana gue tahu lo alergi!” balas Brema membela diri. Dia cuek saja membereskan celemek dan mengelap meja dapur.“Ah gak usah pura-pura lo! Lo mau ngejek gua kan?”“Siapa yang mau ngejek? Dion, lo tau gak kalo Rei punya alergi udang?” giliran Dion kini ditarik dalam perdebatan itu. Dengan polosnya Dion menggelengkan kepalanya. Tangannya terus membereskan kotak-kotak makan itu sebelum bersiap untuk pergi.“Tuh, Dion aja gak tahu, lo malah nyalahin gue!” protes Brema mulai sengit.“Dari mana ceritanya lo gak tahu? Lo udah hidup sama gue dari orok!”“Memangnya kalau gue udah kenal lo dari orok, gue harus tau semua masalah idup lo gitu? Idih!” Brema makin mengolok. Dion mulai mempercepat geraknya membereskan semuanya karena ia berada di tengah-tengah Brema dan Rei. Keduanya terus berdebat dan saling mengatai satu sama lain. Dan Dion sud
Dion menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tahu jika Venus pasti akan menanyakan hal seperti itu suatu saat padanya atau mungkin mengetahuinya dari orang lain. Yang jelas, Venus akan mendapati kebenarannya suatu saat.“Aku hanya tenggelam saja kan, Mas?” Venus masih mengulang pertanyaannya. Wajahnya sendu sekaligus penasaran. Venus sudah lama bertanya-tanya pada dirinya tentang apa yang terjadi. Namun hingga kini belum ada yang memberikannya jawaban sama sekali.Dion tersenyum dan mengeratkan genggamannya pada tangan Venus. Ia ikut membelai helai rambut Venus dengan lembut.“Ven, aku gak mau kamu berpikiran yang tidak-tidak tentang hal itu. Apa pun yang terjadi saat malam itu, itu sudah berlalu. Kamu baik-baik saja, Sayang. Itu yang terpenting,” ujar Dion mencoba menjawab dengan narasi yang netral. Ia tidak ingin membuat proses pemulihan Venus jadi makin lambat karena ia stres memikirkan kegugurannya.Sayangnya Venus bukanlah wan
Dion menggeliat kecil terbangun karena ponselnya yang bergetar terus menerus. Ia tidur dalam posisi menyamping yang sama dan sudah pasti cukup pegal. Namun Dion langsung kaget begitu ia tidak menyentuh Venus di sisinya.“Lho ... Venus!” Dion terkejut dan duduk di ranjangnya menengok kanan kiri kebingungan.“Ven? Ven ... aduh, ini siapa yang menelepon!” gerutu Dion meraba ponselnya dan ternyata itu dari Pak Dhe Halim.“Halo?”“Selamat tahun baru, Le!” Dion buru-buru turun dari ranjang rumah sakit untuk mencari Venus.“Uh, selamat tahun baru, Pak Dhe ...”“Kok kamu ndak menelepon sih udah dua hari ndak ada kabarnya. Si Mbahmu menanyakan kamu terus! Kamu dihubungi malah telepon ndak aktif!” Pak Dhe Halim mulai mengomel panjang lebar pada Dion yang berjalan cepat ke arah kamar mandi mencari Venus yang tidak terlihat ada di dalam kamar.“Uhm ... maaf Pak Dhe. Aku
Venus makin meneteskan air matanya sementara Dion terus menyemangatinya untuk tetap kuat dan tegar.“Kita akan hadapi kehilangan ini berdua. Aku akan tetap sama kamu apa pun yang terjadi, hhm ... aku mencintai kamu, Ven.” Dion memeluk Venus lagi yang juga balas memeluknya. Venus masih belum bicara. Ia mulai menyesali keputusannya yang egois untuk menyelesaikan masalahnya dengan Edgar.“Mungkin jika aku gak menemui Edgar, ini gak akan terjadi ...” gumam Venus dalam pelukan Dion. Dion menggelengkan kepalanya tetap dalam posisi memeluk.“Jika akan kehilangan, kita akan tetap kehilangan. Sesuatu yang pergi, mungkin itulah yang terbaik.” Venus menengadahkan kepalanya menatap Dion dengan matanya yang masih basah.“Apa kamu gak mau aku hamil?” Dion tersenyum getir dan mendengus pelan. Ia malah mengecup lembut ujung hidung Venus yang masih memandangnya.“Saat aku tahu kamu hamil, di saat yang sama aku t