Ia mengayunkan sabit besar yang terbuat dari bayangan ke arah leher Sraja Sanda. SLASH!!!Namun ketika mata pisau dari sabit itu menggores leher si iblis kadal, justru sabit milik iblis hitam yang hancur. PRAK!!!"Tidak mungkin!" Indrajit terkejut. Sraja Sanda langsung mengibaskan ekornya dan melemparkan Indrajit ke sembarang arah. BRAK!!!Ekor dari iblis itu menghempaskan Indrajit hingga tubuh iblis hitam menghantam kolam air mancur. Sraja Sanda mengeluarkan sebuah senjata berupa palu gada berduri. Bentuknya mirip seperti permen lolipop ukuran besar, namun senjata itu berasal dari logam Sivantum, logam yang begitu keras di neraka. Sraja Sanda menggunakan dua gada sekaligus di kedua tangannya, ia berlari cepat ke arah Indrajit dan melompat untuk menyerang pangeran terbuang itu. "Matilah kau!" Teriak Sraja Sanda.Kedua gadanya telah diselimuti oleh energi gelap yang begitu kuat. BRAK!!!Sayangnya, Indrajit berhasil melarikan diri dengan menghilang ke dalam bayangan suatu benda.
Kepulan asap putih masih terlihat membumbung tinggi di beberapa titik. Kawah yang begitu besar tercipta dalam waktu semalam. Ledakan besar yang diciptakan oleh Indrajit berhasil memusnahkan seluruh area di radius hingga dua kilometer dari pusatnya di rumah Sraja Sanda. Di dalam hutan, Arumsari dan Ki Demang membantu Raka untuk memasak dengan menggunakan kuali dan wajan besar. Raka menggunakan pena peminjam barang miliknya untuk mengeluarkan tenda-tenda dan beberapa toilet dadakan. Dalam semalam saja, area hutan itu telah menjelma menjadi sebuah komplek pengungsian. Lebih dari lima puluh tenda berisi lima orang yang berbaris di sekitar mobil karavan milik Raka. "Di mana Indrajit?" Raka tidak melihatnya sedari pagi. "Ia sedang menuju ke ibukota. Indrajit akan langsung memindahkan kita bila ia berhasil masuk ke dalam istana. Untuk saat ini, dengan kubah pelindung miliknya, kita aman berkemah di dalam hutan. Namun pelindung ini tidak akan bertahan lama," pikir Ki Demang. "Aku tahu. K
Surat yang dititipkan oleh Raka untuk Ki Joko Gendeng berhasil tersampaikan. Kakek itu melihat isinya dan membaca seluruh kalimat itu dengan seksama. Ada beberapa paragraf yang membuat dirinya terkejut. Namun kertas yang diberikan oleh Raka bukan hanya selembar saja. Ia memberikan beberapa kertas lagi yang bertuliskan informasi penting mengenai beberapa hal yang terjadi di dalam menara."Bocah itu menulisnya dengan sangat detail. Ia ingin merencanakan sesuatu dengan ini semua," ungkap Ki Joko Gendeng dalam hatinya. Dan pertapa tua itu terkejut akan rencana penyerangan yang akan dilancarkan oleh delapan aliansi raja iblis dari lantai dua hingga sepuluh. Ki Joko Gendeng mengabarkan isi surat itu ke guru dan raja para siluman. Keduanya begitu terkejut akan apa yang terjadi di depan. Sang Raja meminta agar pesan ini disampaikan ke kerajaan Sundapura dan Medang Raya. Tidak lupa, ia meminta Jayabhaya untuk diberitahu juga.
Ramsyashura begitu takut ketika merasakan pancaran energi dari para pemburu sang pangeran. Ia tahu tentang kekuatan para penunggang bayangan hitam. Mereka adalah makhluk yang diciptakan oleh raja lantai seratus untuk menjadi kaya dan penghakiman bagi iblis lainnya. Namun ketika ia menghitung jumlah mereka, Ramsyashura hanya melihat ada sembilan pemburu saja. Namun meski begitu, kekuatan mereka tetap menakutkan. Bahkan raja Samraha tidak bergegas turun dari singgasananya. Ia membiarkan para penunggang bayangan hitam yang ambil bagian dalam mengurus iblis hitam. "I–Indrajit… sebaiknya kita pergi dari sini," pikir Ramsyashura."Pintunya telah terkunci. Aula istana ini sudah diisolasi untuk mengurung kita," ungkap Indrajit. Benar, pintu batu yang dihiasi oleh permata dan batu granit berkelas itu telah terkunci dari luar dan dalam. Ini adalah sistem yang diberlakukan pada setiap aula raja iblis di setiap lantai. Hanya dengan membunuh sang raja, mereka yang terjebak di dalam aula itu bi
Di lain tempat, para raja iblis di lantai tiga hingga kesepuluh telah melakukan rapat besar. Mereka berkumpul di alam bawah sadar untuk menegaskan rencana penyerangan ke dunia luar. Rencana yang semula akan dilakukan pada lusa akhirnya dimajukan. Ternyata si raja iblis Samraha adalah alasan kenapa invasi besar-besaran itu dimajukan. Ia tahu tentang Raka dan Indrajit. Samraha mencoba membuat selama mungkin keduanya terkurung di dalam aula besar istana.Dan ketika keduanya tidak berdaya, Samraha meminta seluruh pasukan gabungan delapan raja segera meluncur keluar menara Kalpawreksa. Sangat disayangkan karena pasukan iblis dari lantai dua tidak bisa ikut serta karena hancurnya para penjaga portal. "Buka portalnya!" Teriak raja di lantai sepuluh. Secara bersamaan, semua lantai di bawahnya, portal dimensi pun terbuka. Ratusan ribu hingga jutaan pasukan merangsak masuk ke portal dan keluar di satu tempat di dekat menara Kalpawreksa. "Apa itu? Bukankah penyerangan itu akan terjadi lusa?
Para pasukan iblis yang dipimpin oleh delapan jenderal perang dari delapan lantai bergerak menyerang. HWAAARRGGGH!!!Teriakan keras bersamaan dengan suara dari ratusan ribu langkah kaki yang menghentak ke tanah terdengar menggema ke seluruh penjuru medan perang. Mereka berlarian menuju ke arah pasukan aliansi Yawadwipa. Berbagai jenis senjata telah mereka hunusan. BUNUH MEREKA SEMUA!!!Ucap salah satu dari jenderal iblis itu. Di sisi lain, Jayabhaya mengangkat tangannya ke atas. Ia memerintahkan untuk menghujani mereka dengan ribuan anak panah. Semua busur telah mengacung ke arah atas. Ribuan anak panah ditembakkan tanpa tahu siapa targetnya. Hujan ribuan panah pun menumbangkan beberapa iblis dan membuat formasi mereka berantakan. "Pimpin pasukanmu dan giring mereka ke arah kiri. Dan kau, giring mereka ke sisi kanan," ungkap Jayabhaya. Mahapatih Arya Wisungsang segera melaksanakan perintah dari jenderal tertinggi di aliansi Yawadwipa. Ia membawa pasukan Sundapura menuju ke sisi k
Tangan pucat yang hanya berupa daging yang telah membusuk itu melepaskan lubang hitam pekat ke arah Raka. Energi sebesar itu telah dilemparkan dan membuat beberapa pilar yang dihantam olehnya terhisap dan hancur berantakan. Bahkan barisan lantai marmer pun terkelupas dan terangkat ke atas, semuanya terhisap masuk ke dalam lubang hitam itu. Ki Demang yang melihat energi sebesar itu mengarah ke mereka segera berdiri di depan Raka. Ia menggunakan busur Gandiva dan memanggil Brahmastra. Ki Demang menarik tali busur dan berbisik memanggil pusaka Dewata itu. Brahmastra adalah senjata mematikan milik dewa Brahma yang daya hancurnya setara atau lebih besar dari ledakan satu bom atom. Ketika Ki Demang melepaskan anak panah itu, raja Samraha yang terlihat semula diam saja dan duduk manis di singgasananya, tiba-tiba menyerang Ki Demang dengan melemparkan tombak miliknya. "Dasar picik! Kau ingin membunuh asistenku?!" Raka yang melihat tombak milik Samraha segera menggunakan pena peminjam bara
Raka menyandarkan dirinya sementara di sebuah batang pohon. Energi yang ia gunakan untuk menciptakan realita baru masih belum sepenuhnya terkumpul lagi. Tubuhnya begitu lemas dan napasnya pun tersengal-sengal. Sedari tadi, ia hanya mendengarkan ocehan Indrajit yang terus saja memaki dirinya. "Apa kau sadar apa yang kau lakukan?!" Indrajit membentak. "Aku tahu… tapi ini adalah satu-satunya jalan." Raka terus saja membela keputusannya. "Kau memusnahkan keluargaku dan mengubah takdir seluruh kerajaan iblis di dalam menara. Ini termasuk genosida!" Indrajit terus mengoceh dan berkali-kali memaksa pemuda itu untuk mengembalikan segalanya. Ia begitu terpukul akan realita yang baru saja dibentuk oleh Raka. Semua yang ia tahu di lantai lima puluh satu hingga seratus akan sangat berbeda. Kampung halaman dan rumahnya di lantai seratus telah berubah total. "Lalu, kau ingin mati di tangan pamanmu sendiri? Aku bisa mengabulkannya sekarang juga. Namun mengubah semuanya kembali ke sedia kala, it