"Siapa namamu?" Indrajit menoleh ke iblis kucing itu. "Aku, Raksena. Apa menurutmu kita bisa mendekati istana bila menggunakan cara ini?" Raksana melihat kedua buronan itu mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kulit hewan. Jubah tersebut dilengkapi oleh tudung untuk menutupi kepala keduanya. Sebelum digunakan, Indrajit mengguyur jubah itu dengan darah dari iblis lain yang ia bunuh. Dengan tambahan aksesoris dari Raka, mereka bisa menekan pancaran energi mereka agar tidak bisa dirasakan oleh sekitarnya. "Mungkin keberhasilannya sekitar delapan puluh persen." Raka sedang membuat list beberapa senjata yang harus ia gunakan. Maklum saja, pertarungan terakhir melawan raja Sharabha belum membuat energinya pulih sepenuhnya. "Itu adalah jalanan utama menuju ke ruang bawah tanah di gunung terbesar di lantai ini. Di sana ada istana raja Nimraha, kau harus mencapai aula utama sebelum sepuluh penunggang bayangan hitam," ungkap Raksena.Jalanan tersebut hanya berupa tanah tanpa aspal atau p
"Apa yang terjadi? Gelap sekali. Aku tidak bisa melihat cahaya," ungkap Raka yang masih hanyut di dalam ketidaksadarannya. Ia mengarungi alam bawah sadarnya sendiri, berada di dalam ruangan gelap, di mana sebagian dirinya mengambang di atas air yang dalamnya tidak berujung. Terus saja menatap ke arah atas, berusaha mencari titik cahaya yang tidak mungkin muncul. Efek ini terjadi setelah semua kebahagiaannya direnggut oleh sang penunggang bayangan hitam. Hampa, sunyi, sepi, seorang diri ia menanggapi gema suaranya sendiri. Namun ketika ia menoleh perlahan ke arah kiri, ada titik cahaya yang perlahan mendekat dan kian membesar. Dalam sekejap, Raka dibawa pergi dan semua ruangan gelap itu pun berubah menjadi sebuah ruangan di dalam kantor. Banyak orang yang lalu-lalang sambil mengenakan name tag. Raka melihat ada satu meja kosong uang dihiasi begitu banyak karangan bunga. Foto yang yang terpajang di atas meja kosong itu adalah dirinya sendiri. Mengenakan jas hitam dan tersenyum lepa
"Sepertinya kau tampak puas dengan keberadaanku. Apa baru pertama kali melihat makananmu yang akan balik justru memakanmu?" Raka menatap dengan sorot mata yang begitu tajam. Genggaman erat kedua gagang pedangnya menjadi lebih kuat. Ia masih membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa memulihkan seluruh energi miliknya. Namun Raka tahu bila dirinya tidak bisa hanya mengandalkan kedua pedang yang sedang ia genggam. "Ucapanmu sesuai dengan derajatmu. Rendah, kotor, tidak terdidik, dan juga tidak memiliki sopan santun!" Nimraha turun dari singgasananya. Si iblis berwujud manusia kucing dengan tubuh berwarna ungu tua dengan mengenakan pakaian ala kerajaan Mesir. Wujud kucingnya seperti kucing penjaga patung Sphinx, tanpa bulu tebal dan hanya kulit saja. Kedua matanya memiliki warna kuning keemasan. Dan jari-jarinya dilengkapi dengan barisan kuku tajam sepanjang hampir lima sentimeter. Cara Nimraha berjalan selayaknya seorang raja yang anggun dan memiliki sikap yang terhormat. Bahkan ia men
Dalam waktu yang berhenti, sosok asing yang berdiri di hadapan Raka itu menjelaskan bila dirinya yang memiliki kuasa atas kitab Wektu Parwa. Ia adalah pencipta dan juga pemelihara dari kitab yang mampu mengendalikan kitab ruang dan waktu. "Aku tidak tahu bila kau adalah pemilik asli dari kitab itu," ungkap Raka. "Tidak perlu di khawatirkan, aku juga tidak mempermasalahkan hal itu." Sosok itu menjentikkan jarinya.SNAP!!!Ruangan raja iblis Nimraha berubah menjadi sebuah tempat nan luas tanpa adanya dinding dan langit-langit. Semuanya berwarna putih. Tidak ada ujung atau pun sudut ruangan yang dilihat oleh kedua mata Raka. Pemuda itu bertanya pada dirinya sendiri, tempat asing apa lagi yang sedang ia kunjungi. Sedari tadi dirinya hanya menoleh ke segala arah tanpa mempedulikan senyuman tipis dari sosok di depannya. Ia sepertinya tahu bila Raka sedang kebingungan. Tangan hangat menyentuh pundak Raka dengan begitu lembutnya. Sosok itu mencoba menenangkan kekhawatiran dari pemuda itu.
"Tuhan…?" Raka hanya asal menebak apa yang ada di dalam pikirannya. Sosok itu tersenyum sembari menundukkan wajahnya. Lalu ia membusungkan dadanya dan kembali menjentikkan jarinya kembali. SNAP!!!"Aku adalah Yang Maha Kuasa. Aku adalah Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Diriku hadir sebagai apa pun di semua semesta yang aku ciptakan. Dan kali ini, aku membuat sebuah permainan kecil dengan menggunakan kitab Wektu Parwa, kitab yang aku buat sendiri sebagai portal dimensi yang menghubungkan semesta kecil yang aku amati, lindungi dengan menurunkan diriku langsung ke sana." Sosok itu memperlihatkan bentuk Yawadwipa dari luar angkasa. Daratan itu hanyalah sebuah daratan besar yang berada di sebuah planet berbentuk datar dan memiliki kubah yang menutup langitnya. "Tidak mungkin… penampakannya seperti gambar para penganut bumi datar. Apa ini galaksi lain atau justru multisemesta?" Raka menoleh. "Ini merupakan bagian kecil dari multisemesta yang kuciptakan. Dan ini adalah bentuk da
WUSH!!"Apa?! Hilang?!" Ayunan tangan dari iblis Nimraha tidak berhasil mengenai leher dari Ki Demang. Ketika sebentar lagi hampir menebas leher dari asisten pribadi itu, tubuh Ki Demang tiba-tiba menghilang begitu cepat dari pandangan mata Nimraha."Apa yang terjadi?!" Nimraha tampak kesal. Kedua matanya terbelalak dan memancarkan amarah yang membulat. "Kau berhasil, apa ia datang untuk membantumu?" Ki Demang telah berpindah tempat dan berada di samping Raka Sadendra. "Membantu atau tidak, kita urus itu nanti. Saat ini mundurlah dan bantu aku dari jauh. Aku akan memberikan pelajaran kepada kucing tanpa bulu itu," ungkap Raka. Luka tusuk yang berada di dadanya telah menghilang. Energi yang terkuras habis pun telah kembali seperti sedia kala. Tubuhnya menjadi seperti sebelum ia melawan iblis di lantai dasar. Begitu fresh dengan pasokan energi penuh. "Hei, bola bulu! Kau mencari seseorang?" Raka menyapa iblis itu. "Kau?! Bagaimana mungkin!" Nimraha terkejut. "Ini adalah ronde ked
"Hei, kenapa mereka tidak bisa mengenaliku sebagai manusia?" Tanya Raka. Ia mengenakan jubah lusuh bertudung yang telah direndam semalaman dengan darah dari iblis yang mereka bunuh di dalam hutan. Keduanya berhasil lolos dari lantai satu dan mendirikan kemah sementara di tengah hutan. Sudah sekitar lima hari berlalu. Mereka sering keluar-masuk desa untuk melihat keadaan di sekitar lantai dua ini. Sesekali Indrajit bercengkerama dengan beberapa pedagang di pasar untuk mencari tahu tentang ibukota kerajaan di lantai dua."Artinya darah iblis yang dipakai untuk merendam jubahmu itu bekerja dengan baik. Akan sangat berbahaya bila mereka tahu ada manusia di sini," bisik Indrajit. Mereka berdua mengenakan topeng hitam untuk menyamarkan wajah. Berjalan di tengah-tengah pasar yang kebanyakan menjual aneka daging dan organ dalam dari para hewan. BERKUMPULAH!!!DI SINI ADA BARANG BAGUS!!!Dari arah alun-alun desa terdengar teriakan yang begitu lantang. Suara itu seakan menjadi magnet yang m
Di balik semak tepatnya di samping rumah bergaya Eropa kuno, ketiga penyusup itu bersembunyi. Tidak ada cahaya selain sinar rembulan yang menembus. Raka berada di rumah bangsawan iblis yang telah membeli ketiga anak laki-laki yang mereka temui di alun-alun desa. Bangsawan iblis di lantai dua hanyalah sedikit. Hanya ada sekitar lima keluarga besar yang menduduki wilayah itu. Mereka terbagi menjadi beberapa sektor. Ada keluarga yang mengurusi tentang ekonomi, sosial, pemerintahan, pertanian dan juga militer. Wujud mereka sekarang seperti seorang manusia pada umumnya, namun ada tambahan tanduk di kepala dengan berbagai bentuk dan ukuran.Wujud tersebut digunakan untuk menutupi wujud asli mereka yang terlihat terlalu mencolok ketika dilihat oleh para manusia-manusia yang tertangkap.Mereka yang menguasai pertanian atau kebutuhan pangan merupakan keluarga yang bertanggung jawab atas peternakan manusia. Setiap manusia diculik ketika gelombang bencana terjadi. Mereka diberi makan hingga gem